POV Elang
*Minggu depan, Om Ale akan bertunangan dengan Aisha, kekasihnya. Aku sangat antusias dengan acara itu karena aku ingin memperkenalkan Ara, kekasihku dengan keluarga besarku.
Aku yang sejak kecil hidup terpisah dengan orang tua, yang selalu tak tahu pentingnya keluarga, tetapi tidak untuk saat ini. Aku membutuhkan mereka. Aku akan memperkenalkan gadis yang telah mencuri hatiku. Gadis yang telah menjadi belahan jiwaku.
Gadis itu bernama Kiara, tapi aku lebih suka memanggilnya Ara. Aku mengenalnya ketika Om Ale membawanya ke rumah. Aku sudah jatuh hati saat pertama kali melihatnya. Tingkahnya saat itu sangat lucu. Ara berjalan mengekori Om Ale sambil terus mengunyah es krim corn. Ia tidak menyadari jika ada sepasang mata Elangku yang terus mengamatinya dari tangga*.
*Melihat tingkah lucunya itu, muncul ide untuk menggodanya. Aku turun dan merebut es krim yang sudah siap ia makan. Ara terkejut. Aku merebut es krimnya dan langsung menghabiskannya sehingga membuat Ara kesal.
Dia dengan cepat berteriak dan mengadu pada Om Ale. Om Ale tidak menghiraukan Ara malah dia menyuruhku agar lebih iseng lagi dengan Ara. Sejak saat itu aku mulai mendekati Ara meskipun Ara tidak menyukaiku*.
*Om ale selalu berkata “Elang, jadikan Ara milikmu!” dan kalimat itu seperti bensin yang selalu mengobarkan semangat perjuanganku.
Ara adalah gadis yang tidak mudah didekati. Aku selalu melihatnya sendirian. Sungguh mustahil jika gadis secantik Ara tidak punya kekasih. Aku mengikuti Ara selama beberapa hari dan Ara selalu saja sendiri*.
Perjuanganku tidak mudah ,tapi akhirnya dia juga menjadi kekasihku. Sungguh rasanya aku ingin melompat dari tebing yang sangat tinggi ketika dia menjawab surat yang aku letakkan di bawah bantalnya saat kita camping dulu. Dengan jelas aku mendengar Ara berkata sambil meneteskan air mata “ Ya, aku mau. Aku juga mencintaimu”. Aku langsung memeluknya dari belakang. Aku tidak menyangka cintaku terbalaskan.
Hari-hariku bersama Ara sungguh indah. Aku tak menyangka Ara sangat penurut. Apapun yang aku mau pasti dia iyakan. Ara tak pernah sekalipun meminta sesuatu kepadaku dan saat itu aku hanya berfikir dia masih sungkan karena aku hanya pacarnya. Oleh sebab itu aku ingin segera menghalalkannya.
Mendengar Om Ale akan bertunangan, maka timbul keinginanku akan segera menyusulnya. Aku sudah mempersiapkan semuanya. Aku akan melamar Ara saat acara pertunangan Om Ale. Namun aku berpikir lagi harus ada sesuatu yang indah sebelum aku melamarnya. Aku ingat Ara tidak pernah meminta sesuatu kepadaku. Maka aku bergegas membeli sepasang cincin yang bertuliskan nama kami.
Aku mengajaknya ke taman. Seperti biasa dia akan duduk manis di taman dengan es krim di tangannya dan aku mulai bercerita tentang banyak hal. Ara hanya tertawa sesekali tetapi tetap sibuk dengan es krimnya. Aku tahu kebiasaan Ara adalah menyisakan corn es krimnya lalu ia berikan kepadaku. Aku menunggunya.
Aku melihat Ara menatap heran ke dalam cornnya. Aku pura-pura bertanya ada apa tapi Ara tidak menjawab. Ara malah menatapku tak percaya. Ara mengambil cincin itu dan aku tersenyum kepadanya. Aku katakan padanya jika aku tidak main-main dengannya. Aku ingin mengikatnya. Aku mengambil cincin itu dari tangan Ara dan segera memasangnya di jari manisnya.
