Aku Lelah,Cintai Aku
Hallo Reader,
Salam kenal, saya ibu 2orang putra. Yang hobby membaca novel saat menjelang tidur malam, dan mulai memberanikan diri untuk menulis sedikit demi sedikit.
Maaf jika terdapat banyak tulisan yang salah dan kurang berkenan ☺️,
Happy Reading Para Readers tercinta
9tahun yang lalu….
“Bagas,aku hamil” sambil menggenggam test pack aku menangis,
“……..”
“Bagas,aku harus gimana sekarang?” Aku bertanya dengan penuh kebingungan
“Kamu periksa dulu ke dokter Rhey,tapi aku gk bisa temenin kamu,hari ini aku ada urusan Rhey” jawab Bagas terdengar sedikit ada ke khawatiran
“Kita harus nikah segera Bagas,sebelum perutku makin membesar” suara Ku terdengar lirih yang di iringi derai air mata
Bukan karena tak cukup umur karena aku saat itu berusia 25tahun, karena aku tahu bahwa aku telah mengecewakan kedua orang tua ku, karena aku telah hamil di luar nikah,rasa bersalah menyelimuti batin ku,kecemasan dan ke khawatiran ku karena takut Bagas akan lari dari tanggung jawab. Bukan tanpa alasan aku khawatir berlebihan tapi karena selama 3tahun menjalin hubungan dengan Bagas,selama itu pula Bagas hanya menjanjikan akan menikahi ku, tetapi tidak ada bukti nyata.
“Kalau kamu gk mau bertanggung jawab,aku bisa besarin anak ini sendiri, tapi jangan harap suatu saat kamu bisa ketemu dia lagi” aku putus asa karena aku takut kalau Bagas akan lari.
“Aku tanggung jawab Rhey, kamu periksa ke dokter dulu, chek bagaimana kondisinya dulu, selagi kamu chek aku akan memikirkan cara untuk ngomong sama ayah bunda, baru setelah itu kita menghadap mama papa kamu”. Jawab Bagas berusaha untuk menenangkan
“…….” Aku tak mampu berkata apa pun lagi
“Ya udah Rhey aku tutup dulu ya teleponnya,nanti aku hubungi kamu lagi” Bagas mengakhiri percakapan kami.
***
“Ya Rhey?” suara di seberang telepon itu memberikan salam,
“Retno”
“Heeemmm”
“Retno sore ini kamu ada acara gak sama udin?”
“Gk ada Rhey,kenapa?”
“Temani aku ke dokter mau gk ret?”
“Mau lah Rhey,kamu sakit Rhey?”
hikss hikss hikss
“Hei Rhey di tanya malah nangis ni bocah,sakit banget ya? Yuk aku anter sekarang aja kalau udah gk kuat Rhey”
“Aku hamil ret….” Hiksss hiksss hiksss
“Haaaa? Jangan becanda Rhey!” Ujar Retno tak percaya sama apa yang dia dengar barusan
“Temenin aku ret,nanti juga kamu tau sendiri aku becanda atau serius” jawab ku berusaha meyakinkan Retno.
“Ok ok aku jemput kamu jam 5 nanti,tenang ya Rhey,semua akan baik-baik aja” jawab Retno berusaha memberikan semangat pada ku.
***
Pukul 16.30
Dreet…Dreett….Dreeettt
Suara getaran ponsel yang aku letakkan di atas meja kerjaku berbunyi,
Retno calling…
“Ya ret…”
“Buruan turun,aku udah di depan rumah mu nih” ucapan Retno membuatku kaget dan berlari ke arah jendela,dan benar saja mobil putih itu sudah terparkir di depan rumahku,
“Jam berapa ini ret? Kok udah di jemput?” Tanyaku bingung
“Jam setengah 5 ini,maju 30menit gak papa lah ya,dah gak sabar aku Rhey”
“Tunggu bentar ya aku siap-siap bentar aja” ucapku mengakhiri telepon dari Retno dan bergegas bersiap-siap agar Retno tidak menunggu lama.
***
“Wah selamat bu,ini ada kantung janinnya nih,usianya baru 4minggu ya bu,bagus kok ini sehat juga ini” ucapan dokter bagai tamparan keras untuk ku,aku bahagia tapi disisi lain aku menangis karena mengecewakan orang tuaku,
Wajah Retno yang ikut melihat ke arah monitor alat USG itu menggambarkan keterkejutannya,ia baru yakin bahwa aku benar-benar sedang hamil.
