Aku tidak mau ibu mengetahui apa yang sedang aku alami dengan Kevin, Tidak saat ini, biar aku yang memberi tahu ibu langsung. Aku melihat puluhan kali missed call dari Kevin, puluhan pesan dari Kevin belum aku buka.
Aku letakan kembali handphone di meja samping kasur, menenggelamkan diri kembali ke dalam selimut, memejamkan mata, bukan kedamaian yang aku rasakan, tapi suara desahan Clara dan Kevin yang terngiang hingga menusuk sanubari, lagi lagi aku menangis, bertanya pada diri ku sendiri, kenapa ini bisa terjadi.
Seseorang mengetuk pintu, aku tau itu pasti Dini, segera aku usap air mata, "masuk Din, enggak di kunci", aku masih enggan turun dari tempat tidur.
"Jani..makan yuk..semalam km enggak mau makan, tuh bi Wati udah siapin sarapan, abis sarapan km mau tidur lagi juga gak apa apa, ini aku bawain baju ganti, pokoknya senyaman nya aja yah," Dini memberikan beberapa kaos dan celana pendek.
"Terimakasih ya Din..," aku menatapnya malu, Malu dengan kondisi ku yang saat ini berantakan,
"aku malah seneng, kamu ingat aku saat kondisi begini, udah udah makan mandi gih,makan yang banyak, ga usah mikirin Kevin apalagi nenek Lampir Clara, kamu mau aku bantuin labrak itu nenek lampir?,"Dini terlihat kesal.
"Ga usah Din, ga penting...kalo dia mau Kevin ambil aja..udah aku buang!," Dengan langkah gontai mengumpulkan tenaga aku berjalan menuju kamar mandi.
Setelah sarapan, aku meminjam Laptop Dini untuk membuat surat pengunduran diri, tidak mungkin aku sanggup bertemu hampir tiap hari dengan nenek lampir itu.
Dini menemani ku ke Cafe , memberikan surat itu ke mba Mila selaku Supervisor Cafe, bukan hanya mba Mila, tapi seluruh teman kerja ku terkejut, tiba-tiba aku berhenti dari pekerjaan yang sudah tiga tahun dijalani,
Mereka tahu betul pekerjaan ini sangat aku butuhkan untuk membiayai kuliah dan hidup selama di Yogyakarta, belum ada yang mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi antara aku, Kevin dan nenek lampir itu.
Dengan cepat aku mengemasi barang-barang di loker dan berpamitan dengan teman-teman, mereka terus berbisik mengapa begitu tiba-tiba aku resign,
Dini membantu membawakan barang-barang ku, ketika sampai di pintu masuk Cafe, aku berpapasan dengan sesosok wanita yang mirip dengan Mak lampir, yes dia Clara!.
Aku diam melewatinya tanpa menyapanya, ingin segera mungkin pergi, sambil menarik tangan Dini yang menunjukkan ekspresi marah, "ayo Din..."
"Rinjani Jani tunggu...," Panggilan Clara menghentikan langkah ku,
"iya.." jawab ku singkat, menatapnya degan penuh amarah yang tertahan, rasanya memalukan dan kekanakan sekali kalo sampai berantem di depan Cafe,
" Din please km duluan ke mobil yah..", aku memohon,
"iya deh...jangan lama lama yah, heh..awas ya kalo kamu macam2 sama Jani,Cafe ini bisa aku tutup ga buka buka lagi," teriak Dini ke arah Clara.
"Aku tidak pernah memaksanya, kami melakukannya secara suka rela..," penjelasan Clara yang lebih seperti pamer, sungguh konyol, aku meremas tangan ku,
"tahan Jani...tahan Jani...", batin ku, aku melihat nek lampir itu tanpa ekspresi merasa bersalah atau menyesal, enggak tau salah aku apa ke dia, aku enggak habis pikir.
"Kevin Udah aku buang, kamu ambil aja", jawab ku singkat supaya enggak berlama-lama, pergi meninggalkan Clara.