*Tetapi tiba-tiba terdengar suara perempuan berteriak memanggil namaku. Aku kaget melihat Ellea, mantanku berdiri mematung melihat kami. Ara bertanya siapa Ellea dan aku menjawab dengan gugup. Aku katakan jika Ellea adalah mantanku.
Tanpa ku duga Ellea berlari memelukku dan mengatakan bahwa ia sangat merindukanku. Ellea rindu dengan belaianku. Ellea terus mengingatkanku tentang peristiwa yang terjadi di masa lalu. Peristiwa ketika aku dan Ellea telah tidur bersama*.
*Lidahku kelu. Tidak ada satu bantahan yang keluar dari mulutku. Ara menatapku dengan marah. Aku bisa melihat amarah dan kekecewaan di wajah Ara. Ia melepas cincin yang baru saja aku sematkan di jari manisnya. Ara melempar cincin itu ke wajahku dengan penuh emosi.
Ara berlari meninggalkanku. Aku hendak mengejarnya tetapi Ellea menahanku. Ellea meminta aku tetap bersamanya. Aku menolak dan berusaha lepas dari tangannya. Ellea terus menangis meminta aku untuk tidak pergi. Disitu aku merasa linglung. Aku ingin mengejar Ara dan menjelaskan kepadanya. Tapi kesempatan itu tidak ada. Ara sudah hilang bak ditelan bumi*.
\_\_\_\_\_\_\*\*\*\_\_\_\_\_\_\_
Jakarta, Rumah Ale
Rumah Ale tampak lebih ramai dari biasanya. Semua anggota keluarga berkumpul di tempat itu guna menghadiri hari bahagia Ale.
Ya, hari ini adalah hari bahagia untuk Ale karena Ale akan bertunangan dengan kekasihnya, Aisha, gadis manis yang berprofesi sebagai perawat. Jangan ditanya bagaimana bahagianya Ale hari ini. Sejak subuh Ale sudah bersiap-siap. Dimulai dengan mandi kembang tujuh rupa, manicure, pedicure, dan ritual penting lainnya yang harus ia lakukan agar ia tampil maksimal di hari bahagianya.
Hati Ale yang sedang berbunga-bunga bertolak belakang dengan keadaan Elang. Elang diserang rasa kesepian akibat ditinggal Ara. Sudah berhari-hari Elang membayangkan nanti di hari pertunangan Ale, dia akan bersanding juga dengan Ara. Setelah Ale, nanti Elang dan Ara akan menyusul. Tapi apa mau dikata, musibah datang memisahkan mereka.
“Cihhh” umpat Elang. Elang masih terus menahan amarahnya.
Andai saja Ale tidak datang. Pasti Zian sudah habis di tangannya. Zian adalah sahabat sekaligus perusak hubungannya dengan Ara.
Ale masuk ke kamar Elang tanpa mengetuk pintu. Ia melihat Elang dengan kesal. Acara sudah hampir dimulai tetapi keponakannya itu belum juga bersiap-siap. Jas yang diberikan Ale sejak tadi subuh belum juga ia pakai, masih rapi di atas kasurnya. Ale mengambil jas milik Elang dan melemparnya ke wajah Elang dengan asal. Elang yang sedang tenggelam dalam dunia lamunannya tentu saja terkejut dan menoleh ke arah datangnya jas terbang itu.
“Apaan sih, Om?” tanya Elang sambil membuang kembali jasnya.
“Cepat pakai semua menunggumu!” perintah Ale.
“ Elang malas, Om” jawab Elang
“Apa yang membuatmu kembali bersemangat?”
“Ara. Hanya Ara yang bisa membuatku kembali bersemangat” jawab Elang.
Ale keluar dari kamar Elang. Beberapa detik kemudian Ale kembali lagi dengan membawa seorang gadis.
“Ini Ara” kata Ale.