“Terima kasih dokter” jawab Ku yang masih bingung harus berkata apa. Aku sungguh takjub karena ada yang sedang tumbuh di dalam rahimku.
“Ini kehamilan pertama ya bu? Suaminya dimana bu kok gk ikut mengantar?” Pertanyaan dokter membuat ku teringat akan Bagas, “suami saya masih tugas di luar kota dok” jawab ku sambil tersenyum untuk menutupi rasa kecewa ku karena Bagas gak mau ikut mengantarkan ku chek kehamilan.
“Ini saya resepkan beberapa vitamin ya bu, diminum sesuai dosisnya saja”
“Baik dokter”
“Ada lagi yang ingin di tanyakan bu?”
“Ti..tidak dokter” aku tak tahu apa lagi yang harus aku tanyakan
“Baik bu,biasanya di usia awal kehamilan adalah usia rentan,sebisa mungkin di jaga agar tidak kelelahan ya bu” dokter seolah memahami kebingunganku dan akhirnya memberikan sedikit penjelasan padaku,
“Baik dokter,akan saya ingat itu”
“Baiklah,silahkan menebus vitaminnya di bagian obat ya bu,semoga sehat selalu” kata dokter mengakhiri konsultasi dan pemeriksaan ku.
“Baik,terima kasih dokter” aku dan Retno keluar dari ruang pemeriksaan
“Rhey,kok bisa jadi gini sih?” Tanya Retno antara percaya dan gak percaya
“Bagas yang waktu itu maksa aku ret” Aku kembali murung menceritakan kejadiannya pada Retno sambil menunggu vitamin yang diresepkan
“Kok kamu mau sih Rhey?”
“Dia janji bakal nikahin aku Ret,kalau terjadi apa-apa sama aku”
“Terus sekarang mana Bagas? Dia aja gk mau anterin kamu periksa Rhey”
“Dia lagi sibuk Ret” jawabku masih membela Bagas
“Kamu terlalu mudah di bodohi Rhey” jawab Retno seolah memahami seperti apa Bagas.
“Ibu Rheyna Aurora,silahkan ke pengambilan obat” melalui pengeras suara nama ku di panggil,
Setelah mengambil vitamin-vitamin yang diresepkan aku kembali pulang bersama Retno.
“Aku gk mampir ya Rhey,mau langsung balik aja,ikutan pening aku Rhey mikirin kamu”
“Iya gak papa Ret,makasih ya udah ditemenin”
“Sama-sama Rhey,jaga kesehatan pikirin janin yang dikandunganmu,jangan terlalu capek”
“Iya bawel” jawabku sambil tertawa.
Aku turun dari mobil dan bergegas masuk kerumah,kemudian menyimpan semua vitamin dalam lemariku.
***
Keesokan Harinya saat makan malam Bagas aku suruh datang kerumah supaya bisa membicarakan perihal pernikahan kami dan juga memberi tahu mama papa ku tentang kehamilanku.
“Masuk gas,udah di tunggu mama papa di ruang makan” kata ku setelah menguruh Bagas masuk
“Heem” jawab Bagas singkat,aku melihat ada sebaris rasa takut tergambar di wajahnya.
“Eh Bagas,sini gas duduk dulu yuk” sapa mamaku pada Bagas
“Iya tante” jawab Bagas sambil tersenyum
Papaku hanya menatap Bagas dengan beribu tanya,karena tidak biasanya Bagas ikut makan malam bersama kami
“Permisi ya Om” Bagas meminta ijin papaku untuk duduk
“Ya..” jawab papa singkat,seolah tahu sedang terjadi sesuatu pada putri semata wayangnya.
Makan malam berlangsung dengan kesunyian,hingga kami selesai makan dan papa mulai membuka pembicaraan.
