Aline berjalan dengan terburu-buru sambil menggendong tas ransel nya yang berisi laptop dan juga berkas revisi yang sudah dicoret-coret oleh dosen pembimbing nya.
Aline cukup kerepotan berjalan karena dia sedang menggunakan sepatu berhak tinggi. Aline sebenarnya malas sekali menemui bocah tengil itu. Namun dia tahu bocah itu cukup nekat juga. Dia tidak mau sesuatu yang buruk terjadi jika dia tidak segera sampai di pintu gerbang kampus. Tempat di mana Kenzo sedang menunggunya.
Aline melihat seorang anak lelaki duduk di atas sepeda motor sport nya. Dia mengenakan seragam putih abu-abu. Meskipun dia memakai atasan jaket hitam.
Kenzo duduk menunggu Aline dengan melepas helm nya sehingga dia menjadi pusat perhatian setiap cewek-cewek yang lewat. Mereka tampak mengagumi ketampanan yang dimiliki Kenzo. Dan Kenzo rupanya juga menikmati dirinya dipuja oleh cewek-cewek yang lewat.
"Dasar Playboy,"gerutu Aline sambil bergegas menuju ke tempat Kenzo menunggunya.
"Ada apa datang kemari?"tanya Aline tanpa basa-basi begitu berada di dekat Kenzo.
"Oh, kamu sudah datang rupanya,"Kenzo berdiri dari duduknya. Dia melihat penampilan Aline sejenak kemudian dia menyodorkan sebuah helm kepada Aline.
"Apa ini?"tanya Aline.
"Helm lah, kamu pikir apa?"sahut Kenzo seketika.
"Bukan itu, maksud kamu apa memberiku helm segala?"tanya Aline menjelaskan.
"Menjemput mu, sekalian belajar,"jawab Kenzo sambil mengenakan helmnya. Aline masih saja tidak segera memakai helm membuat Kenzo menjadi kesal.
Dia mengambil helm yang dipegang Aline dan langsung memakaikan nya kepada Aline tanpa ijin terlebih dahulu.
"Hei!"pekik Aline kesal. Membuat mereka berdua menjadi perhatian orang-orang yang lewat di sana.
"Sudah diam saja kalau tidak mau menjadi tontonan banyak orang di sini,"kode Kenzo agar Aline segera naik ke motornya.
"Lagian kalau bukan karena mama yang menyuruh, aku juga tidak akan mau jauh-jauh jemput kamu segala,"ujar Kenzo dengan nada kesal. Dia merasa Aline ini terlalu pemilih. Sudah untung di jemput kalau tahu reaksinya akan seperti ini lebih baik dia tadi menolak perintah mamanya.
"Ya dah ayo, gitu aja saja marah-marah. Lain kali kalau tidak ikhlas tolak saja. Jangan ngomel-ngomel segala,"kata Aline tidak kalah sengitnya. Kenzo hanya terdiam, begitu Aline naik motornya. Dia langsung gas laju motornya membuat Aline hampir saja terlonjak. Untung dengan cepat dia berpegangan di pinggang Kenzo. Sehingga dia tidak sampai terjatuh.
Aduh kenapa aku malah memegang dia segala. Batin Aline menyesal dengan apa yang barusan dia lakukan.
Ketika Aline hendak melepaskan pegangannya di pinggang Kenzo. Justru Kenzo tiba-tiba menarik kembali tangan Aline.
"Kalau jatuh jangan salahkan aku!"ancam Kenzo membuat Aline mengurungkan kembali niatannya untuk melepaskan pegangannya di pinggang Kenzo.
Mendengar ancaman kenzo kenapa niatanku malah menciut, batin Aline merasa aneh.
Mereka telah sampai di kediaman keluarga Darmawan. Aline turun dari motor dan membuka helmnya. Dia melihat Kenzo yang bergegas masuk ke dalam rumah setelah memarkir motornya di garasi. Aline pun mengikuti langkah Kenzo.
"Ah, sayang akhirnya kamu datang juga,"sambut Monita, mama Kenzo dengan nada bahagia.
"Selamat siang Tante,"sapa Aline dengan sopan.
"Masuklah, nak, kemarilah,"ajak mama Kenzo sambil menarik tangan Aline. Sedangkan Kenzo, jangan ditanya, anak itu sudah hilang entah kemana. Mungkin lebih dulu masuk ke dalam kamarnya.
"Nak Aline, Tante mau minta tolong padamu,"ujar mama Kenzo memohon.
