🌸Tergoda
Tidak sampai satu jam, mobil Pak Nathan berhenti tepat di depan pagar putih yang menjulang tinggi.
Rumah yang cukup besar dengan dua lantai, dan taman yang luas, dihiasi dengan bunga Anggrek dan rose. Sangat kontras dengan kepribadian Pak Nathan yang ku kenal.
Kedatangan kami disambut oleh seorang perempuan paruh baya, berumur sekitar 50 tahunan.
"Arsy mana bi...?" Pak Nathan memanggilnya bibi. Sepertinya dia asisten rumah tangga di rumah ini.
"Ada di kamar, den. Biar bibi panggilkan.." Bibi lalu pergi meninggalkan kami berdua.
"Silakan masuk." ucap Pak Nathan.
Aku mengangguk dan mengikuti langkahnya, sampai di suatu ruangan dengan sofa yang panjang dan berbagai hiasan rumah yang mahal. Tidak jauh dari sana ada lemari yang terbuat dari kayu jati, khusus untuk memajang piala dan beberapa pigura foto. Dan di dinding sisi kananku, terdapat foto Pak Nathan berdua dengan Arsy dengan ukuran pigura besar.
Tapi yang membuatku heran, di sana tidak ada satu pun foto wanita lain, padahal aku penasaran dengan sosok ibunya Arsy.
"Duduklah. Kamu bisa tunggu disini. Nanti Arsy datang. Saya mau ganti baju dulu."
"Saya ikut ya pak." jawabku cepat, karena iseng ingin menggodanya.
Pak Nathan berbalik "Apa kamu bilang?"
"Hehe becanda pak. Pisss." Aku mengacungkan 2 jari tanda V padanya. Sambil mengeluarkan jurus nyengir andalan.
"Biar gak kaku amat kayak kanebo pak, kan sayang kalau muka ganteng bapak cemberut terus. Nanti kalau jadi jelek gimana? Yahh walaupun saya tetap terima bapak apa adanya sii ........."
"Stop. Stop." Pak Nathan menutup kedua matanya. Telinganya kembali memerah. Dan dia kelihatan sedikit gugup.
"Dasar remaja labil. Bikin saya sakit kepala aja." umpatnya sambil berbalik, berjalan menuju kamarnya.
Aku tetawa geli mendengarnya. Haha. Lucu sekali melihat reaksi Pak Nathan. Ini kedua kalinya aku melihat telinganya memerah. Tandanya apa ya??
Apa itu tanda kalau Pak Nathan malu - malu ?
Ah. Ternyata dia punya sisi imut juga.
"Kak Nindi......."
Arsy muncul dengan piyamanya sambil menggendong boneka beruang.
"Wow Arsy, sini sayang." Aku memeluk Arsy dan memangkunya.
"Kakak kangen banget deh sama kamu"
"Arsy juga kangen, gimana kak ? Arsy hebat kan.."
Arsy tersenyum lucu. Sambil menaikkan kedua alisnya.
"Iya Arsy hebat banget." ucapku gemas, mencubit pelan kedua pipinya yang chuby. Lalu kami bertos ria.
"Habis Arsy sebal, papa gak bolehin Arsy ikut. Padahal kan aku bosen. Papa cuma jemput aku TK, terus langsung antar aku pulang." Arsy mulai bercerita.
Oh aku mengerti sekarang, kenapa jadwal mengajar Pak Nathan selalu siang. Rupanya dia harus menjemput anaknya lebih dulu.
"Kakak.. gimana kalo kak Nindi jadi pengasuh Arsy aja? suster yang dulu, jahat sama Arsy. Dia suka cubitin tangan aku." usul Arsy tiba - tiba.
Aku diam memikirkannya. Bagus juga si kalau aku jadi pengasuhnya. Karena aku jadi bisa bertemu dengan pak Nathan setiap hari. Tapi bagaimana dengan kuliahku? ah iya begini saja....
"Arsy, kakak sebenarnya mau banget, tapi kakak kan harus kuliah. Gimana kalau pengasuh part time aja. Jadi kakak gak bisa setiap hari. Hemmm seminggu 3 kali bisanya.. Sama bonus hari Minggu, jadi 4 kali deh."
Wajah Arsy berbinar. Dia terlihat senang.
"Iya.. aku mau." dia langsung memelukku saat itu juga
"Makasih kak, nanti aku bilang papa yaa.."
Nah itu dia masalahnya. Entah Pak Nathan akan setuju atau tidak. Mengingat dia selalu jaga jarak denganku.
Tidak berapa lama Pak Nathan sudah keluar dari kamarnya. Ia mengenakan kaos oblong dan celana kargo.
Rambutnya terlihat basah dan berantakan, sepertinya dia juga habis mandi tadi. Aku sampai sesak napas dibuatnya.
