Hari berikutnya, Alana sudah siap dengan pekerjaannya hari ini. Semalaman mempelajari apa yang disukai dan tidak disukai oleh atasannya itu membuatnya kini bisa lebih memahami Alan.
Seperti pagi ini, Alana menyiapkan kopi pahit sebelum Alan datang, ia meletakan kopi buatannya di meja kemudian berniat untuk pergi.
Seakan takdir tak berpihak padanya, pintu terbuka bersamaan dengan Alana yang baru saja ingin keluar sehingga akhirnya pintu yang terbuat dari kayu jati murni itu berhasil menubruk dahinya.
"Astaga, kau tidak apa apa?" tanya Alan melihat Alana yang memegangi dahinya yang memerah, meskipun begitu wajahnya tetap menunjukkan senyum.
"Selamat pagi, Pak." Sapa Alana menunduk kecil.
"Bagaimana dahi mu, apa perlu aku panggilkan dokter perusahaan untuk memeriksa mu?" tanya Alan melihat dahi Alana yang semakin merah, maklum saja wajah Alana putih bersih sehingga merah terlihat begitu kontras padanya.
"Tidak, Pak. Terimakasih banyak, saya permisi." Pamit Alana lalu segera keluar dari ruangan Alan.
"Astaga gadis itu selalu saja," gumam Alan melepas jas nya kemudian ia letakkan di kursi nya.
Alana berusaha menyamai jalan atasannya yang begitu cepat, siang ini Alan ada jadwal jamuan makan siang dengan perusahaan yang bekerja sama dengan C&M group.
Alana dengan sigap membukakan pintu mobil untuk Alan dimana setelahnya ia segera duduk disebelah Alan yang sudah sibuk memegangi iPad ditangannya.
"Apa jadwalku setelah ini?" tanya Alan sambil mengusap layar iPad yang menampilkan statistik penjualan.
"Tidak ada, Pak. Setelah ini jadwal anda kosong," jawab Alana yang sudah menghafal jadwal Alan untuk hari ini.
Alan mengangguk kecil, tak lama setelahnya ponsel apel digigit miliknya berbunyi. Segera ia menjawabnya setelah tahu siapa si penelpon.
"Kenapa bunda?" tanya Alan yang didengar oleh Alana, ah sepertinya itu adalah ibu nya Alan. Tebak Alana.
"Baiklah bund, setelah pertemuan ini aku akan pulang ke mansion. Jangan khawatir aku pasti datang," putus Alan mengakhiri percakapan teleponnya dan menyimpan ponselnya di saku.
"Setelah pertemuan ini kau harus menemaniku pulang ke rumah," ucap Alan menatap Alana yang mengangguk sopan.
"Baik, Pak." Balas Alana patuh atas perintah atasannya.
Mereka sampai di sebuah restoran yang cukup mewah, Alana berjalan dibelakang Alan dengan membawa beberapa berkas yang diperlukan untuk mambahas kerjasama.
Alan menghampiri seorang pria yang sudah lumayan berumur lalu menjabat tangannya dengan sopan, Alana sendiri memberikan hormat pada klien atasannya dengan mengangguk kecil.
"Maaf telah membuat mu menunggu, Pak Bobi." Ucap Alan seraya membuka kancing jas nya sebelum duduk.
"Tidak masalah," balas nya tersenyum.
"Perkenalkan dia Alana, sekretaris saya." Ucap Alan memperkenalkan Alana yang langsung mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan klien Alan.
"Wah wah nama kalian mirip sekali ya, Alan dan Alana." Tukas Pak Bobi seketika membuat Alan dan Alana sadar jika nama mereka benar benar mirip.
"Mungkin kebetulan saja pak," balas Alan memutus pembahasan nama mereka yang hampir sama itu.
Makan siang pun berlangsung, setelahnya mereka membahas tentang kerjasama mereka yang sebentar lagi akan terjalin. Hanya butuh 1 tanda tangan pak Bobi maka kerjasama dengan kontrak selama 2 tahun akan terjadi.
"Saya suka kinerja anda pak Alan, diusia muda anda sudah bisa menjadi CEO dengan banyak keahlian yang luar biasa," puji pak Bobi.
"Terimakasih banyak, Pak. Saya sangat tersanjung mendengarnya," balas Alan tersenyum.
Setelah selesai pertemuan, seperti kata Alan tadi mereka pergi ke rumah Alan. Selama perjalanan tidak ada pembicaraan, Alan yang diam sementara Alana sibuk mengurus hasil kontrak yang tadi baru terjalin melalui iPad nya.
"Tara, kita mampir ke toko bunga dulu." Ucap Alan pada sopir sekaligus asisten pribadinya di luar perusahaan.
"Baik, Tuan." Sahut Tara membelokkan mobilnya menuju toko bunga yang biasa Alan datangi sebelum pulang ke mansion orangtuanya.
"Saya akan kirim salinan kontrak nya kepada bapak, dan mohon bapak segera menandatangani nya," ucap Alana setelah selesai mengerjakan tugasnya.
"Kau tinggal sendiri di Jakarta?" tanya Alan, bukannya menjawab ucapan Alana tadi Alan justru bertanya hal lain.
"Iya pak, kedua orangtua saya tinggal di kampung." Jawab Alana.
"Lalu kau tinggal dimana?" tanya Alan lagi semakin memperpanjang perbincangan mereka.
"Tidak jauh dari kantor, Pak." Jawab Alana canggung untuk menjawab pertanyaan atasannya itu.
"Apa kau punya pacar?" serobot Alan semakin bertanya lebih jauh, bahkan Alana terkejut mendengar pertanyaan Alan barusan.
"Maaf, maksud saya ah sudah lupakan saja." Ralat Alan merasa bodoh bertanya demikian.
Alana hanya mengangguk kecil, bibirnya menyunggingkan senyuman paksa dicampur aneh. Bagaimana tidak, apa ada atasan yang menanyakan hal pribadi disaat masih bekerja.
"Tenang Alana, dia hanya bertanya. Astaga!!" batin Alana menggenggam tangannya sendiri erat.
Pak Alan main serobot aje🤣🤣
BERSAMBUNG..............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Alanna Th
thor, aq baca ulang nie
2024-03-01
0
Devi Sihotang Sihotang
itu kode loh alana
2023-03-09
1
susi 2020
🥰🥰
2023-01-26
0