BAB 4

Mansion keluarga Abimana, bangunan mewah nan kokoh kini tepat berada di depan Alana. Gadis itu tampak terpukau melihat bagaimana mansion indah seperti itu di kelilingi taman yang begitu terawat. Bunga bermekaran dengan cantik, rumput hijau dan ada mesin air otomatis yang menyebar ke seluruh taman.

Alan berjalan duluan meninggalkan Alana, melihat itu Alana bergegas menyusul Alan dan berusaha untuk tetap tenang. Pintu yang tingginya 5 kali dari tinggi tubuh Alana kini terbuka lebar menyambut putra sulung keluarga Abimana.

"Bunda." Suara Alan begitu menggelegar di sudut ruangan, kepalanya menoleh ke kanan dan kiri guna mencari sang bunda.

"Alan, Putraku." Sahut seorang wanita yang terlihat sudah berumur namun masih tetap cantik.

Dibelakang wanita itu terdapat seorang wanita cantik dan terlihat sangat elegan, tatapannya langsung menatap Alana yang memberikan salam hormat padanya.

"Alan, kau datang bersama siapa?" tanya wanita itu dengan suara yang begitu angkuh.

"Dia Alana, Sekretaris ku." Jawab Alan memperkenalkan Alana.

"Oh kau cantik sekali, semoga nyaman ya bekerja dengan Alam," cicit Bunda Alan bersama Rina.

"Tentu, Nyonya." Balas Alana dengan sopan.

"Fiona, ajak kakak mu ke meja makan." Tutur Bunda Rina pada putrinya.

"Iya, Bund." Fiona yang merupakan adik Alan, mengajak pria itu menuju ruang makan.

Sementara itu, Bunda Rina mendekati Alana dan memberikan senyuman hangat nya pada Alana. Alana membalas senyuman wanita di depannya tak kalah ramah dan sopan.

"Ayo, Nak. Kau juga harus ikut makan." Ajak Bunda Rina menarik pelan pergelangan tangan Alana.

"Tidak, Nyonya. Saya sudah makan tadi," tolak Alana merasa tidak enak hati jika harus makan bersama keluarga atasannya.

"Sedikit saja, Nak. Aku sudah masak banyak." Pinta Bunda Rina tampak memohon, tentu Alana menjadi semakin tidak enak karena itu.

Akhirnya Alana ikut makan bersama dengan Alan, Bunda Rina dan Fiona. Sedikit canggung untuk menyuap makanan ke dalam mulutnya, karena tadi mereka memang sudah sempat makan dan entah mengapa Alan terlihat begitu menikmati makanannya meski ia juga tadi sudah makan.

"Makan lah, Alana. Jangan malu," cicit Alan menatap Alana yang sejak tadi malu-malu.

"Tidak perlu malu, lagipula tidak akan ada yang memarahi mu disini." Sahut Fiona sedikit ketus pada Alana.

Akhirnya Alana mulai menyuap makanan ke dalam mulutnya, setelah menghabiskan setengah nasi dalam piringnya ia memilih untuk menyudahi makan nya karena perutnya juga sudah sangat kenyang.

***

Setelah dari mansion Abimana, Alan langsung untuk Alana pulang dan tidak perlu kembali ke kantor lebih dulu karena waktu juga sudah sore. Awalnya Alana menolak, namun akibat pemaksaan Alan akhirnya wanita itu mengangguk juga.

"Iya, Pak Tara. Sudah disini rumah saya," ucap Alana pada pak Tara yang sejak tadi fokus membawa mobil.

"Dimana rumah mu?" tanya Alan tidak melihat ada rumah disekitar sana.

"Gang kecil itu, masuk ke dalam, Pak." Jawab Alana menujuk gang senggol yang terletak tidak jauh.

"Kau tidak mau diantarkan sampai ke dalam?" tanya Alan lagi dan sontak itu membuat Tara yang mendengarnya terbatuk.

"Ada apa denganmu?" tanya Alan menatap tajam Tara.

"Maaf, Tuan." Jawab Tara berusaha menahan batuk yang lagi lagi ingin keluar.

"Maaf, Pak. Tidak perlu, selain merepotkan mobil anda juga tidak akan muat masuk kesana." Tolak Alana kemudian menunduk sopan sebelum akhirnya benar-benar keluar dari mobil Alan.

Alan menatap Alana sampai gadis itu tak terlihat di telan gang yang ia sendiri tidak tahu sebesar apa jalan menuju rumah Alana, setelah beberapa saat akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke apartemennya karena tubuhnya juga sudah sangat lelah.

"Antar aku ke apartemen," pinta Alan seraya mengendurkan dasinya dan bersandar di jok mobil dengan kepala mendongak.

"Tuan, boleh saya bertanya?" tanya Tara ragu-ragu.

"Hmmm," dehem Alan tanpa menatap pada Asistennya itu.

"Maaf jika saya lancang, apa anda menyukai Nona Alana?" tanya Tara yang membuat Alan mengubah posisinya menjadi duduk tegap.

"Apa maksudmu, tentu saja tidak." Jawab Alan cepat, meski awalnya ia ragu untuk menjawab.

Entahlah, untuk saat ini mungkin cinta tidak lah etis. Mereka baru bertemu beberapa saat dan bagaimana dengan anehnya Alan langsung jatuh cinta pada gadis itu. Apakah ini yang disebut cinta pada pandangan pertama?

Alan tidak terlalu memusingkannya, ia bisa bisa stress karena terus bergulat dengan pikirannya.

HADUH PAK CEO ADA ADA SAJA 🤣

BERSAMBUNG.................

Terpopuler

Comments

solehatin binti rail

solehatin binti rail

lanjutttt💪

2024-11-25

0

Dina Mariati Mohamad

Dina Mariati Mohamad

/Heart/

2023-12-15

0

susi 2020

susi 2020

😍😘🥰😘

2023-01-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!