True Love Bad Boy
"Halo..hari ini kumpul dimana?"
(...)
"Ok..Aku jalan......." Kataku menutup panggilan.
Namaku ABYAN ABRAHAM,inilah keseharianku kumpul bersama teman-teman tidak peduli apapun.Tinggal berpindah - pindah dari rumah teman yang satu ke rumah teman yang lain,dan lebih sering aku menginap di rumah nenekku -orangtua dari ibuku.Tidak punya rumah?tidak punya orangtua?jawabku punya...
Orangtuaku masih lengkap, dan semoga akan tetap begitu hingga aku bisa membahagiakan mereka. Aku anak pertama dari 8 bersaudara, banyak yah? Padahal ibuku termasuk berhasil dalam KB karena jarak setiap saudaraku cukup jauh. Mungkin, karena ibuku menikah di usia yang masih sangat muda. Maklum saja orang jaman dulu seperti itu, dinikahkan di usia muda. Itu sedikit tentang keluargaku.
Aku tidak betah di rumah bukan karena perlakuan kedua orangtuaku, tapi aku merasa kasian kepada mereka yang hidup pas - pasan dengan banyak anak. Jadi, karena itu -aku dan adik pertamaku lebih memilih tinggal berpindah - pindah. Selain untuk bekerja, kami juga menganggap hal itu bisa mengurangi beban orangtua, jika kami berdua tidak di rumah.
Pekerjaanku serabutan -tidak tetap -lebih sering menjadi buruh bangunan. Alhamdulillah hasilnya lumayan, setidaknya bisa memenuhi kebutuhanku sendiri. Serta bisa memberikan sedikit tambahan uang belanja dapur untuk mama, panggilanku pada ibuku.
Hari ini aku lagi santai, sedang tidak ada tawaran pekerjaan, lebih tepatnya menikmati penghasilan yang aku dan teman-temanku dapatkan minggu kemarin setelah kerja keras banting tulang tentunya.
"Halo bro...mana yang lain?" Sapaku pada Roy yang sedang asyik bermain hp di teras rumahnya.
"Tadi katanya sudah on the way....."Sahut Roy sahabat karibku,kami sedang berkumpul di rumahnya.
"Mau makan apa kita? Ikan bakar atau ayam bakar?" Tanya adikku Ansel. Ya, kami memang bagai anak kembar dimana ada aku pasti ada Ansel. Selisih usiaku dengannya hanya dua tahun, itulah jarak paling dekat usia saudara - saudaraku. Dan mungkin, karena itu juga aku sangat dekatnya, karena hampir seumur.
"Tuak(minum keras khas daerahku) ada kan?" Tanyaku pula pada Roy sambil membakar sebatang rokok.
Inilah kebiasaan buruk kami, berkumpul mengadakan pesta minuman yang di larang oleh agama dan hukum negara. Aku memang bukan laki - laki yang baik, pergaulanku bebas dan nak*l, itu salah satu kesalahan yang kubuat.Terpengaruh dengan lingkungan yang berawal dari coba-coba, memberi contoh yang tidak baik pada adikku, Ansel. Hingga dia mengikuti jejakku seperti sekarang.
"Iya,Dion dan Roni yang beli sambil jalan kesini katanya..." Jawab Roy kembali sambil menghisap dalam rokok di tangannya.
"Kalau soal makanan sesuaikan saja dengan uang yang terkumpul nantinya..." Sambungnya lagi. Aku dan Ansel hanya mengangguk menyetujui ucapannya.
Tidak terlalu lama menunggu, teman-temanku mulai berdatangan, dan acara pun kami mulai. Kami sepakat pesta ayam bakar, karena Sahid membawa dua ekor ayam. Katanya ayam ibunya yang dia ambil di kandang. Ya, itulah kawan-kawanku. Mengambil sesuatu yang kadang bukan hak kami -selalu seenaknya.
Tidak ada hal baik dari diriku, si pembuat onar, banyak tingkah dan meresahkan masyarakat. Apa kata orangtuaku? Jelas malu... Mereka hanya bisa diam melihat ulahku dan adikku yang kadang sampai pernah keluar masuk penjara. Aku tau mereka kecewa tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Aku memang di kenal keras kepala dan pembangkang. Ansel, adikku jangan ditanya pastinya sama sepertiku. Lingkungan benar-benar membentuk kami menjadi sangat buruk.
Pacar? Jangan meragukan aku, pastinya banyak. Wajahku tidak jelek - jelek amat cukup membuat cewek - cewek antri. Ansel pun sama, itu pula yang kadang membuatku dan teman-temanku berselisih bahkan dengan adikku sendiri. Meskipun aku lebih banyak mengalah bila soal wanita. Aku masih punya hati bila melihat cewek yang mereka sia - siakan meskipun itu hanya wanita panggilan. Iya, wanita panggilan.
Terkadang teman - temanku memanggilnya untuk menyemarakkan acara kumpul - kumpul kami tapi aku lebih sering hanya memandang kasian pada mereka. Kasian loh bukan n*fsu.
Karena setelah di ajak cinta semalam oleh teman-temanku, kadang mereka sudah tidak peduli dan tidak ambil pusing, dengan kehadiran gadis - gadis itu. Malah membiarkannya merengek meminta ongkos pulang atau sekedar minta diantarkan pulang. Hingga, selalu membuatku kadang harus turun tangan mengantarkan mereka, atau sekedar memberinya ongkos pulang. Mungkin karena sifatku yang seperti itu, membuat cewek - cewek lebih nyaman dan ingin dekat denganku.
