Apartement Dira
Tengah malam di kota New York. Kota yang tak pernah mengenal kata "tidur". Dira baru saja tiba di apartementnya. Ia merasa penat sekali. Pekerjaan di perusahaannya tidak mengenal kata habis. Satu pekerjaannya selesai, maka akan datang pekerjaan lain yang lebih banyak.
Dira menjabat sebagai presiden direktur di perusahaan milik ayahnya. Perusahaan itu dulunya dikelola oleh Samuel, Paman Dira. Tetapi sejak Ayah Dira meninggal, Sam memintanya meninggalkan Indonesia untuk belajar mengelola perusahaan itu di umurnya yang masih 20 tahun.
Berkat kecerdasan Dira dan ketelatenan Samuel, Dira akhirnya bisa memimpin perusahaan itu dan bisa mengembangkannya menjadi perusahaan yang lebih maju dari sebelumnya.
Dira menuju kulkas, mengambil sebotol air dingin dan meminumnya sampai tandas. Dira melepas dasi, jas dan sepatunya. Seperti biasa semua benda itu akan terbang sesuka hati Dira.
Dira menarik nafas panjang mengingat bahwa di sini ada Kiara adiknya. Adik yang sudah bertahun- tahun ia tinggalkan di Indonesia. Dira ingat betul, dia meninggalkan Kiara ketika masih berusia 10 tahun. Usia Kiara dan Dira memang terpaut jauh, yaitu 10 tahun.
Dira berjalan menuju kamarnya. Dia ingin melihat keadaan Kiara setelah tadi diusirnya dari kantor. Keadaan Apartementnya yang masih rapi menandakan Kiara tidak melakukan aktifitas apapun disana.
Dira membuka pintu kamarnya dengan perlahan. Dilihatnya Kiara sedang tidur. Dira berjalan menuju kasurnya dan mendudukkan badannya. Kiara bergeliat, sepertinya dia merasakan seseorang hadir dalam ruangan itu.
“Huaaaammmmmm.....” Kiara menguap.
Kiara berusaha mengumpulkan roh nya. Ia membuka matanya sedikit untuk memastikan memang ada orang lain di kamar ini.
“Kadir... lu udah datang? Huaammmmmm....” tanya Kiara sambil menguap.
“Iya. Lanjut aja tidurnya ini masih belum pagi" ucap Dira lalu beranjak pergi. Namun baru saja berdiri, Kiara sudah terlebih dahulu menarik tangan Dira sehingga ia urung melangkah.
“ Kadir... gua lapar” ucap Ara dengan mata tertutup.
“Lu jam segini minta makan? Mau sahur lu?” ucap Dira sambil melepas tangan adiknya dengan kasar.
“Kadir...!!!” teriak Ara.
Hempasan tangan Dira membuat Kiara membuka mata.
“Opo?????” jawab Dira enteng.
“Lu bisa nggak sih bersikap lembut sama gue? Gue datang jauh-jauh. Elu nggak nyambut gue. Gue ke kantor lu, lu usir gue. Lu suruh gue disini dan gue disini tuh sendirian udah kayak orang linglung, gue nggak tau dan nggak bisa ngapa-ngapain. Sekarang gue lapar pun elu nggak mau ngasih gue makan" kata Kiara menumpahkan emosinya pada Dira.
“Gue nggak nyuruh lu kesini” jawab Dira.
“Kalau gue nggak kesini terus gue mau kemana?” bentak Ara.
“Lu bisa kan tetap tinggal sama Mama?” ucap Dira dengan sikap dinginnya.
Bugggg...
Kiara melempar bantal ke wajah Dira.
“Gue nggak mau tinggal sama Mama. Gue nggak mau punya Papa tiri” teriak Kiara.
Kiara duduk memeluk lututnya. Ia menenggelamkan wajahnya di kedua pahanya. Dira kembali menghela nafas. Ia akhirnya memilih dudum di samping Kiara.
“Sebenarnya gue adik lu apa bukan sih, Kadirrrr? Lu dulu sayang banget sama gue, tetapi kenapa sekarang lu dingin sama gue?” tanya Ara mulai terisak.