“Tumben kamu kesini pas jam makan malam gas?” Tanya papa dengan nada curiga
“Em… Iya Om itu …… ada yang mau saya bicarakan dengan Om dan Tante” jawab Bagas kebingungan
“Soal apa itu gas?” Tanya mama mencoba menengahi pembicaraan Bagas dan papa
“Soal saya dan Rheyna tante” jawab Bagas sambil menggosok-gosokan tangannya pada pangkuannya,aku tahu dia khawatir dan bingung,sedangkan aku hanya bisa diam dan menunduk sambil menahan air mataku yang sudah berkumpul ingin keluar
“Ada apa memangnya gas?” Tanya mama mulai sedikit khawatir,papa hanya diam saja sambil memandang kami berdua secara bergantian
“Saya berencana ingin menikahi Rheyna dalam waktu dekat Om,Tante” jawab Bagas membuat mamaku terkejut,
“Apa?” Jawab mama kaget
Belum sempat mama melanjutkan pertanyaannya papa sudah menyela,
“Sudah berapa bulan Rhey?”tanya papa yang langsung membuat ku kaget,
“A..a…apa pa?” Jawabku tergagap
“Kamu tahu apa yang papa maksud Rhey” jawab papa dengan wajah datar tetapi tersimpan rasa kecewa di matanya
“Empat minggu pa” jawabku dengan di iringi air mataku yang tak mampu lagi di bendung
“Ampuni aku pa,ma aku sudah mengecewakan kalian” lanjutku dengan air mata yang semakin banyak
“Apa maksudnya ini Rhey?” Tanya mama dengan wajah yang kebingungan dan khawatir
“Dia hamil ma” jawab papa sambil menggenggam tangan mama untuk menguatkan mama,walaupun aku tahu papa pun terluka
“Kenapa bisa gini Rhey” tangis mama mulai pecah
“Maaf ma…maaf….ampuni Aku…” hikz hikz hikz tangisku semakin kencang
Bagas hanya mampu terdiam,
“Ini juga yang membuat kamu resign dari pekerjaanmu Rhey?” Tanya papa
“Iya pa aku malu” jawabku
“Dari mana papa tahu aku resign?”tanyaku kemudian
“Om Bambang yang bilang,karena dia kaget tiba-tiba kamu mengajukan surat resign dengan alasan papa menyuruhmu kuliah lagi” jawab papa menjelaskan
“Maafkan aku pa” hanya kalimat maaf yang bisa aku ucapkan
“Bawa orang tuamu kesini segera,untuk membicarakan kelanjutannya”kata papa pada Bagas
“Baik Om,kalau begitu saya pamit dulu” jawab Bagas
“Ya” jawab papa singkat,mama masih setia dengan tangisnya yang kemudian di gandeng papa untuk masuk ke kamar.
***
2hari setelah Bagas menemui papa dan mama,Bagas kembali kesini bersama kedua orang tua nya,untuk membicarakan akad nikah ku dan Bagas.
“Acara akad harus segera dilaksanakan,tidak perlu mengundang banyak orang,cukup keluarga dekat saja” kata papaku
“Lho pak apa tidak perlu di adakan resepsi?”tanya bunda Bagas pada papa
“Tidak perlu,karena hanya akan membuat aib semakin tersebar” jawab papa dingin.
Sedangkan mama lebih memilih untuk diam,mendengarkan semua yang papa dan orang tua Bagas bicarakan.
***
1minggu setelah orang tua Bagas datang menemui orang tuaku,di sinilah kami saat ini, di depan penghulu KUA yang di panggil ke rumah Ku untuk melangsungkan akad nikah mereka ku dan Bagas.
“SAH…”
“SAH…”
“SAH…” jawab para saksi
Acara yang di hadiri oleh keluarga dan tetangga dekat saja itu berlangsung lancar,semua yang hadir tersenyum memberikan ucapan kepada ku dan Bagas,serta kepada kedua orang tua kami.
Tetapi entah apa yang sedang aku pikirkan,karena aku merasa bukan kebahagiaan tetapi seperti tekanan,aku merasa seperti salah memilih,harusnya aku bahagia tetapi mengapa aku merasa seperti akan terjadi luka yang besar.
Bersambung…..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
sakura
..
2023-05-20
1
վմղíα | HV💕
mampir juga keceritaku ya thor 👃
2023-03-19
0
Meena
Akuu mampir thor dengan membawa beberapa like, mampir juga ya kak ke cerita ku
" TIDAK DI ANGGAP " Tengkiyuu( ̄3 ̄)
2021-09-19
0