Chapter 3 ( Revisi )

🌸🌸

Hari Minggu, biasanya aku menghabiskan waktu dengan menonton drama Korea, tapi kali ini aku sudah mandi pagi - pagi sekali.

Berpakaian rapi dengan menggunakan rok selutut, tak lupa memakai sedikit riasan natural untuk menambah sempurna penampilanku. Sengaja ku pilih baju yang terlihat sedikit dewasa, agar lebih imbang kalau nanti jalan berdua dengan Pak Nathan.

"Mah , Nindi pergi dulu ya..." Aku menyapa Mamah yang sedang asyik menonton acara favoritnya di TV.

"Kemana Nin ?" mamah menoleh, menatapku aneh. Karena memang tidak biasanya aku pergi di hari libur begini, ditambah penampilanku yang berbeda sampai menggunakan wedges segala.

"Ada deh... Rahasia. Aku berangkat ya mah, doakan anakmu ini." aku mencium punggung tangannya.

Sedangkan mamahku hanya mengangguk bingung.

Tenang saja mah.. kalau aku berhasil, mamah tidak hanya dapat menantu ganteng, tapi juga dapat bonus cucu lucu dan imut, juga pintar macam Arsy supaya mamah tidak kesepian lagi.

Aku memang hanya tinggal berdua dengan mama, sedangkan ayahku sudah meninggal beberapa tahun lalu, saat aku masih sekolah dasar. Dan setelah ayahku meninggal, mama melanjutkan usaha kecil keluarga kami di bidang retail.

Hari ini aku janjian dengan Arsy di sebuah Taman Kota. Arsy bilang dia biasa jalan - jalan kesana dengan papanya kalau hari libur.

Jadi ide Arsy kemarin itu mengajakku datang kesana, agar aku bisa bertemu dan jalan dengan Pak Nathan.

Baik banget kan dia ??

Ah aku jadi semakin menyayangi bocah itu.

Aku sudah sampai di Taman Kota yang dijanjikan, mengedarkan pandangan mencari - cari dimana Arsy.

Dan disana aku melihatnya, sedang bermain lempar bola dengan Pak Nathan.

Dengan semangat 45 aku bergegas menghampiri mereka. Arsy melihatku dan melambaikan tangannya.

"Kak Nindi..." teriak Arsy.

Saat itu juga Pak Nathan membalikkan badan, dan reaksinya terkejut melihatku datang.

Aku justru lebih terkejut lagi. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya aku melihat penampilan Pak Nathan di luar kampus. Biasanya Pak Nathan berpenampilan rapi dengan kemeja panjangnya. Kali ini ia berpenampilan santai dengan menggunakan kaos berlapis jaket dan celana jeans pendek selutut, ditambah topi kupluk menutup kepalanya. Sungguh menggoda iman wanita. Satu katanya untuknya. KEREN.

Arsy menarik tanganku, untuk mendekati Pak Nathan.

"Kamu... Kenapa ada disini ??" Pak Nathan menegurku dengan ekspresi dingin seperti biasa.

"Papa. Kak Nindi aku yang ajak untuk datang kesini."

Arsy yang menjawab. Tentu saja ini sudah bagian dari rencana kita berdua.

"Baiklah kalau itu mau Arsy, tapi papa mau bicara berdua dulu dengan kak Nindi ya....Arsy duduk disini dulu sebentar."

Pak Nathan mengisyaratkan agar aku ikut dengannya. Aku mengikutinya dari belakang, sebelumnya kulihat Arsy mengacungkan dua jempol tangannya padaku. Aku membalasnya dengan senyuman.

Setelah agak jauh dari Arsy, Pak Nathan berhenti dan berbalik menghadapku.

"Kamu.. jangan bilang kamu sudah mempengaruhi anak saya."

"Maksud bapak gimana ?"

Pak Nathan berdecak. "Saya sudah curiga ini sejak awal. Kamu selalu duduk di bangku depan setiap kelas saya, lalu senyum - senyum menatap saya. Jujur aja mau kamu apa sebenarnya. Kalau mau kamu hanya untuk mendekati saya, percuma!"

"Percuma gimana ya pak..?" tanyaku heran. Tapi aku tidak mengelak semua tuduhan Pak Nathan tersebut.

Mendadak aku teringat gosip yang beredar di kampusku, kalau Pak Nathan itu tidak suka wanita. Karena, walaupun berstatus duda, ia selalu jaga jarak dengan wanita, apalagi gosipnya dia juga menolak Miss Rena, dosen tercantik di kampusku itu.

"Oh jangan - jangan bapak gak......."

"Saya masih NORMAL !!" Pak Nathan memotong ucapanku dengan cepat. Matanya menatapku tajam. Rupanya ia sudah bisa menebak apa yang mau aku katakan tadi.

Aku menciut. Tidak berani menatapnya langsung.

"Maaf pak, tapi saya memang mau main sama Arsy aja kok."

"Papa....." Arsy berlari kecil menghampiri kami.

"Kenapa papa marah - marah sama Kak Nindi sih."

"Papa gak marah sayang..."

Dia berusaha mengelak. Padahal baru tadi dia marah - marah padaku

"Bohong, aku lihat tadi papa melotot kayak gini." Arsy membesarkan matanya, mempraktekan apa yang di lakukan Pak Nathan tadi.

"Pffft." aku berusaha menahan tawa yang hampir meledak melihat ekspresi Arsy.

Pak Nathan mendelik sekilas padaku, membuatku kembali terdiam, mengatupkan bibir rapat - rapat.