“Setelah Papa meninggal, lu bukannya di samping gue malah pergi ke New York. Kenapa lu pergi sendiri, Kadir??? Kenapa lu nggak bawa gue juga??? Gue sendiri, Kadir. Nggak ada yang peduli sama gue. Bilang sama gue. Gue ini adik lu apa bukan? Jawab, Kadir, jawab!!!” ucap Kiara dalam tangisnya.
Dira diam. Ia membiarkan Kiara menumpahkan isi hatinya.
“Lu kenapa nggak jawab gue, Kadir????? Jawab...!!!” ucap Ara.
“Kalau lu bukan adik gue, mana mungkin gue mau gantiin popok lu. Gue bakal cerita, tapi lu janji nggak boleh marah” ucap Dira.
Flashback on..----
Arman Sanjaya, salah satu pengusaha terkenal di Jakarta. Arman mempunyai banyak perusahaan yang tersebar di berbagai negara selain di Indonesia. Salah satunya di New York, Amerika.
Arman mempunyai seorang istri bernama Widya Saraswati. Widya mempunyai bisnis di bidang kuliner karena kemahirannya dalam memasak. Dari pernikahan Arman dan Widya lahirlah Adira Putra Sanjaya dan Kiara Putri Sanjaya. Usia mereka terpaut 10 tahun.
Ketika Dira berumur 20 tahun dan Kiara berumur 10 tahun, Arman meninggal dalam kecelakaan tunggal. Mobil yang dibawanya mengalami rem blong. Mobil itu terjun ke jurang dan meledak. Arman di nyatakan tewas. Jasad Arman memang ditemukan dalam keadaan gosong.
Dira dan Kiara sangat terpukul dengan kematian Papanya yang tragis. Bahkan Kiara tak henti-hentinya berteriak ketika jasad Arman dimasukkan ke liat lahat. Dira yang sebenarnya juga hancur berusaha menenangkan adiknya. Namun Kiara tetap histeris meskipun pemakaman Papanya sudah selesai.
Kiara memeluk nisan Arman dengan erat. Dira tak tega melihat Kiara meratapi kepergian Papanya. Ia menarik tangan Kiara agar adiknya itu mau pulang. Namun, Kiara memberontak sambil terus berteriak.
Kiara tidak mau beranjak dari makam Papanya hingga ia pingsan dan dengan begitu Dira bisa membawanya pulang.
Di rumah Arman. Dira menatap sosok laki-laki yang duduk di ruang kerja Papanya. Dira tidak pernah melihat laki-laki itu. Orang asing itu mengapa bisa masuk ke ruang kerja Papanya tanpa izin? Siapa yang membawanya kesini?, batin Dira.
“Hei, Anda siapa?” tanya Dira.
Suara Dira ternyata mengagetkan orang itu. Dia memutar badannya dan menatap Dira dari ujung kaki sampai ujung kepala.
“Kau pasti Dira. Aku Samuel. Adik Papamu” kata orang itu memperkenalkan diri.
Dira merasa asing dengan Samuel karena memang ini baru pertama kali ia melihatnya. Papanya tidak pernah bercerita kalau mempunyai adik bernama Samuel. Setahu Dira Papanya hanya memiliki saudara di Jawa yaitu Bibi Nafisa.
“Kau jangan bingung. Memang kita baru bertemu karena aku tinggal di New York. Aku yang mengurus perusahaan Papamu disana” kata Samuel.
“Kalau kau adalah adik Papa, berarti kau adalah pamanku?” tanya Dira. Dia masih belum yakin kalau lelaki di hadapannya itu adalah pamannya.
Samuel mengangguk.
“Kalau kau memang Pamanku, mengapa kau baru muncul sekarang? Apa kau sangat sibuk di Amerika sehingga tidak ada waktu untuk bertemu kami?” tanya Dira dingin.
"Lagipula kau tidak ada sedikitpun kemiripan
dengan Papa. Aku meragukanmu sebagai adik Papa” ucap Dira lagi tegas.
