Rumah Ellea
Ellea terkejut melihat kedatangan Zian dengan wajah yang sudah babak belur. Apa yang telah terjadi dengan Zian? Apakah Zian baru saja tawuran? Ellea sangat mengenal Zian. Tidak mungkin seorang Zian akan tawuran karena Zian tidak jago dalam hal itu.
Zian masuk ke dalam rumah Ellea. Ia berjalan tertatih-tatih. Rasa sakit akibat pukulan Elang yang diterimanya sangat nyeri. Ellea segera membantu Zian dan mendudukkannya di sofa.
“Zian, mengapa wajahmu babak belur? Kau tawuran ?” tanya Ellea.
Zian tak menjawab. Dia masih menetralkan nafasnya.
“Zian, jawab aku!!!” bentak Ellea kesal
“Kau mau tahu aku kenapa? Ini semua ulah mantanmu” kata Zian dengan menekankan kata mantan pada Ellea.
Ellea terkejut. Mendengar kata "mantan" yang diucapkan Zian, pikiran Ellea langsung tertuju pada Elang. Ellea mengamati wajah Zian. Wajahnya sungguh tak beraturan. Mana mungkin Elang bisa berbuat sekejam itu? Baju Zian juga penuh sobekan dan darah. Apa mungkin Elang mengeroyok Zian?
Ellea memang pernah berpacaran selama satu tahun dengan Elang. Selama itu tak pernah sedetikpun Elang terlihat bringas dan kejam. Ellea mengenal Elang sebagai sosok yang lemah lembut dan sabar. Jadi sudah pasti Ellea tak percaya jika itu perbuatan Elang.
“Kenapa? kau tak percaya jika mantanmu yang melakukan ini?" tanya Zian lagi dengan nada mengejek.
"Dia menyerangku dengan membabi buta. Kalau saja Om Ale tidak datang, mungkin aku sudah tewas” ucap Zian lagi.
“Tewas? Maksudmu Elang mau membunuhmu?” tanya Ellea tak percaya.
“Ya. Dia sudah siap menembakku. Sepertinya mantanmu sudah ikut aliran mafia” ejek Zian lagi pada Ellea.
Ellea pergi ke dapur. Dia mengambil es batu dan mulai mengompres luka lebam Zian. Zian adalah sepupu Ellea. Ayah Zian adalah kakak dari Ibu Ellea. Mereka sangat dekat. Umur Zian dan Elea hanya berbeda 4 bulan sehingga sejak kecil mereka sudah dekat bahkan mereka selalu satu sekolah dari TK sampai SMA. Namun menginjak kuliah Zian dan Ellea mengambil kampus yang berbeda sehingga mereka jarang bertemu.
“Pelan-pelan, El” ringis Zian.
“Mengapa Elang semarah itu padamu?” tanya Ellea.
“Mana ku tahu. Tiba-tiba dia datang ke bengkelku, menculikku dan membawaku ke sebuah tempat sepi. Disana dia memukulku dengan membabi buta. Dia marah denganku dan aku tak tahu apa salahku dan yang lebih gilanya lagi dia mau membunuhku. Untung saja ada Om Ale yang menggagalkan aksi gilanya” kata Zian panjang lebar.
Ellea menghela nafas. Dia sungguh tidak percaya dengan cerita Zian. Elang hampir membunuh Zian? Kenapa? Apa salah Zian? Setahu Ellea, Elang dan Zian adalah teman akrab. Mereka teman satu kampus. Selama berpacaran dengan Elang, tak pernah sekalipun Ellea melihat mereka bertengkar. Mereka selalu akur layaknya saudara.
“Wajahmu sudah aku kompres. Sekarang kau istirahatlah! Aku akan keluar sebentar untuk membeli makanan” ucap Elea.
“Paman dan Bibi ada?” tanya Zian.
“Tidak. Mereka sedang ke luar kota. Mungkin besok akan pulang. Kau istirahat dulu. Di kulkas ada beberapa cemilan dan minuman ringan. Aku pergi sebentar” ucap Elea berlalu.
