Aline sedang menulis sebuah rumus di papan tulis. Tiba-tiba handphone Kenzo berdering. Aline melihat ke arah Kenzo dan tanpa meminta ijin aline terlebih dahulu, Kenzo sudah mengangkat teleponnya tersebut.
"Ya, ada apa?"tanya Kenzo serius. Aline menjadi penasaran. Sambil melanjutkan tulisannya di papan tulis, dia juga menguping pembicaraan Kenzo. Sepertinya ada sesuatu yang penting jika didengar dari cara Kenzo berbicara.
"Aku tidak bisa sekarang."
Kenzo tampak bersitegang dengan lawan bicaranya. Namun pembicaraan tidak berhenti sampai disitu. Entah apa yang sedang dibicarakan oleh Kenzo dan juga lawan bicaranya.
Tiba-tiba Aline mendengar suara handphone dibanting oleh Kenzo. Wajahnya tampak mengeras menahan amarah. Apakah ada yang salah di sini? batin Aline.
"Ada apa?"Aline tidak tahan menahan rasa penasarannya setelah melihat perubahan sikap Kenzo. Namun yang ditanya justru hanya diam saja. Mengesalkan sekali bukan, batin Aline kembali.
"Aku mau keluar,"tiba-tiba Kenzo berdiri dari tempat duduknya dan meraih jaket kulit berwarna hitam nya yang ada di gantungan baju di belakang pintu kamarnya
"Kenzo kamu mau apa? Kita belum selesai belajar nya. Kamu mau kemana?"cegah Aline melihat Kenzo yang sudah membawa helm dan juga kunci motornya. Sepertinya Kenzo sudah akan bersiap-siap pergi.
"Kamu tidak bisa pergi sembarangan. Aku tidak mengijinkanmu, Kenzo!"ujar Aline menghadang langkah Kenzo untuk keluar. Bagaimanapun dia harus menjaga apa yang sudah di amanahkan Tante Monita, mama Kenzo kepadanya. Saat belajar Kenzo dilarang bepergian. Tante monita sudah tidak tahan melihat nilai putranya yang hancur berantakan sementara sebentar lagi adalah ujian kelulusan.
"Minggu kubilang,"ujar Kenzo membuat Aline agar pergi dari hadapannya.
"Tidak! Aku tidak bisa membiarkanmu pergi,"jawab Aline tetap bertahan.
Kenzo menghela napas panjang melihat keteguhan Aline mencegah kepergiannya. Kalau sudah begini apa boleh buat. Kenzo beranjak menuju ke kamar penyimpanannya. Kenzo membawa sebuah helm berwarna hitam juga. Dia berdiri di hadapan Aline dan menyodorkan helm yang baru saja dia ambil.
"Ini, kamu pakai juga,"perintah Kenzo kepada Aline. Mendengar permintaan Kenzo membuat Aline bingung. Apa maksudnya memberikan dia sebuah helm juga.
"Apa maksudmu?"tanya Aline kepada Kenzo tanpa langsung menerima helm yang disodorkan kepadanya.
"Ikut aku,"jawab Kenzo singkat. Mata Aline seketika terbelalak mendengar ucapan singkat Kenzo tersebut.
"Kamu mau aku ikut kamu juga? Kamu gila apa? Aku tidak mau, aku tidak mau mengingkari janjiku kepada Tante monita,"ujar Aline kukuh dengan pendiriannya. Kenzo hanya diam saja mendengar apa yang dikatakan Aline.
"Kenzo, mama kamu bisa marah nantinya,"kata Aline ngotot.
"Sudahlah, ikutlah denganku saja,"ujar Kenzo kepada Aline tanpa banyak bicara lagi dia menarik tangan Aline yang masih saja berusaha menghentikan langkah Kenzo. Namun tenaga yang dia miliki kalah jauh dibandingkan dengan Kenzo.
"Kenzo...."
"Diam saja,"ujar Kenzo tetap memegang erat tangan Aline untuk mengikutinya. Kini kenzo sudah berada di garasi bersama dengan Aline.
"Kenzo, aku tidak mau!"teriak Aline merasa kesal karena diabaikan oleh kenzo sedari tadi.
"Aku tidak akan ikut denganmu,"ujar Aline tegas. Aline lebih tua daripada bocah ini kepada dia mau saja disuruh-suruh oleh bocah satu ini. Aline tidak mau menuruti kemauan Kenzo. Tidak!