Jantungku berdegup melihat makhluk Tuhan paling seksi ( bagiku ) ini.
Melihat papanya datang, Arsy berlari menghampirinya.
"Papa.. kak Nindi bilang dia mau jadi pengasuh aku lho, pengasuh part.. patt..patt temm."
Pak Nathan mengernyit bingung. Lalu menoleh menatapku.
Aku pura - pura melihat ke arah lain. Gawat. Sepertinya Pak Nathan tidak setuju. Bisa - bisa kena omel lagi nih.
"Oh begitu... Gimana kalau princess papa sekarang mandi dulu yaa sama Bi Munah. Biar papa nanti bicarakan lagi sama kak Nindi." Pak Nathan mengusap rambut Arsy lembut.
Arsy mengangguk senang. "Kak Nindi, tunggu disini yaa.. aku mau mandi dulu."
"Iyaa sayang, kakak tunggu disini yaa.."
Setelah Arsy masuk ke dalam, Pak Nathan menghampiriku. Dia duduk di sofa yang berhadapan denganku. Bibirnya tidak mengeluarkan suara, tapi mata itu kini berkilat tajam bagaikan sinar laser.
"Bukan saya ya pak yang mempengaruhi Arsy. Dia sendiri yang minta saya jadi pengasuhnya. Dia bilang suster sebelumnya jahat sama dia. Saya cuma kasih solusi, kalau 1 Minggu 4 kali, karena saya juga harus kuliah." akhirnya aku membuka suara, menjelaskan.
Pak Nathan masih diam. Kelihatan sedang berpikir. Sedetik kemudian dia menghela napas, seraya memijit pelipisnya.
"Arsy itu segalanya buat saya. Dia sudah 3 kali ganti pengasuh. Yang pertama dan kedua berhenti, tidak tahan karena selalu dikerjai Arsy. Yang ketiga seperti yang kamu dengar tadi. Dia saya pecat. Kamu yakin bisa?"
Aku mengangguk mantap. " Saya menyayangi Arsy pak."
Pak Nathan terlihat terkejut. Mulutnya terbuka seolah ingin mengatakan sesuatu. Tapi kembali diam. Mungkin dia bingung dengan pernyataanku barusan. Tapi aku memang benar menyayangi Arsy tulus. Bukan hanya alasan karena aku menyukainya.
"Baiklah. Saya gak bisa menolak kalau Arsy yang minta. Besok kebetulan saya ada jadwal pagi. Kamu bisa jemput Arsy sekitar jam 12?"
Aku berpikir sejenak, mengingat jadwal kuliahku.
"Bisa pak, dalam satu Minggu saya bisa hari Selasa, Kamis, Jumat dan....Minggu."
"Sebenarnya kalau Minggu saya gak butuh, karena saya juga libur. Tapi Okelah. Dan ingat, jangan ajari anak saya hal yang aneh dan absurt!" Pak Nathan mengingatkanku dengan ketus.
Kurasa Pak Nathan takut Arsy mencontoh hal absurd dari diriku ini.
"Iyaa.. iya.. saya akan ajarkan Arsy jadi anak yang baik. Oh iya apa bapak berminat untuk mencari ibu sambung buat Arsy juga."
upss aku menutup mulutku. Mulut ini terkadang memang tidak bisa di rem.
Tapi tanggapan Pak Nathan sungguh di luar dugaanku, biasanya dia hanya berekspresi datar, atau melotot tajam.
Tapi sekarang pak Nathan tertawa pelan. Menunjukkan deretan giginya yang rapi.
"Anindira, seharian ini sudah berapa kali kamu goda saya. Apa saya segitu menariknya di mata kamu? huh?"
Pak Nathan kini melipat kedua tangannya, memiringkan kepalanya, lalu menatapku.
"Saya sarankan kamu jangan bersikap begini ke pria lain. Belum tentu mereka bisa menahan dirinya seperti saya."
Setelah berkata seperti itu, ia langsung beranjak meninggalkanku sendiri di sana.
Aku mematung tak mengerti, berusaha mencerna apa maksud dari kata - katanya tadi.
Maksudnya apa ??
Pak Nathan marah?
Atau dia senang ??
Kalau marah kenapa tidak mengomel seperti biasanya saja sih. Kenapa harus bicara muter - muter, yang aku sendiri enggak mengerti.
Kalau memang senang kenapa tidak bilang langsung saja kalau dia juga mau. Kan lebih simple.
Kalau begini bisa - bisa aku yang sakit kepala, memikirkan kata - katanya.
Pak Nathan... dia memang susah sekali di tebak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
Hmm...paling lama2 lumer tuh hati nya Nathan....dpt omongan dari Nindi....wwwkkkk....😃
2024-03-12
0
susi 2020
🙄🙄🙄😘🥰
2023-04-18
0
susi 2020
🤭🤭
2023-04-18
0