Samuel mengangguk senang. Ternyata keponakannya memang sangat kritis. Pantas saja Arman memintanya agar mendidik Dira sebagai penggantinya. Arman pernah bercerita jika Dira mewarisi watak dari ayah mereka, Samid Sanjaya, pengusaha bertangan dingin yang kini perusahaannya dikelola oleh mereka.
“Kau meragukanku ya, anak muda?” goda Samuel. Dia memegang bahu Dira tapi Dira menghentakkan bahunya agar tak tersentuh oleh Samuel.
“Dia memang Pamanmu, Dira” ucap Widya, Mama Dira.
Widya sejak tadi berada di kamar Kiara karena Kiara selalu berteriak histeris menyebut nama Arman. Widya baru bisa keluar dari kamar Kiara setelah Kiara tertidur karena disuntik obat penenang oleh dokter keluarga mereka.
“Paman Samuel mengurus perusahaan Papamu di Amerika. Paman Samuel memang tidak pernah pulang ke Indonesia karena Papa yang melarang” kata Widya.
“ Papamu khawatir kalau Paman tidak akan mau kembali ke Amerika lagi. Oleh sebab itu Papamu tidak pernah mengizinkan Paman untuk pulang” kata Samuel menyambung ucapan Widya.
Dira mulai bisa berdamai dengan berbagai pertanyan aneh yang muncul di hatinya. Jika Mamanya saja sudah berkata orang itu adalah Pamannya berarti tidak ada alasan lagi baginya untuk tidak percaya.
“Untuk apa dia kesini?” tanya Dira.
“Paman mau menyampaikan wasiat dari Papamu?
Degggg
Hati Dira berdesir. Papanya baru saja dimakamkan. Tanahnya saja masih basah. Dira masih dalam keadaan berkabung. Apakah pantas disaat mereka masih berkabung seperti ini, Samuel datang menyampaikan wasiat Papanya? Tak bisakah Samuel datang kapan-kapan saja?
“Paman tidak punya banyak waktu dan wasiat ini memang harus segera disampaikan, terlebih kepadamu” ucap Samuel menunjuk wajah Dira.
“Aku? Mengapa aku?” tanya Dira heran.
“Karena kau yang ditunjuk Papamu untuk memimpin perusahaan kalian di Amerika” ucap Samuel.
Prangggg..........
Gelas yang dipegang Widya pecah.
“Apa maksudmu, Sam?” tanya Widya.
Widya kaget mendengar ucapan Samuel. Jika Dira ditunjuk untuk memimpin perusahaan di sana itu artinya Samuel akan membawa pergi Dira dari sisinya.
“Mas Arman mewariskan semua perusahaannya kepada Dira. Ini tertuang dalam surat yang sudah Mas Arman tulis beberapa waktu yang lalu” ucap Samuel menjelaskan kepada Widya sambil menyerahkan dokumen hak waris kepada Widya.
Widya buru-buru membacanya. Ia menggeleng- gelengkan kepalanya. Arman sudah meninggalkannya dan sekarang Dira juga akan pergi? Widya tidak siap, sungguh tidak siap.
“Kau akan membawa Dira, Sam?” tanya Widya.
Samuel mengangguk.
Widya menjatuhkan badannya ke sofa. Dia benar-benar tidak kuat menghadapi hari ini. Air mata yang sudah kering kembali muncul membasahi pipinya.
“Ini permintaan Mas Arman. Cepat atau lambat Dira akan pergi dari sini. Mengertilah, Mbak!” ucap Samuel
“Tapi aku baru saja berduka, Sam. Arman baru saja meninggalkanku dan sekarang kau mau membawa anak lelakiku? Di mana hatimu, Sam?” bentak Widya.
Dira yang sedari tadi hanya diam. Kini berjalan mendekati Mamanya. Ia mendudukkan badannya di samping Widya. Dira juga tak mau meninggalkan Widya dan Kiara sekarang. Kedua wanita itu dalam keadaan rapuh dan Dira sebagai laki-laki penerus Arman pastilah diharapkan sebagai tiang penyangga mereka.
