Bab 2. Murid beasiswa

Di sudut lapangan seorang gadis cantik memasang wajah cemberut menatap teman-teman yang tengah melaksanakan masa orientasi siswa.

Mulutnya terus menerus menggerutu karena ingin merasakan yang namanya masa orientasi siswa seperti murid baru yang lainnya. Namun karena ia putri dari donatur utama sekolah elit itu, ia tidak di perbolehkah mengikuti kegiatan melelahkan itu. Karena itu juga permintaan dari ayahnya.

"Kenapa Ka Dirga tidak menghukum ku? kenapa aku tidak boleh melakukan hal seru seperti yang lainnya?" gerutunya.

"Dede," suara itu terdengar sangat akrab di telinga nya. Gadis itu menoleh ke sumber suara dan seketika membuang nafas kesal sebelum kemudian memutarkan bola mata malasnya.

"Kamu ngapain di sini? Kaka kan sudah bilang tunggu di dalam kelas..!" ucap pemuda yang tidak lain adalah Kaka kandung nya.

"Aku juga mau lihat teman-teman ku melakukan hal seru di sana, jika aku tidak boleh ikut setidaknya izinkan aku melihatnya" ketus nya.

"Dan satu lagi, jangan panggil aku Dede atau sayang di sini, namaku Kesya, Kesya Kak Briyan...!" Tangan gadis itu menunjuk wajah kakaknya dengan ujung alis yang hampir menyatu.

"Masuk ke dalam kelas atau Kaka adukan kamu ke Daddy, biar saja kamu mengikuti homeschooling" ancam pemuda tinggi itu.

DEG itu hal paling menakutkan bagi Kesya, tidak bertemu dengan teman-teman adalah sesuatu yang paling di hindari nya.

"Ok, ok, aku pergi..! tapi ingat jangan panggil aku Dede atau sayang lagi di sini..!" ketus nya sambil berjalan arogan menuju ruang kelas barunya.

Sedang di tempatnya Briyan menggelengkan kepalanya dengan bibir yang tertarik di satu sudutnya "Kenapa anak itu keras kepala sekali.." gumamnya.

"Lagian kenapa tidak mau di panggil Dede atau sayang? bukannya itu panggilannya dari masih bayi.." gerutunya.

Briyan berjalan menuju ke lapangan menemui ketua OSIS galak yang tidak lain adalah Kaka sepupunya karena Yuda, ayah Dirga itu Kaka tiri dari Reiner ayah Briyan. Meskipun hanya terpaut dengan hubungan tiri mereka sangat dekat.

"Kamu kenapa Ga?" tanyanya pada Dirga yang terlihat kecut.

"Aku dapat surat cinta lebih banyak dari sebelumnya Briy.." sahut Dirga.

Briyan tersenyum mencela "Kamu pilih salah satu dari mereka, biar bisa meredam yang lain" usul nya.

"Gila apa, terpikir saja tidak, aku tidak suka dengan gadis yang over berani seperti mereka" Dirga ketus.

"Tapi gini, kenapa kamu tidak mendapat surat cinta? padahal ketampanan mu juga tidak kalah dari ku" lanjutnya menatap heran adik sepupunya.

"Itu karena aku tidak mau berurusan dengan mereka, kamu kelihatan nya saja galak, tapi memperhatikan mereka juga, kamu pikir aku tidak tahu, kalau kamu juga membalas satu persatu surat cinta mu itu?" sindir Briyan dengan bibir miring nya.

...----------------...

Sedang di tempat lain yang tidak jauh dari kedua pemuda tampan itu para siswi baru menatapnya kagum. Decakan demi decakan terlontar dari mulut mereka.

"Oh ya ampun, sekolah ini bener-bener unggulan, Kaka kelas nya ganteng-ganteng banget.." seru siswi dengan nama Anya di dadanya.

"Menurut ku si gantengan adik sepupunya deh dari pada kakaknya" sahut gadis bernama Viona.

"Iya lebih cool tahu, lagian lebih banyak diam, tidak galak seperti Kak Dirga." imbuh Irma.

Rumpian manja itu terdengar sangat dekat di telinga Zaline, hingga ia pun menoleh ke arah pandangan ke tiga siswi itu.

Dan seketika matanya membulat sempurna ketika melihat pemuda tampan yang berdiri di sebelah Dirga "Hah..?! dia itu kan..!" seru Zaline.