"Jani, kamu pindah ke rumah aku dulu aja sementara, ga usah keras kepala deh, sekarang km lagi ga kerja, sampai kamu dapat kerjaan lagi, punya penghasilan buat bayar kos, km bisa pindah lagi, aku sih asik asik aja kamu di rumah ku," Dini menawarkan bantuannya, aku mengangguk tanda setuju
Enggak cuma jadi pengangguran,tapi juga kehilangan pacar, benar benar ujian hidup yang harus dilewati, aku menyandarkan kepala di kursi mobil, Dini fokus menyetir dan menyalakan Radio, terdengar suara merdu Sam Smith membawakan lagu im not the only one.
Deg...
Kenapa kebetulan sekali lagu ini diputar, aku menutup mata, lagi lagi menangis, stock air mata ku ternyata masih melimpah!.
Tidak banyak barang2 yang aku bawa dari kos, hanya buku dan baju, status sebagai pengangguran membuat ku khawatir bulan depan enggak bisa membayar sewa kos, aku enggak mau membebani ibu, saat hati ini tenang, aku akan mencari pekerjaan lagi. Setelah berpamitan dengan ibu kos, aku memasukan barang2 ke mobil Dini.
"Yuk Din jalan...," sambil menutup pintu mobil, "Jani, Kevin ada di rumah Ku, gimana?," Tanya dini ragu apakah tetap melanjutkan ke rumahnya atau menghindar.
"Enggak mungkin menghindari dia terus, gak apa apa,pulang aja ke rumah kamu, maaf yah Kevin ke rumah kamu,,," aku merasa enggak enak sama Dini, "Its oke Jani, lebih baik km selesaikan di rumah ku dr pada di jalanan", Dini melakukan mobilnya.
Di dalam perjalanan aku hanya terdiam memejamkan mata, otak ku berfikir, kata kata apa yang akan aku ucapkan saat bertemu dengan Kevin,
"Jan.....", Dini menepuk pundak ku,
"hmm..." Aku menjawabnya dengan singkat, "Alhamdulillah masih hidup...",
Dini tertawa meledek ku karena dari tadi cuma diam,
" sekarat...!,"jawab ku singat sambil memberikan senyuman, Alhamdulillah aku masih bisa tersenyum.
Setibanya di Rumah Dini, aku melihat Kevin Sedang duduk di Teras, jantung ku berdetak kencang, aku ingin lari, belum siap bertatap muka dengannya, tapi sampai kapan aku menghindari Kevin terus, harus ada kejelasan bagaimana kelanjutan hubungan kami,
Aku pandangi Kevin dari dalam mobil, terlihat kusut tidak Kevin yang aku kenal selama ini.
Dini memberikan kami privacy untuk berbicara secara empat mata, aku hanya berdiri membelakanginya, aku sendiri enggan tau apa yang sedang dirasakan, marah, rindu, bercampur aduk.
"Kamu masih marah sayang?," Tanya Kevin, aku hanya diam mematung,
" keberangkatan aku ke Inggris dimajukan 2 Minggu lagi, aku ingin memperbaiki kesalahan ku, apa kamu mau menemani ku? Apakah kamu mau menjadi istriku?," Kevin memeluk ku dr belakang.
Deg...
Dia melamar ku...
Aku melepaskan diri dari pelukan Kevin, "harusnya ini menjadi moment spesial, harusnya aku bahagia mendengarnya, tapi kamu sudah menghancurkan semuanya, sudah cukup Vin, kita sudah berada di Jalan yang berbeda".
lagi lagi air mata tak kuasa dibendung, baru sadar ternyata aku sangat cengeng, menatap matanya, mungkin untuk yang terakhir kalinya, sebuah penyesalan yang ku lihat di raut mukanya, aku tahu dia berusaha memperbaiki, tapi juga butuh waktu menyembuhkan luka.
Aku meninggalkan Kevin yang masih terdiam di teras, tidak lama kemudian terdengar suara motor meninggalkan rumah, tenang rasanya Kevin tidak membuat kegaduhan di Rumah Dini, ku lihat dari balik Tirai Kevin sudah tidak ada, aku tertunduk lemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Ririe Handay
enak banget yah Kevin ngomongnya
2022-11-21
0