Elang mengangkat kepalanya. Ia terkejut mendengar ucapan Ale. Tetapi kepalanya kembali menunduk setelah melihat siapa yang dibawa oleh Ale ke kamarnya.
“Kenapa lagi? Katanya kau mau Ara? Ini Ara!” kata Ale
“Mataku belum katarak, Om. Dia bukan Ara kekasihku!” teriak Elang.
" Hei gadis, namamu siapa?" tanya Ale.
"Nama saya Ara, Pak Ale" jawab gadis itu.
"Kau dengar sendiri kan, Elang. Namanya Ara" ucap Ale.
"Nama saya memang Ara, Pak Ale, tetapi saya bukan kekasih Tuan Elang" jawab gadis itu.
"Lalu, kamu siapa dong?" tanya Ale pura-pura kaget.
"Saya salah satu pelayan disini" jawab gadis itu lagi.
"OOOOo........." sambung Ale lagi.
"Hentikan, Om. Ini tidak lucu!!!" kata Elang.
Elang berdiri dan keluar dari kamarnya. Ale mengikuti Elang dari belakang bersama gadis yang tadi dibawanya. Merasa Ale mengikutinya, Elang menghentikan langkahnya.
“Apa lagi sih, Om? Mengapa mengikutiku?” tanya Elang ketus.
Elang ingin menyendiri tetapi Ale terus saja mengganggunya. Elang tidak tertarik dengan acara pertunangan Ale. Untuk saat ini di pikirannya hanya ada Ara, Ara dan Ara.
Ale tidak sabar menghadapi Elang. Jangan sampai acara pentingnya rusak gara-gara bocah yang sedang patah hati ini. Ale menarik Elang dan menyeretnya ke dalam mobil. Elang meronta-ronta agar Ale melepaskannya. Ale tidak peduli.
Ale menghempaskan tubuh Elang agar masuk ke dalam mobil. Ia segera mengikat Elang dengan sabuk pengaman berlapis. Elang terus meronta. Tak henti-henti umpatan dan sumpah serapah keluar dari mulut Elang.
Plakkkk
Ale menampar mulut Elang.
“Bertahun-tahun kau dalam didikanku. Aku yang membesarkanmu dan sekarang kau berani mengumpatku? Sudah merasa hebat kau hah?” tantang Ale.
Elang meringis. Ia berusaha menenangkan emosinya.
“Hari ini adalah hari bahagiaku. Tidak bisakah kau diam dan jangan berulah?” bentak Ale.
“Kalau kau kalut gara-gara masalahmu dengan Ara. Pendam dulu. Setelah acara ini selesai kita cari solusinya. Kau bukan anak kecil lagi Elang. Bersikaplah dewasa!" bentak Ale lagi.
“Aku ingin Ara di sini, Om” ucap Elang lirih.
“Berhenti merengek! Kau bukan anak kecil. Urusanmu dan Ara selesaikan setelah acaraku. Jangan coba-coba merusak acara bahagiaku dan Aisha! Paham kau??” gertakan ketiga yang diterima Elang dari mulut Ale.
Elang membuang mukanya. Dia diam. Untuk saat ini dia akan mengikuti perintah Ale. Toh percu.ma saja melawan, Elang tidak akan mampu. Elang akan bertekad setelah acara pertunangan Ale selesai, ia akan kembali mencari Ara dan menjelaskan semuanya. Tentang Ellea dan tentang kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka.
Alexander Barata Wijaya
Aisha Nuri Maulida
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
📴🍀⃟🐍 🥜⃫⃟⃤
kok kek bocah sihh Elang.. pantas aja Ara pergi
2022-10-03
1
remahan off
Owalah ternyata gitu...., Sehingga Elang dan Ara bisa berpisa. Itu kan udah jadi mantan kenapa asal nyekong meluk aja sih? kesel atuh😠
2022-10-03
1
☘️BILAA☘️
bocah ingusan 🤭🤭
2022-10-03
2