** Flasback on **
"Dari mana, Mel? Kok bisa bareng kak Abyan?" Tanya Ansel tersenyum manis menatap Melly, saat Abyan sudah menghilang dari pandangannya.
"Iya, tadi aku ke rumah nenek kalian. Riyan yang memberiku alamat."Jawab Melly sedikit gugup.
Ansel hanya mengangguk mendengarnya "Lalu bagaimana, Apa kamu sudah punya jawaban atas pertanyaanku? Aku harap jawabanmu tidak mengecewakan aku?" Tanya Ansel to the poin dengan senyum manisnya.
Melly diam, seakan mencari jawab yang tepat, dia tak ingin menjadi pokok masalah untuk dua orang kakak beradik itu.
"Maaf,Sel. Aku hanya menganggapmu teman tepatnya seperti saudaraku. Iya,aku sayang padamu tapi hanya sebatas itu. Bukan sayang antara lelaki dan perempuan. Maafkan ya, Sel?" Ucap Melly pelan, dia takut menyinggung Ansel.
"Apa mungkin kamu dan kak Abyan sudah jadian tapi menutupinya dariku?" Tanya Ansel curiga,dan sedikit tersulut emosi dengan jawab Melly.
Ansel memang tidak perna suka dengan kedekatan Melly dan Abyan selama ini. Abyan tahu itu dan selalu menarik diri dari Melly, tapi Ansel tidak perna menyadarinya karena dibutakan oleh rasa cemburunya.
"Tidak,sel.Kami tidak perna jadian." Seru Melly kembali meyakinkan.
"Dan Abyan hanya menganggapku teman saja, dia tidak perna memandangku lebih dari sekedar teman." Sambungnya pelan tapi masih di dengar oleh Ansel.
Melly sebenarnya merasa sedih dengan penolakan Abyan tapi dengan adanya Ansel di depannya dia menyembunyikan rasa sedihnya itu.
"Jadi benar,Mel. Kamu tidak mau menerimaku jadi pacarmu? Aku benar - benar serius sama kamu."Ucap Ansel kembali penuh keyakinan setelah terdiam beberapa lama.
"Maaf,Sel." Hanya itu yang bisa dikatakan Melly. Dia takut salah mengutarakan yang nantinya malah akan menyulut emosi Ansel.
Melly sudah lama mengenal Ansel dan Abyan, keduanya sama-sama mudah emosi. Abyan lebih pada pemendam bisa meledak setelah memakan waktu lama seperti bom, sedangkan Ansel akan terus berulah sampai merasa puas meluahkan emosinya. Abyan pembawaannya pendiam dan kalem, sedangkan Ansel lebih ceria dan banyak bicara.
Cukup lama mereka saling berdiam diri hingga akhir Ansel berucap "Baiklah, kalau itu keputusanmu."
"Biar bagaimanapun aku akan tetap berusaha agar kamu mau jadi pacarku karena aku benar-benar serius padamu,Mel. Akan kubuktikan." Tegas Ansel akhirnya sambil tersenyum, meski Ansel merasa kecewa karena Melly selalu menolaknya.
"Dan, aku harap setelah pembicaraan kita tidak ada yang berubah bila kita bertemu seperti biasa?" Sambung Ansel kembali.
"Iya, terimakasih Ansel atas pengertianmu. Aku sangat senang bila kamu berpikir seperti itu."Ucap Melly tersenyum tulus.
" Tapi aku mohon jangan terlalu memaksakan diri. Sungguh, aku menyayangi kalian berdua. Aku harap, jawabanku ini juga tidak merusak hubunganmu dengan Abyan. Aku sangat takut bila menjadi penyebab pertengkaran kalian. Tolong jangan membuat merasa bersalah, karena itu qkan membuatku menjauh dari kalian." Sambung Melly kembali meyakinkan.
"Baiklah, apa kamu masih ingin disini atau... Ayo,aku temani pulang?" Ajak Ansel akhirnya.
"Tidak usaha,Sel....Lagi pula rumah kita tidak searah,aku juga bisa pulang sendiri.Dan belum terlalu sore untuk pulang sendiri." Sahut Melly berusaha tersenyum manis.
"Aku duluan ya, sebelum benar-benar kemalaman."sambung melly kembali.
Di jawab Ansel dengan anggukan kepala dan berkata "aku temani tunggu angkot ya?"
Melly hanya tersenyum mengiyakan.
Akhirnya, mereka berdua berjalan menuju tempat yang digunakan orang - orang menunggu angkot dalam diam, masih kiku dengan pembicaraan tadi.
"Hai,Sel ngapain disini?"tanya Dion sambil memarkir motornya.
"Barusan temani Melly tunggu angkot." Jawab Ansel sambil menunjuk arah angkot yang sudah tak terlihat.
"Oh,ke rumah Roni yuk, disana lagi ada Yudi, Sahid dan Riyan."Sambung Dion kembali.
"Acara apa, bukannya janjiannya di rumah Riyan?"tanya Ansel lagi.
"Batal." Ucap Dion singkat.
"Kenapa?" Tanya Ansel penasaran.
Dion hanya mengangkat bahu sebagai jawaban.
Ansel masih ingin bertanya, tapi telah di tarik oleh Dion menuju motornya.
"Ayo, jangan banyak tanya."Kata Dion sambil menaiki motornya dan siap melaju.