"Papa hanya bicara sama kak Nindi aja kok tadi. Sudah yaa.. gimana kalau kita pulang aja sekarang ?" Pak Nathan berusaha membujuk Arsy.

"Aku gak mau. Aku masih mau jalan - jalan. Papa pernah janji mau ajak Arsy ke kebun binatang. Arsy mau pergi sekarang, sama kak Nindi juga."

"Tapi gak bisa sekarang Arsy... ".

"Gak. Pokoknya mau sekarang. Kalau papa gak mau, aku pergi sama kak Nindi aja berdua. Ayo kak."

Arsy langsung menarik tanganku dan mengajakku pergi.

Aku kebingungan. Apa - apaan ini, sepertinya ini tidak ada dalam rencanaku dan Arsy kemarin.

Kebun binatang ???. Dengan penampilanku sekarang?.

OH MY GOD.

Aku menoleh ke arah Pak Nathan, berharap Pak Nathan kali ini tidak mengalah dengan anaknya. Karena aku juga tidak mau ke kebun binatang dengan penampilanku sekarang yang menggunakan rok dan wedges.

Tapi ternyata aku salah, Pak Nathan mengejar kami, itu tandanya dia kalah dan akhirnya setuju.

Disinilah aku sadar, kalau satu - satunya kelemahan Pak Nathan adalah Arsy.

Dan sekarang Arsy sepertinya berada di pihakku. Yessss!!!

Tapi Arsy... Masa ke kebun binatang sihh ????!!!!!. Alamakkkk.. percuma dong aku dandan cantik - cantik. Kalau tau mau pergi ke kebun binatang lebih baik tadi pakai baju kebangsaan aja deh, celana jeans dan kaos juga sepatu kets.

*************

Di kebun binatang,

Arsy terlihat senang berlari kesana kemari, bertanya tentang binatang yang tidak diketahuinya. Pak Nathan dengan sabar menjawab semua pertanyaan Arsy.

Aku hanya mengikuti mereka dari belakang, dengan menahan pegal di kakiku.

Rasanya kaki ini sudah tidak kuat dibawa untuk berjalan lagi.

Pak Nathan melihatku yang kini sedang duduk dibawah pohon, memijit pergelangan kakiku yang sedikit memar karena menggunakan wedges.

"Arsy, kamu duduk dulu disini yaa sama Kak Nindi, papa mau beli minuman."

"Iya pa. Arsy mau minuman rasa jeruk yaa.."

Pak Nathan tersenyum mengiyakan, ia melirikku sekilas. Lalu pergi meninggalkan kami.

Huh. Apa susahnya sih kasih gue senyuman juga. Rutukku dalam hati. Dasar nggak peka.

"Kak Nindi cape ya..?" tanya Arsy, sambil tertawa kecil.

"Hemm... Arsy kenapa gak bilang sebelumnya sih kalau mau ke kebun binatang." Aku mengeluh. Lagi - lagi aku sukses dikerjai bocah ini.

"Hihii. Kan kakak gak nanya kemarin kita mau kemana."

Ah, baiklah. Kamu menang Arsy. Aku memang salah tidak bertanya dulu mau kemana, karena begitu senangnya mau jalan dengan Pak Nathan.

Tidak berapa lama Pak Nathan datang membawa 3 botol minuman dan 1 kantong plastik.

Ia menyerahkan minuman jeruk untuk Arsy. Setelah meminumnya, Arsy kembali segar dan berdiri.

"Papah aku mau lihat angsa di depan itu ya sebentar ." Arsy berlari sebelum sempat dicegah olehnya.

"Hati - hati. Jangan terlalu dekat." Ujar Pak Nathan, dengan sedikit berteriak.

Kini ia mendekatiku dan tiba - tiba saja menyodorkan kantong plastik yang sejak tadi dibawanya.

"Apa ini ??" aku bertanya heran.

"Buka saja, dan cepat pakai. Jangan sampai kaki kamu copot tuh gara - gara pakai sendal tinggi."

Aku paham dan segera membukanya. Ternyata sepasang sepatu flat. Dengan tersenyum senang, aku langsung memakainya. Pas sekali.

" Makasih ya pak .. bapak perhatian banget sampai tau ukuran sepatu saya. Hehe."

"Apa ?!. Jangan geer kamu. Saya cuma kira - kira. Kalau ternyata memang pas yasudah. Oh iya satu lagi, lebih baik kamu berhenti sekarang. Saya tidak tertarik untuk dekat dengan wanita manapun sekarang ini."

Setelah berkata seperti itu Pak Nathan beranjak pergi menghampiri Arsy.

Aku ? Menyerah ??

Oh tidak semudah itu pak dosen ....!!

Sudah setahun aku menyukaimu. Setelah sekarang punya kesempatan untuk lebih dekat, tentu saja tidak akan aku sia - siakan. Aku akan membuat Pak Nathan menyukaiku juga.

Lihat saja!

Hari ini mungkin ia menolakku, tapi hari esok siapa yang tahu kan?

Terpopuler

Comments

Mulyanthie Agustin Rachmawatie

Mulyanthie Agustin Rachmawatie

Waaaah...Nindi nekad b'ner , klo bunda jadi Nindi sdh psti ciut duluan dech....he...he...he...

2024-03-12

0

Erna Fadhilah

Erna Fadhilah

semangat nindi💪💪💪💪 aku mendukungmu

2022-09-21

1

Indra Ardiansyah

Indra Ardiansyah

semangat nindi kmi semua mendukungmu iya kan thor

2022-03-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!