Malam ini kami semua benar - benar menghabiskan waktu dengan minuman terlarang lagi, tidak terasa sudah hampir pagi. Mataku sudah tidak bisa kutahan, aku tertidur di balai teras rumah Roy, yang lain jangan ditanya semua sudah pada posisi tidak karuan terlelap dengan mimpi masing - masing.
Hari berikutnya pun sama, tapi di rumah teman yang berbeda, tak jarang pula semuanya berkumpul di rumahku. Orangtuaku tidak masalah karena sering kalah debat dengan aku dan Ansel. Mereka lebih sering meninggalkan rumah kala aku sedang berkumpul dengan teman - temanku. Tak jarang pula aku berkumpul di rumah nenekku. Namun, jika di rumah nenek -kami tidak berani macam - macam, hanya sekedar berkumpul biasa saja, menikmati jajanan dengan minuman dingin atau snack biasanya. Nenek lebih tegas, yang membuatku dan Ansel segan pada beliau. Aku sangat hormat padanya. Meski apapun nasehatnya tidak perna aku hiraukan. Setidaknya dengan tidak berulah di rumahnya, beliau masih mengizinkan kami menginap bila sedang tidak ada kerjaan.Ya, aku dan adikku lebih betah menginap di rumah orangtua mamaku itu. Dikarnakan rumahnya cukup luas dengan penghuni yang sedikit, lebih lega daripada rumah orangtuaku.
***
"Assalamualaikum..." Terdengar suara dari balik pintu,yang sempat mengalihkan perhatianku yang awalnya ingin tidur.
Siang ini aku lagi malas - malasan di kamar, di rumah nenek. Aku hanya mendengar tanpa mau menawab atau keluar melihat yang datang.
"Waalaikumsalam.. siapa yah?cari siapa?" Terdengar jawab dari nenek yang melangkah dari arah dapur.
" Saya Melly... Abyan,ada nek...?"Jawab Melly dengan senyum manisnya.
" Sini masuk, duduk dulu. Aby nya mungkin sedang tidur, sebentar nenek lihat dulu." Jelas nenek ramah, Melly menggangguk sungkan.
Mendengar itu, aku buru-buru keluar -rasanya hari ini aku tidak ada janji dengan siapa pun, apalagi dengannya.
"Eh,kamu...Ada apa kesini? Tahu dari mana alamatku?" Aku langsung bertanya bertubi - tubi pada Melly saat berada di hadapannya.
Nenek sudah cemberut melihat ke arahku, aku tau dia kesal, bukan sekali ini ada cewek datang mencariku dan terkadang pula mencari adekku Ansel. Beliau tidak suka dan menganggap kami mepermainankan mereka.
"Tahu dari Riyan, tadi aku mampir di rumahnya sebelum kesini."Jawab Melly masih dengan senyum manisnya.
Aku hanya bisa menarik nafas panjang mendengarnya, berlalu masuk kembali ke kamar untuk mengambil jaket kesayanganku.
"Ayo, pergi...." Ajakku saat kembali lagi di hadapannya.
"Mau kemana? Aku sengaja kesini cuma mau kenalan dengan orang di rumahmu." Sahut Melly sedikit terkejut karen aku menarik tangannya ke luar rumah.
"Lain kali saja..Ayoo...!!! Ada yang mau aku bicarakan, tidak enak bicara disini banyak bocah...." Balasku kembali dan masih menggenggam tangannya sambil melangkah.
Melly hanya menurut setelah meletakan kresek yang ia bawa, entah apa isinya. Biar adik-adik kecilku yang memeriksanya nanti.
"Kemana....?" Tanya kembli saat kami sudah berada di tepi jalan.
"Tunggu angkot dulu..." Balasku singkat, baru tersadar sejak tadi mengenggam erat tangannya. Melly hanya diam mendengar ucapanku, mungkin terlalu hanyut menikmati genggaman tangan kami.
Yah, aku memang tidak punya kendaraan. Jangankan motor, sepeda saja aku tidak punya. Tapi herannya, kenapa semua cewek-cewek itu mau jadi pacarku. Melly bukan siapa-siapa bagiku, aku hanya menganggap dia sebatas teman saja. Namun, sepertinya dia salah mengartikan keramahan dan kebaikanku padanya. Dan yang aku tahu, Ansel sangat tertarik padanya.
Tidak berapa lama menunggu, akhirnya angkot yang kami tunggu sudah nampak, aku melambaikan tangan menghentikannya. Kami naik dalam diam, selang 10 menit kami tiba di pasar -tempat pemberhentian terakhir angkot yang kami gunakan. Setelah turun, aku mencari warung yang bisa kami tempati untuk duduk dan ngobrol dengan nyaman.
Pilihanku jatuh pada warung gado-gado, yang tidak jauh dari tempat kami turun, aku masuk lebih dulu, lalu Melly menyusul mengikutiku dalam diam. Setelah memesan makanan,aku kembali fokus bertanya padanya.
"Ada apa mencariku?" Ucapku memulai obrolan.
Melly hanya menunduk dalam diam, entah apa yang sedang dia pikirkan, mencari jawaban yang tepat atau sedang ada masalah.
"Mel...."panggilku lagi, karena cukup lama menunggu, tapi Melly masih diam dan malah terlihat melamun.
Melly mengangkat kepala menatapku,meski sedikit tersentak dengan panggilanku.
Sambil berucap dengan lirih Melly berkata " Aku suka sama kamu..."
( Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Herni Herniaty
cerita hidupx siapa ini dich... kya'x bisa q tebak... ☺
2024-07-25
1