"Ke rumahku dulu yah?Gerah, mau ganti baju." Kata Ansel sambil mengibaskan tangannya.
"Ok." Jawab Dion singkat.
Tidak berapa lama akhirnya mereka tiba dirumah Roni.
"Hai, Sel...Abyan mana?" Seru Sahid saat melihat Ansel.
"Sepertinya masih di rumah.Coba telpon saja sempat dia sudah di rumah nenek." Ucap Ansel.
"Yud, telpon dulu. Abyan dimana?" Sambung Riyan pula. Yudi hanya mengangguk dan mulai menelpon.
"Tidak diangkat." Seru Yudi setelah berapa lama.
"Coba kirim pesan saja.." Ucap Dion pula,disambut anggukan lagi dari Yudi.
"Bro, lagi dimana. Melunjur ke rumah Roni sekarang. disini sudah ada Ansel, Ajak Beny sekalian. Pesan yang di kirim Yudi ke Abyan.
"Siapa nih yang jadi sponsor?"Tanya Ansel setelah melihat semua makanan dan minuman yang terhidang di depannya.
"Yang punya rumahlah. Lagi menang lotre." Ucap Dion cengar-cengir tidak jelas.
"Lanjut tanpa Abyan nih?" Kata Yudi pula.
"Nikmati aja bro sambil nunggu Abyan. Tidak mungkinkan itu makanan dan minum dilihatin saja." Kata Roni ramah.
Lama menunggu, Abyan benar tak muncul, Ansel makin uring-uringan dan berpikiran macam-macam tentang peristiwa tadi siang, terlihat dari gelagatnya yang gelisah.
"Kenapa bro? sepertinya lagi banyak pikiran,sel. Atau di tolak lagi sama Melly?" Ucap Dion cengengesan, sepertinya sudah mulai mabuk,begitu pun dengan Ansel.
"Sok Tahu,Tau darimana kamu?" Tanya Ansel mulai sinis.
"Tadi, aku liat Abyan dan Melly naik angkot. Entah kemana? Kelihatannya mesra sekali saling pegangan tangan." Kata Dion kembali memanas-manasi Ansel.
Ansel diam dan terus minum tanpa henti, gelas kosong ditambahnya lagi. Pikirannya makin kalut mendengar kata-kata Dion. Sedikit limbung Ansel mulai berdiri dan hendak beranjak pergi.
"Kemana,sel?"Tanya Roni,melihat Ansel sudah melangkah.
"Pulang."ucap Ansel singkat.
Yudi pun ikut berdiri menahan Ansel "Tunggu,Sel. Pulang sama aku ya." Ajaknya. Ansel tidak merespon hanya terus berjalan sempoyongan.
"Yan, ikut yuk...Biar Ansel di tengah takut jatuh." Ucap Yudi pada Riyan sambil berjalan menuju motornya.
Ansel hanya menurut saat di tahan oleh Riyan agar menunggu Yudi men-statar motornya. Motor Yudi melaju mengantar mereka bertiga menuju rumah Abyan tapi saat melewati rumah Yudi.
"YUD,YUDI.....!!!"Terdengar suara teriakan memanggil Yudi.
Riyan yang mendengar jelas menyuruh Yudi berhenti.Akhirnya mereka bertiga singgah di depan rumah Yudi.
"Bantu bapak dulu, itu lagi kerepotan merapikan padi hasil panen tadi."Ucap Anton kakak Yudi.
"Tunggu sebentar, kalian masuk saja dulu di rumah."Ucap Yudi saat turun dari motor. Ansel hanya diam dan menurut pada Riyan yang tidak melepas merangkulannya.
Riyan hanya mendudukkan Ansel di teras rumah Yudi lalu menyusul Yudi untuk membantu. Entah karena kesadarannya pulih atau bagaimana tiba - tiba Ansel berteriak dan mengambil parang yang tergeletak di lantai dekat kakinya.
"SIAPA YANG BERANI....!!!MAJU SINI KALAU MENGAKU JANTAN...!!!" Teriak Ansel.
Riyan dan Yudi terkejut dan berlari ke arah halaman melihat Ansel yang mengayunkan senjata tajam itu kesana kemari.
"Cepat Yud, hubungi Abyan..."Seru Riyan panik.
"Aduh Abyan sedang apa sih sejak tadi susah di hubungi." Keluh Yudi pula setelah menelpon Abyan berulang kali,namun tak ada jawaban.
"Coba telpon Beny deh, suruh dia cari Abyan."Sahut Riyan lagi.
"Halo,Ben.Kamu sama Abyan tidak? Suruh kesini cepat di rumahku. Ansel ngamuk."jelas Yudi saat telpon diangkat Beny.
(......)
"Iya,ini lagi di rumahku.Cepat ya..." Sambung Yudi.
(........)
"Aduh,tidak usah banyak tanya deh. Cepat pokoknya."Sahutnya Yudi lagi dan menutup sambungan telpon.
"Bagaimana? Beny lagi sama Abyan kan?" Tanya Riyan penasaran.
"Tidak, ayo kita coba dekati Ansel. Semoga Ansel mau mendengarkan kita. " Ucap Yudi lagi. Riyan hanya mengangguk meski sedikit takut mendekati Ansel.
***Flasback off***
( Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments