Pilihan Hati Kiara
Kiara melihat lembaran kertas yang ada di tangannya. Selembar tiket pesawat yang akan membawanya pergi meninggalkan Jakarta beberapa menit lagi. Kiara beberapa kali menghapus air mata yang jatuh di pipi mungilnya. Saat ini hatinya sakit, teramat sakit. Banyak peristiwa yang membuatnya kecewa. Orang-orang yang ia sayangi satu persatu menorehkan luka di hatinya. Luka yang sangat perih.
"Aku sudah tidak punya alasan untuk ada di kota ini" batin Kiara.
Saat ini keinginan Ara untuk pergi sangat kuat. Dia akan pergi ke New York dan menetap disana, berbekal nekat dan uang yang bisa dikatakan cukup, cukup untuk membawanya kesana. dia bertekad akan menemui Dira, kakaknya yang sudah bertahun-tahun pergi dan menetap di New York sejak Papa mereka meninggal.
drett..drett...drett....handphone ara berdering.
Kiara melihat sekilas nama yang muncul di layar handphonenya. Elang, kekasihnya yang beberapa hari sudah ia putuskan. Ara mengacuhkan panggilan telepon dari Elang. Ia memilih mematikan handphonenya.
Terdengar panggilan agar semua penumpang segera masuk karena jam keberangkatan mereka tiba. Kiara berdiri. Ia kembali menyeka air matanya. Ara menyeret koper besarnya. Pesawatnya akan segera berangkat.
“ Hai kalian! Terima kasih sudah menorehkan luka untukkku. Aku pergi dan aku berharap tidak kembali ke kota ini,” batin Kiara.
Kiara Putri Sanjaya,
_____***______^
Buggg
Bogem mentah Elang mendarat sempurna di wajah Zian. Hanya dengan sekali bogem, Zian yang memang memiliki badan tidak terlalu besar, tumbang. Elang kembali memberinya bogem mentah, bertubi-tubi. Elang meluapkan emosinya kepada Zian. Berkali-kali Zian merintih kesakitan, tetapi Elang tidak menghiraukannya. Ia semakin membabi buta memukul Zian, mulai dari wajah, lengan, kaki hingga perut Zian.
Zian mundur. Pukulan Elang hampir membuatnya K.O. Zian sama sekali tidak bisa dalam hal bertarung, berbeda dengan Elang yang sudah terbiasa bertarung melawan musuh-musuhnya saat masih SMA.
“Bedebah kau, Zian! Maju, Kau!!! Aku belum puas menghajarmu" gertak Elang penuh emosi. Terdengar jelas deru nafas Elang, naik turun cepat.
"E...E...Elang. Kau kenapa? Mengapa kau menghajarku? Apa salahku?" tanya Zian. Ia memegang perutnya yang sejak tadi mendapat pukulan membabi buta dari Elang.
"Ciihhhhh... masih pura-pura bodoh! Kau, manusia brengsek yang telah membuatku kehilangan Ara,” kembali Elang melayangkan pukulannya. Kali ini pukulan Elang membuat Zian K.O. Zian pingsan dengan wajah babak belur.
Elang mengambil sesuatu yang tersimpan di sakunya, sebuah pistol. Elang mengarahkan pistol itu ke arah Zian. Tubuh Zian sudah tidak bergerak. Elang belum puas memberi pelajaran untuk Zian. Zian harus mendapat balasan yang setimpal atas apa yang dia buat.
“Bedebah sepertimu tidak pantas hidup di dunia ini,” umpat Elang.
Zian sudah berani membuat hatinya hancur, maka Elang tidak segan membuat nyawa Zian melayang. Elang sudah bersiap melepaskan peluru pistolnya ke arah Zian.
Brakkk
Elang tersentak kaget. Seseorang telah menendang pistol di tangannya. Pistol itu terlempar jauh dari tangan Elang. Elang mengerang kesal. Ia menoleh ke arah orang yang telah berani melayangkan kakinya pada Elang.
“Om...!,” panggil Elang kaget.
Alexander atau yang akrab dipanggil Ale. Dia adalah adik mama Elang. Alexander yang ditugaskan untuk menjaga Elang karena kedua orang tuanya sedang berada di Spanyol. Sejak kecil Elang berada di bawah asuhan Ale.
Ale yang pandai memainkan karakter dikenal luwes dan lucu. Banyak orang suka berteman dengannya. Tapi dibalik sifatnya itu, Ale ternyata keras dan kejam apalagi dalam mendidik Elang. Ale tidak mau Elang menjadi laki-laki cengeng. Elang harus menjadi laki-laki kuat. Karena dialah yang akan mewarisi semua bisnis orang tuanya.
“Hentikan, Elang! Kau mau jadi kriminal ?” teriak Ale.
Elang menunduk. Emosi yang sedari tadi menguasai dirinya perlahan hilang. Elang takut jika berhadapan dengan sosok di hadapannya. Ale mendekati Elang. Ia mencengkeram kerah baju Elang dengan kuat.
“Apa yang mau kau lakukan dengan pistol itu? Kalau kau sudah bosan hidup enak di rumah Mamamu, katakan sekarang juga! Aku sendiri yang akan mengantarmu ke balik jeruji besi,” ancam Ale tak main-main.
Ale tak habis pikir dengan tingkah kelonakannya itu. Andai saja orang suruhannya tidak melapor kepada Ale, pasti Elang sudah berhasil menghabisi Zian. Elang diam membisu. Dia tetap menunduk.
“Jawab, Om sekarang!!! Sejak kapan kau bisu??" bentak Ale lagi.
“Aku ingin melenyapkan Zian,Om. Bedebah tu tidak pantas hidup" jawab Elang dengan suara lirih. Emosinya kembali muncul.
“Apa yang terjadi hingga kau mau melenyapkan Zian? Kau sadar dia itu sahabatmu!!!,” bentak Ale lagi.
Wajah Elang kembali memerah. Ia melepaskan tangan Ale yang sedari tadi mencengkram kerah bajunya.
“Elang tidak sudi bersahabat dengan bedebah seperti dia. Penghianat!!!"
Elang melangkah ia hendak mengambil kembali pistolnya.
“Berhenti atau Om menembakmu ?,” ancam Ale.
Sekarang Ale juga mengeluarkan pistolnya dan mengarahkan ke kaki Elang. Elang berhenti. Ia menoleh ke arah Ale.
“Kalau Om mau membunuhku, bunuh saja. Tapi setelah aku membunuh kecoak satu ini" ucap Elang kembali melangkah.
Dorrr
Ale melepaskan tembakannya ke udara.
“Sejak kapan kau tidak menuruti kata-kataku, Elang?" ucap Ale kesal.
“ Ara telah pergi. Bedebah ini penyebabnya. Ara sudah tidak sudi menjadi kekasihku lagi. Om tahu, aku sudah berniat melamarnya. Hanya menunggu kedatangan Mama yang tinggal menghitung hari. Bedebah satu ini menghancurkan semuanya. Ara meninggalkan aku, Om” ucap Elang
Dorr
Ale kembali melepaskan tembakannya. Kali ini mengenai bahu Elang. Elang kaget dengan apa yang telah dilakukan Ale.
“Peluru palsu,” umpat Elang dalam hati.
Elang memegangi bahunya yang terasa perih. Bahu Elang tidak berdarah karena memang Ale melepaskan peluru karet kepadanya.
“Aku tidak mendidikmu menjadi laki-laki cengeng. Bangun dan kejar Ara! Jangan kau sebut dirimu lelaki jika mendapatkan Ara saja kau tak mampu”, gertak Ale. Ia memasukkan pistolnya ke dalam saku.
“Dasar budak cengeng! Baru ditinggal kekasih sudah begini. Hampir saja satu nyawa melayang,” umpat Ale dalam hati. Ale membalikkan badannya. Ia bergegas pergi.
“ Om mau kemana?” teriak Elang, membuat Ale berhenti dan membalikkan lagi badannnya.
“Om mau kembali ke kantor. Jatah warisanmu itu kalau bukan Om yang mengelola tidak akan pernah kau nikmati. Kau pulanglah, jangan berbuat macam-macam apalagi sampai menghilangkan nyawa seseorang" perintah Ale.
Elang menurut. Ia mengambil kembali pistolnya yang terlempar jauh dari posisinya. Elang mendekati Zian yang masih tergeletak tak berdaya.
"Hari ini kau selamat karena Om Ale datang. Tapi jangan harap urusan kita selesai. Aku tetap akan membuat perhitungan denganmu" ucap Elang lalu pergi meninggalkan Zian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
mery harwati
Mengintip cerita nya dulu ya Thor 😍
2023-01-18
1
Puspa Trimulyani
ini seperti keluarga mafia ya kak??? kok nyimpan senjata?
2023-01-15
1
anak Ragil❤️💕
mampir kk livy singgah dimari
2022-12-05
1