“Aku terpaksa melakukan ini, Mbak. Aku juga tidak tega memisahkan Dira dari kalian. Tetapi ini juga demi kebaikan Dira dan kalian juga tentunya. Perusahaan itu butuh Dira secepatnya, Mbak. Asal Mbak tahu sejak beberapa hari yang lalu Mas Arman selalu menyuruhku pulang untuk menjemput Dira tetapi aku selalu menolaknya. Mas Arman ingin Dira segera mandiri dan memimpin perusahaan itu. Tolong Mbak bantu aku meringankan pekerjaanku. Wasiat dari Mas Arman ini harus aku laksanakan.” ucap Samuel memohon.
“Kalau kau membawa Dira lalu bagaimana nasib aku dan Kiara?” tanya Widya masih dengan tangisan yang tak terbendung.
“Arman sudah menyiapkan segalanya. Percayalah, Mbak. Tolong izinkan Dira pergi bersamaku!” ucap Samuel memohon.
Widya diam. Dia tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. Hatinya kalut mendengar permintaan Samuel. Samuel akan membawa anak laiki-lakinya pergi. Bukan hal yang tidak mungkin hari ini adalah hari terakhirnya bersama Dira. Dira pasti tidak akan kembali lagi ke Indonesia.
Dira berdiri. Ini menyangkut hidupnya dan juga keluarganya. Sekarang dialah laki-laki yang tersisa di keluarga ini. Jika bukan Dira yang memimpin perusahaan itu terus siapa lagi? Kiara masih kecil tidak mungkin dia yang diberi amanat ini.
“Dira akan pergi, Paman” ucap Dira mantap
Widya menatap Dira tidak percaya.
“Kau mau berangkat, Nak? Kau mau meninggalkan Mama dan Kiara disini?” tanya Widya memelas. Tangannya tak henti menarik tangan Dira agar membatalkan ucapannya.
“Dira harus pergi, Ma. Ini menyangkut hidup kita semua. Dira adalah pengganti Papa. Papa pasti ingin Dira segera belajar mengelola perusahaan itu. Tolong izinkan Dira, Ma! Dira juga berat meninggalkan kalian. Dira janji suatu saat nanti akan membawa kalian ke Amerika” ucap Dira meyakinkan Widya.
Widya memeluk Dira dengan erat. Tangisannya tumpah di bahu Dira. Widya sangat berat melepas Dira. Widya tidak tahu bagaimana nanti kelanjutan hidupnya. Widya bingung bagaimana dia dan Kiara melanjutkan hidup tanpa Arman dan Dira.
“Mbak, percayalah. Dira dan kalian akan baik-baik saja. Dira di Amerika di bawah asuhanku. Kau dan Kiara disini juga dalam pantauanku. Kau tenang saja, Mbak” ucap Samuel.
Dengan berat hati Widya melepaskan kepergian Dira ke Amerika. Detik itu juga Dira berangkat ke Amerika bersama Samuel tanpa sempat berpamitan kepada Kiara yang masih tertidur akibat obat bius.
Flashback off
“Sekarang katakan di mana si Samuel keparat itu?” tanya Ara.
Hatinya marah mendengar cerita Dira. Ternyata orang itu yang memisahkan Kiara dengan Dira. Kiara ingin bertemu dan memakinya sampai tuntas kalau perlu Kiara ingin menonjoknya sampai babak belur.
“Kau mau ketemu?” tanya Dira.
“Tentu saja” ucap Ara berkacak pinggang.
“Besok akan ku tunjukkan nisannya” ucap Dira lalu berlalu dari kamarnya untuk tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
🦋⃟ℛIke🦋Ⓩᴬ∙ᴴ࿐B⃟c
ha ya ampun 🤣🤣
2022-10-03
1
🦋⃟ℛIke🦋Ⓩᴬ∙ᴴ࿐B⃟c
wih hebat Dira. real life ada ngga ya cowok modelan kaya dia
2022-10-03
1
🦋⃟ℛIke🦋Ⓩᴬ∙ᴴ࿐B⃟c
super sibuk
2022-10-03
1