"Ada apa Tante?"tanya Aline.
"Tante tadi dipanggil ke sekolahnya Kenzo. Nilai matematika nya buruk sekali. Padahal matematika itu mata pelajaran yang masuk Ujian Nasional. Tante minta tolong padamu, Lin. Tolong bantu Kenzo agar nilai nya bisa membaik. Para guru di sekolah Kenzo sudah putus asa menghadapi tingkah anak satu itu. Tetapi Tante melihat, dia cukup baik dengamu,"kata mama Kenzo penuh harap.
"Eh, sebenarnya saya juga kurang dekat dengan kenzo, Tante,"jawab Aline jujur. Dia merasa agak bingung dengan ucapan mama Kenzo yang mengatakan kalau hubungan diantara dia dan Kenzo cukup baik. Baik dari mananya?
"Tante mohon, nak. Hanya kamu yang bisa Tante mintai tolong saat ini. Sudah banyak guru les privat yang minta berhenti dan tidak sanggup menghadapi sikap Kenzo. Papanya juga sudah kesal menghadapi sikap Kenzo selama ini. Tante tidak tahu lagi harus meminta tolong kepada siapa?"ujar monita sambil meneteskan air matanya. Putra semata wayangnya ini sungguh membuatnya dan juga sang suami kewalahan.
"Mungkin ini semua juga karena kesalahan kami sebagai orang tuanya yang terlalu memanjakan nya. Sehingga dia menjadi sulit dikendalikan seperti ini. Kami juga merasa bersalah karena terlalu sibuk bekerja sehingga tidak memperhatikan keadaan Kenzo. Ini semua juga salah Tante dan om."
Aline hanya bisa menghela napas. Dia juga pernah berada di posisi Kenzo dahulu saat SMA dia pernah protes dengan sang ibu dan kakaknya, Aldo. Aline tidak suka melihat keduanya hanya sibuk bekerja tanpa peduli akan dirinya.
"Saya akan bantu sebisa saya Tante, semoga bisa membawa perubahan bagi Kenzo,"jawab Aline sambil menenangkan mama Kenzo.
"Terimakasih, nak. Kamu adalah anak yang baik. Sungguh beruntung nantinya yang bisa menjadi mertua kamu,"sahut mama Kenzo spontan membuat Aline cukup terkejut sekaligus geli sendiri. Dia saja belum kepikiran menikah di usianya saat ini.
Setelah berbincang dengan Tante monita. Aline menuju ke lantai dua. Lebih tepatnya ke kamar Kenzo. Aline hendak mengetuk pintu kamar kenzo. Namun sayup-sayup dia mendengar suara Kenzo sedang menyanyi sambil memetik gitar.
Aline diam sebentar mendengar kan lagu yang sedang dinyanyikan oleh Kenzo.
"Suaranya bagus juga,"puji Aline perlahan. Dia kemudian mengetuk kamar kenzo. Begitu mendengar suara yang memperbolehkan dia masuk maka dia segera masuk. Pintu kamar Kenzo sengaja Aline buka. Memang kalau mereka belajar di kamar Kenzo maka Aline akan selalu membuka pintu kamarnya.
"Sudah selesai sesi curhatnya?" tanya Kenzo dengan nada dingin.
"Kamu ini kenapa memang benar-benar tidak bisa dengan pelajaran matematika?"tanya Aline merasa curiga. Dia melihat sepertinya Kenzo anak yang pintar. Apa benar dia tidak bisa hanya satu pelajaran saja.
"Itu bukan urusanmu,"jawab Kenzo ketus.
"Ya, sudah ayo belajar kalau begitu,"kali ini Aline malas sudah membahas masalah Kenzo. Dia di sini untuk membantunya belajar. Eh, malah diketusin seperti ini.
"Belum saat nya kamu tahu,"ujar Kenzo tiba-tiba.
"Baiklah, aku tunggu kamu cerita,"ujar Aline santai. Dia mulai merasa Kenzo ini ada sesuatu. Masalah itulah yang membuat Kenzo malas mengerjakan matematikanya.
Aline akan mencari tahu perlahan-lahan.
***
Iklan Author
Jangan lupa like, vote dan kirim komentar kalian sebanyak-banyaknya.
Terimakasih 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Wati_esha
Tak bisa komentar.
2021-10-28
1
💎"Bs"Najwa"FNT🐱
like lagi.
2021-03-03
1
anggita
Aline😘
2021-03-02
1