\_\_\_\_\_\*\*\*\_\_\_\_\_\_\_
Elang menatap sinis pada sosok yang tengah duduk di sofa ruang tamunya. Sosok itu memang sudah tidak asing baginya. Elang baru saja pulang dari acara pertunangan Ale dan Aisha. Niat Elang ingin segera tidur untuk menjernihkan pikirannya. Namun siapa disangka, rumahnya kedatangan tamu tak diundang.
“Mau apa kau kemari?” tanya Elang dengan suara beratnya.
Sosok itu yang tak lain adalah Ellea, mantan kekasihnya sebelum Kiara. Ellea menoleh ke belakang. Ia berdiri dan menatap Elang dengan seksama. Ada perasaan bersalah dalam hatinya. Ia melihat tatapan benci di mata Elang untuknya. Kebencian karena ia telah menorehkan luka di hatinya.
“A...ku...ke..ma..ri.. hanya ingin menanyakan perihal Zi...an” ucap Ellea terbata.
Entah mengapa saat ini dia sangat takut melihat Elang. Apa mungkin perkataan Zian tadi benar jika Elang sudah masuk aliran mafia?
Elang melangkahkan kakinya menuju sofa dan duduk dengan mengangkat kaki kanannya. Gaya arogannya memang sengaja ia tampakkan di hadapan Ellea.
“Kau jauh-jauh kemari hanya ingin bertanya tentang sepupu brengsekmu itu? Cihhhh!” umpat Elang.
Ellea kaget dengan sikap Elang yang sangat dingin padanya. Sosok laki-laki dihadapannya bukan seperti Elang yang dia kenal dulu. Elang yang usil, lucu dan menggemaskan. Mengapa Elang bisa bersikap arogan seperti itu?
“Elang, jika kau memukul Zian gara-gara aku. Tolong hentikan! Jangan kau lukai Zian. Pukul saja aku. Aku yang salah. Zian tidak tahu apa-apa tentang masalah kita” ucap Ellea.
“Masalah kita? Aku tidak punya masalah denganmu. Kau sendiri yang membuat aku bermasalah dengan kekasihku! Kau, mantan terburukku muncul disaat aku akan melamar kekasihku!!! Apa maumu, Ellea? Apa tidak cukup kau menyakiti hatiku? Puas kau sekarang membuatku kehilangan Ara?” serang Elang bertubi-tubi.
Ellea paham. Ternyata ini ada hubungannya dengan kemunculannya di taman. Saat itu Ellea tidak tahu kalau Elang bersama kekasihnya. Ia tidak sengaja melihat Elang dan memanggilnya. Saat itu Ellea seperti kembali menemukan separuh jiwanya. Ellea dengan spontan memeluk Elang sambil menceritakan kisah mereka di masa lalu.
“Kenapa kau diam? Kau dan sepupu brengsekmu itu memang sepakat kan ingin membuatku putus dengan Ara?” tanya Elang.
“Elang...maafkan aku. Tolong jangan bawa-bawa Zian dalam masalah ini? Ini memang salahku. Aku tidak sengaja memelukmu. Aku spontan. Maafkan aku yang tidak bisa menahan diriku. Aku tidak tahu kalau kau sedang bersama kekasihmu” ucap Ellea. Ia menunduk menahan tangis.
“Apa katamu? Jangan bawa-bawa Zian? Jangan kau pikir aku tidak tahu kalau dialah otak dari kekacauan ini semua. Kalian berdua memang iblis. Kalian memang ingin menghancurkan aku” ucap Elang lagi.
“Tidak, Elang, kau salah paham. Zian tidak tahu apa-apa. Ini semua salahku. Tolong maafkan aku” kata Ellea penuh penyesalan.
Elang berdiri. Dia membalikkan badannya. Elang muak melihat wajah Ellea. Elang tidak mau rasa ibanya muncul kembali. Elang melipat kedua tangannya di depan dada. Menarik nafas panjang berkali-kali.
