Dyllain - Alam Keadilan
ℭ𝔥𝔞𝔭𝔱𝔢𝔯 I — 𝔄𝔩𝔞𝔪 𝔎𝔢𝔞𝔡𝔦𝔩𝔞𝔫
Seorang wanita yang tengah terbaring di atas permukaan tanah, membuka kedua netra indahnya. Wanita itu keheranan mendapati keadaan di sekitarnya. Dia sadar, ada hal yang janggal di balik ini semua.
Di manakah saat ini dia berada? Bukankah dia telah tiada?
Hal terakhir yang diingatnya adalah, dia mati tertembak oleh polisi setelah bertahun-tahun menjadi buronan di berbagai negeri. Hal itu, terjadi setelah dia menyekap dan membantai dengan kejam sebuah keluarga kaya raya yang begitu dihormati.
Bisa dibayangkan ~ sebuah ruangan kotor nan sempit yang penuh dengan darah berceceran, dengan dua orang anak kecil dan dua orang dewasa di dalamnya. Tidak lupa pula, dengan berbagai macam senjata tajam berkarat yang siap menyayat kembali luka-luka menyakitkan yang sebenarnya masih menganga dari kulit korbannya.
Ah ... dia, bahkan belum sempat mengambil dan menikmati sepeserpun harta dari keluarga itu.
Justine [Dewa Keadilan]
Hey, kau ~ kemarilah ...!
Sang wanita hanya terdiam dan memantung saat seorang pria memanggilnya. Tidak, tidak! Itu hanyalah keinginan dari dalam hatinya. Nyatanya, tubuhnya tak menurutinya dan malah berjalan menghampiri si pria.
Bibirnya tertutup rapat, tubuhnya serasa tak dapat dikendalikan dirinya sendiri. Kakinya terus melangkah hingga sampai pada suatu titik yang memang menjadi tujuan raganya.
Justine
Anastasya ~ benar, bukan? Benarkah itu namamu?
Justine, Sang Dewa Keadilan menampakkan reaksi herannya. Kedua dahinya berkerut ketika melihat roh gadis di hadapannya. Makhluk itu hanya diam, membisu, dan tak memberikan respons apapun kepadanya.
Justine
Hmm ..., kenapa dia tidak memberikan respons?
Tak lama, Justine menyadari kesalahannya. Dia ingat, dia telah memberikan sihir kepada Anastasya—dan karenanya, dia bisa mengendalikan tubuh gadis itu.
Justine sengaja melakukannya untuk berjaga-jaga. Dia pernah mendengar cerita dari gurunya, bahwa roh, bisa saja mengamuk saat pertama kali terbangun di Alam Keadilan yang saat ini berada di bawah kendalinya. Dan tentu saja, dia tak menginginkan adanya kekacauan di wilayah miliknya.
Justine pun segera melepaskan sihirnya dari Anastasya. Sebuah cahaya hijau keluar dari tangan putih nan sucinya.
Justine
Kau-sudah bisa berbicara sekarang.
*Menatap Anastasya
Justine
Kenapa? Kenapa kau-hanya diam?
Justine
*Merasa heran dan kebingungan
Justine
[Hmm ..., bukankah manusia yang bisu akan bisa berbicara di alam ini? Guru tak mungkin salah, bukan?]
Justine
*Berpikir dengan keras
Baiklah, Justine hanya mengetahui segelintir tentang Alam Keadilan dan perempuan di hadapannya. Ini, mengingat dirinya masihlah seorang pemula. Dia baru saja menggantikan Dewa sebelumnya yang memutuskan untuk pensiun setelah melaksanakan waktu tugasnya yang sudah terhitung sangatlah lama.
Tetapi, dia yakin soal apa yang dipikirkannya. Gurunya sendiri yang memberitahunya, bahwa ...—
Kalau manusia dengan kekurangan fisik maupun mental meninggal, maka, setelah dia terbangun di Alam Baka, dia akan menjadi roh yang berbentuk layaknya manusia normal pada umumnya; memiliki bentuk tubuh yang sempurna, pancaindra yang sempurna, dan akal pikiran yang sehat pula.
Singkat dan jelas, bukan?
Irit bicara, itulah Anastasya. Wanita itu, tak suka mengucapkan banyak kata yang tak penting menurut dirinya. Terlebih lagi, jika itu kepada sosok asing yang tak dikenalnya, maka dia akan menjadi lebih diam lagi.
Justine
Aku adalah ... Justine, Dewa Keadilan yang mulia.
Justine
*Tersenyum dengan penuh percaya diri
Justine berucap dengan penuh rasa bangga. Dirinya berpikir, bahwa wanita dihadapannya, akan takjub olehnya. Sayangnya, dia tak tahu siapa Anastasya.
Dia adalah wanita yang tak ingin menjalin hubungan (dalam artian memiliki kekasih, pacar, menikah, atau sejenisnya) seumur hidupnya!