"Bukannya itu..." kening Zaline mengernyit.

"Ganteng apa nya? pemuda kasar, posesif seperti itu di bilang ganteng..! pada buta kali ya? gantengan juga kak Dirga..." Zaline memelankan nada suaranya saat menyebut nama Dirga sambil tersenyum.

"Lin..!" suara seseorang memekik tubuh nya.

Zaline menoleh dan muka masam nya terpampang saat melihat Jho di sana.

"Hehe,, kamu ngapain? ngeliatin dua cogan itu?" tanyanya.

"Ga papa, aku cuma lagi kesel aja sama cowok yang di samping nya kak Dirga itu.." ucap Zaline menatap ke arah Briyan.

"Loh, kenapa emangnya?" sahut Jho.

"Entah lah, setiap kali melihat nya aku kesal, pemuda kasar yang over protective dengan pacarnya itu, ternyata masih SMA.?" ucapnya.

"Pacar..? setahu ku, Briyan tidak memiliki pacar..!" Jho menatap Zaline yang masih menatap sinis Briyan.

"Kamu juga kenal dengan nya?" tanya Zaline.

"Tentu saja, ayah mereka itu Kaka beradik, ya meskipun tiri tapi keluarga mereka cukup baik, dan ayah mereka itu dulunya satu sekolah dengan papi ku, terutama ayah Briyan dia itu sahabat papi ku" Jho menerangkan.

"Oh, jadi mereka anak-anak orang kaya seperti mu juga ya Jho?" tanyanya. Nada nya seperti sedikit kecewa.

"Huuff,, kenapa kamu lahir dari keturunan orang kaya si kak Dirga..? aku pikir aku bisa menggapai cinta mu, ternyata jauh sekali level kita.." ucap Zaline dalam hati. Dan kali ini ekspresi wajahnya sudah mulai sendu.

...----------------...

Setelah mengikuti kegiatan di tengah lapangan selesai para murid baru mulai memasuki kelasnya masing-masing.

Dan Zaline mendapat kelas 10-1. Dengan percaya diri nya Zaline berjalan menuju kelas barunya. Sesampainya di sana Zaline asal pilih kursi saja yang menurutnya kosong.

"Eh.. Kamu ngapain duduk di sini..?" tanya gadis dengan nama Hilda di dadanya.

"Aku..." Zaline bingung mau jawab apa, memang nya kenapa harus di tanya seperti itu? pikir nya.

"Ini itu khusus untuk para murid unggulan, murid karpet merah paham..!" ketus Hilda kepadanya.

Tanpa bertanya apapun lagi Zaline pun beranjak dari tempatnya lalu memilih bangku lainya yang masih kosong. Namun saat mau menduduki kursi di belakangnya tiba-tiba siswa dengan nama Meira mendudukinya terlebih dahulu.

"Ini bangku ku..! kamu di belakang sana..! siswi beasiswa aja pake milih-milih bangku segala..!" sindir Meira kepadanya.

"Emmh iya maaf, " Zaline berjalan lagi menuju kursi di belakangnya. Dan Hilda berteriak kembali.

"Itu kursi dari putri donatur utama di sekolah ini, jadi jangan coba-coba mendudukinya.. bisa-bisa dia gatal-gatal karena bekas tubuh mu..!" ucapnya.

Kini Zaline bingung, harus duduk di mana? semua kursi kosong sudah di tempati orang. Zaline juga sadar ia hanya murid beasiswa yang tidak perlu membayar biaya sekolah nya. Ia hanya cukup meningkatkan kualitas belajar saja untuk tetap melanjutkan sekolah di tempat elit itu.

Zaline berdiri dengan wajah yang menunduk sungguh sesal sesak menyeruak di dadanya, kenapa ia nekad sekolah di tempat elit yang seharusnya tidak ia masuki, tadinya Zaline sempat berharap bisa lebih dekat dengan Dirga pemuda yang beberapa tahun ini ia kagumi.

Terpopuler

Comments

IG : fi_fifii01

IG : fi_fifii01

Good👍

2021-09-01

1

riski iki

riski iki

like

2021-07-19

0

KAAI

KAAI

Zaline sayang hati2 ya patah hati.
Dah belajar aja dulu.
❤️

2021-07-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!