“Kalau kau tidak keberatan, aku akan menjelaskan kepada kekasihmu. Pertemukan aku dengan dia” ucap Ellea dengan sungguh-sungguh.
Elang tak bergeming.
“Elang...Tolong pertemukan aku dengan kekasihmu. Aku akan menjelaskan semua” ucap Ellea memohon namun Elang tetap tak bergeming.
“Elang....!!!” panggil Elea lagi kali ini ia tidak bisa menahan air matanya.
“Pergilah! Kau tidak akan bertemu dengan Ara. Ara sudah pergi entah kemana” ucap Elang. Ia melangkahkan kakinya menuju tangga.
“Elang, tunggu!” panggil Ellea yang membuat langkah Elang terhenti.
“Pergilah, El! Pergilah! Jangan muncul lagi dan katakan pada Zian aku belum selesai membuat perhitungan dengannya!” ucap Elang lalu pergi meninggalkan Ellea yang menatapnya dengan nanar.
\_\_\_\_\_\*\*\*\_\_\_\_\_\_
Rumah Ellea
Zian masih tidur di sofa ketika Ellea pulang. Ellea menghempaskan tubuhnya dengan kasar di sofa sehingga membuat Zian kaget dan terjaga.
“Kau sudah pulang, El?” tanya Zian.
Ellea mengangguk malas. Zian ingat tadi Ellea pamit untuk membeli makanan namun tak ada bungkusan yang di bawa Ellea.
“Kau bilang tadi akan membeli makanan. Mana makanannya?” tanya Zian.
“Aku tidak membeli makanan” ucap Ellea dengan nafasnya yang berat.
“Kenapa? Warungnya tutup? Atau kau lupa membawa uang?” tanya Zian heran.
“Aku pergi bukan untuk membeli makanan tetapi aku menemui Elang” ucap Ellea membuang muka. Hatinya masih menangis mengingat pertemuannya dengan Elang tadi.
Zian bangkit dari tidurnya. “Kau menemui mantanmu? Untuk apa?” tanya Zian. Zian yakin mereka pasti bertengkar karena Ellea mulai terisak.
“Maafkan aku Zian. Gara-gara kemunculanku, kau jadi babak belur begini. Tidak seharusnya aku memeluk Elang di tempat umum. Aku sudah membuatnya bertengkar dengan kekasihnya. Aku membuatnya marah denganmu dan memukulmu. Maafkan aku Zian. Maafkan aku” ucap Ellea.
Ada sedikit rasa senang dalam hati Zian ketika mendengar Elang bertengkar dengan Ara. Memang itu yang ditunggunya.
“Sudahlah, El. Itu bukan salahmu. Mantanmu saja yang emosian. Main mukul sembarangan. Sudahlah, jangan menyalahkan dirimu sendiri” ucap Zian membujuk Ellea.
“Aku tetap salah, Zian. Aku menyebabkan Elang dan kekasihnya bertengkar. Kata Elang kekasihnya pergi entah kemana. Aku merasa sangat bersalah” ucap Ellea lagi.
“Jujur padaku, El, kau masih mencintai Elang kan?” selidik Zian. Zian memang menginginkan agar Ellea kembali pada Elang.
Ellea diam.
“El, aku mengenalmu sejak kecil. Matamu itu tidak bisa berbohong. Kau masih sangat mencintai Elang. Jujur saja, El” bujuk Zian.
Ellea pergi, tidak menghiraukan perkataan Zian. Dia memilih ke taman di belakang rumahnya. Ellea duduk di kursi putih kesayangannya. Ellea melamun.
“Andai saja waktu bisa diputar” batin Ellea.
Ellea Viska
Ziandra Alvaro
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Lina aja
oooo lanjut
2022-11-16
0
Anita Jenius
Ceritanya menarik.
Aku kasi 5 like dulu. Aku cicil bacanya.
Salam kenal dariku "Anakku bukan anakku"
2022-11-10
1
Roja
ellea msh ngarep nih ama elang
2022-07-16
2