Anastasya
Di mana, aku? Aku ..., sudah mati, bukan?
Anastasya
*Menatap Justine datar
Masabodoh dengan pria di hadapannya. Saat ini, Anastasya hanya penasaran dengan tempatnya berada saat ini. Alam Baka-kah?
Justine
[Hah ..., kenapa dia tidak terlihat kagum? Oh, tidak! Astaga! Sungguh, aku kecewa!]
Justine
[Baiklah, tak apa. Sekarang, kau-harus melakukan tugasmu, Justine!]
Justine
*Menormalkan ekspresi wajahnya yang awalnya sedikit aneh
Justine
*Terdiam beberapa saat
Justine
Alam Keadilan ~ kita berada di Alam Keadilan, sekarang ini.
Justine
Dan ... sekali lagi ...—
Justine
Aku adalah Dewa Keadilan, Dewa yang akan memberi hukuman kepada manusia yang melakukan banyak dosa di Dunia Fana dan memberi hadiah kepada setiap kebaikan yang dilakukannya.
Justine
Dan manusia itu termasuk kau, Anastasya ...!
Anastasya
*Menaikkan salah satu alisnya
Saat ini, Anastasya tengah mengerutkan kedua alisnya. Jadi, apakah dia di sini untuk menebus semua kesalahannya selama hidup di dunia?
Justine
Kau-berada di sini untuk menebus dosa-dosamu.
Justine
Reinkarnasi, kau-akan bereinkarnasi. Entah berapa kali ~ intinya, sampai semesta menghendaki agar seluruh dosamu terampuni.
Justine
Ya—ketika dosa-dosamu sudah terampuni, maka, secara otomatis, hukumanmu akan terhenti; dan kamu bisa melanjutkan hidup dengan tenang di Alam Roh bersama roh-roh lain.
Justine
Tapi, tentunya tidak semudah itu.
*Tersenyum
Justine
Ada banyak kebaikan yang harus kau-lakukan; atau mungkin, ada juga tugas yang harus kau-selesaikan.
Oh, tidak! Dia tak tahu seberapa banyak dosanya ~ membunuh, mencuri, menyiksa itu semua sudah menjadi kesehariannya di Dunia Fana.
Anastasya
[Aku tak tahu harus bagaimana. Haruskah aku menangis? Atau haruskah aku tertawa?]
Anastasya
[Melakukan banyak kebaikan? Tugas?]
Anastasya
[Aku harus bereinkarnasi agar dosa-dosaku terampuni?! Astaga!]
Anastasya
[Aku benci hidup ini!]
Anastasya
[Ayolah, aku hanya ingin menikmati setiap waktuku dengan tenang!]
Baiklah, Anastasya akui, itu semua memang akibat dari kesalahannya. Namun, dia bukan pengecut yang akan lari dari permasalahan yang telah dibuat oleh dirinya sendiri ~ Akan dia hadapi walau hanya seorang diri.
Semua perbuatan memang ada konsekuensinya, bukan? Dia yang salah, maka dia juga harus bertanggung jawab atas itu semua.
Justine
Selama dalam masa hukuman, renungilah semua kesalahanmu. Lalu, jangan sampai kau-berbuat kesalahan yang sama lagi! Jika tidak ...—
Anastasya
Baik, aku mengerti.
Anastasya tetap merasa tenang. Lagipula, untuk apa dia tegang? Hanya bereinkarnasi, bukan?
Ya, reinkarnasi—dan sialnya, ia tak tahu harus berapa lama menjalani itu.
Apa kalian berpikir bahwa hidup berkali-kali dengan ingatan dari kehidupan sebelumnya itu mudah?
Tidak! Itu akan menjadi neraka bagi Anastasya!
Justine
Baiklah, kita akan bertemu dengan Dewa Reinkarnasi, sekarang. Apa kau-siap?
Anastasya
*Mengangguk mantap
Anastasya pun mengangguk mendengar ucapan Justine.
Siap tidak siap, dia harus tetap siap, bukan?
Justine
Ayo ikuti aku, Anastasya ...!
Justine mulai berjalan, Anastasya mengikutinya dari belakang dengan keadaan yang tak pasti.
FeyQueen_1538
Hai, Semua! Selamat datang di ceritaku ...! Kalau ada yang bingung kenapa waktu di awal dan sekarang bab ini dan beberapa bab ke depan berbeda, itu artinya sudah direvisi, ya ....
FeyQueen_1538
Terima kasih!
Comments
Andry Lenny
hmmmm msh nyimak dulu nih ceritanya... mudah²an sesuai ekspektasi y...
2023-12-31
0
Freya Kyla
Lalu di reinkarnasinya, dia selalu mendapatkan cobaan >o<
#Bagaimana pendapatmu soal hukuman Anastasya?#
2022-12-31
1
Freya Kyla
Sampai saat ini, aku masih merasa kalimat ini terlalu alay! #Apa pendapatmu tentang bab ini?#
2022-12-31
1