Kenzo membuka helmnya. Dia memegang tangan Aline dan menatap Aline dengan tatapan yang tajam. Apa yang dilakukan Kenzo seketika membuat Aline terdiam. Kenapa dia menyeramkan sekali? batin Aline.
"Kalau kamu tidak mau ikut denganku, aku akan mencium bibir merah mudamu itu sampai bengkak,"ancam Kenzo membuat Aline seketika terdiam. Apalagi dengan sorot tajam yang dipancarkan Kenzo sepertinya dia tidak main-main.
Pada akhirnya Aline menuruti perkataan Kenzo. Aline naik ke motor sport kenzo. Merekapun melewati jalanan kota dan entah kemana kenzo membawanya pergi. Ini salah Aline karena tadi dia bersikukuh melarang Kenzo pergi. Jadinya sekarang Kenzo justru mengajaknya ikut pergi bersamanya.
**
"Dia akan datang?"tanya seorang lelaki bergaya preman yang sudah bersiap untuk bertaruh di arena balapan motor itu. Dia sudah yakin bahwa pada pertandingan kali ini, jagoannya lah yang akan menang. Dia sudah memilih jagoan yang terbaik untuk bertanding.
"Dia pasti datang, aku yakin itu, sudah jangan cerewet lah kau bang, pasang taruhannya semua,"teriak seorang gadis dengan dandanan nya yang tomboi. Meskipun tomboi tetapi gadis itu memiliki paras wajah yang cantik dan imut.
"Cuih, kalau kamu tidak berwajah cantik sudah ku sobek-sobek itu mulutmu yang tajam itu, manis,"ujar lelaki bergaya preman itu dengan nada gemas akan ucapan si gadis tomboi. Mendengar rayuan dari lelaki tua itu membuat si gadis merasa geram saja. Sudah tua tetapi tidak tahu diri sekali.
"Memang kamu pikir dirimu sudah setampan apa berani mendekatiku, heh!"ledek gadis itu semakin membuat panas yang mendengarnya.
"Kau!"
"Sudah-sudah! Kalian berdua jangan ribut saja,"ujar seorang lelaki sambil mendorong kursi rodanya mendekati dua orang rekannya itu.
Meskipun dalam kondisi yang cacat, namun tatapan nya yang tajam dan pembawaannya yang dingin membuatnya ditakuti di tempat itu. Seketika keduanya terdiam dan tidak lagi melanjutkan perdebatan diantara mereka.
"Kamu sudah hubungi dia, Len?"tanya lelaki di atas kursi roda itu.
"Sudah, kakak tenang saja,"ujar Leni dengan sikap genitnya.
"Cuih, dasar tidak tahu malu,"ujar lelaki bergaya preman itu melihat tingkah polah Leni. Leni, si gadis tomboi itu kini sedang memeluk bahu si lelaki yang duduk di kursi roda.
"Aku membawa jagoan baru, dia anak yang pemberani. Aku bertaruh kali ini jagoan kalian itu pasti akan kalah, hahahaha,"ujar si lelaki bergaya preman dengan beberapa anak buahnya.
"Kita buktikan saja, siapa yang lebih jago dalam pertandingan nanti,"ujar si gadis tomboi dengan tatapan menantang.
"Mulutmu memang pedas, sayang.Aku menyukaimu,"ucap lelaki bergaya preman itu sambil memberikan tanda kecupan sayang lewat udara kepada Leni, si gadis tomboi.
"Ih, jijik banget aku lihat sikapnya itu,"ujar Leni kepada Hero, lelaki yang duduk di kursi roda.
"Dia akan membayar mahal untuk kekalahan nya nanti,"sahut Hero kepada leni. Dia yakin hari ini akan menjadi kemenangan nya. Lelaki tua itu hanya pandai sesumbar seenak jidatnya saja.
Aline melihat lokasi yang di datangi oleh Kenzo. Aline merasa seperti pernah melihat lokasi seperti ini. Mata Aline seketika terbelalak. Dia tahu ini adalah lokasi balapan liar. Astaga, apa yang dia pikir akan lakukan? Apakah dia akan melakukan balapan liar?
***
Iklan Author
Ini adalah novel pertama aku bertema remaja.
Jangan lupa like, vote dan juga kirim komentar kalian sebanyak-banyaknya. Karena komentar kalian akan membantu penulis menjadi lebih baik lagi.
Terimakasih 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Nur Lizza
lanjut thor
2021-11-29
0
Wati_esha
Hiiiiiiiiii 🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️
2021-10-28
1
💎"Bs"Najwa"FNT🐱
tiga like.
2021-03-03
1