"Nak Juan.. Bibi titip rumah Anna yah" Ucap Tuti.
"Iya bi" Angguk Juan tersenyum.
"Kamu baik-baik disini yah nak".
"Iya bi".
"Kak Juan.. Kalau nanti kakak sudah menikah dengan kak Santi, maaf ya Anna enggak bisa datang ke pernikahan kakak".
"Iya Anna.. Tapi kalau kamu ada waktu kamu tetap harus datang".
"Iya kak" Angguk Anna.
"Kalau gitu kami pergi dulu ya nak".
"Iya bi, hati-hati dijalan".
"Dah.. kaka Juan" Lambai Anna.
"Dah.. Anna" Balas Juan. "Semoga kamu baik-baik saja Anna dimana pun kamu berada" Doa Juan dalam hati.
.
Begitu Tuti dan Anna sampai di kota, "Wah.. Jadi ini kota jakarta bi?" Kagum Anna melihat kota besar itu.
"Iya Anna, kamu suka tinggal disini?".
"Anna suka bi" Senang Anna.
"Ayok".
"Iya bi".
Tuti dan Anna segera menaiki salah satu bus yang menuju tempat majikannya, "Ternyata di kota naik bus" Batin Anna.
"Duduk Na".
"Iya bi" Anna duduk di kursi.
Selama 25 menit perjalan, Tuti dan Anna langsung turun dari dalam bus.
"Rumah ya mana bi?".
"Ada didalam kompleks ini Na, ayok" Genggam Tuti ditangannya Anna. "Permisi pak" Senyum Tuti kepada security kompleks itu.
"Iya" Kemudian mereka memeriksa Tuti dan Anna dan juga barang bawaan mereka. "Silahkan masuk".
"Terima kasih pak".
"Mmmmmm".
"Hhhmmm.. Ribet juga yah mau masuk saja" Gumam Anna tersenyum kepada sang security.
"Seperti inilah Anna rumah-rumah disini" Beritahu Tuti.
"Wah.. Ini benar-benar rumah bi?" Kejut Anna melihat mension-mension mewah itu.
"Iya Anna".
"Baru kali ini Anna melihat rumah seperti istana bi".
"Ini belum seberapa Anna dibandingkan dengan milik majikan bibi".
"Seperti apa bi besarnya lagi?" Penasaran Anna.
"Kamu lihat saja nanti".
"Enak ya bi jadi orang kaya".
"Enak Anna, tapi kita orang biasa ini bisa apa" Senyum Tuti.
Sesampainya mereka di depan mension keluarga Martinz, "Ini Anna".
"OMG.. Ini benar-benar istana bi" Takjub Anna geleng-geleng kepala.
"Ayok masuk".
"Anna takut bi" Tahan Anna.
"Takut kenapa Anna?" Heran Tuti melihat Anna
"Anna takut sama yang punya rumah bi".
Tuti langsung tertawa kecil, "Na.. Yang punya rumah baik, kamu enggak usah takut, ayok masuk".
Dengan langkah berat Anna mengikuti Tuti dari belakang, "Semoga saja tidak terjadi apa-apa" Doa Anna.
Tingnong..
"Siapa?" Tanya si petugas keamanan.
"Saya pak.. Tuti" Jawab Tuti.
Si petugas keamanan segera membukakan pintu gerbang, "Baru pulang bi?" Tanya mereka.
"Iya pak" Senyum Tuti.
"Dia siapa?" Tanya mereka melihat Anna.
"Oohh dia ini keponakan saya pak, namanya Anna" Jawab Tuti memperkenalkan Anna.
"Oohh.. Keponakan bi Tuti cantik juga ya" Puji mereka.
"Terima kasih pak" Tunduk Anna tersenyum.
"Kalau gitu kami permisi dulu ya pak".
"Iya bi" Angguk mereka.
"Mereka baik-baik juga ya bi" Senang Anna.
"Iya, mereka semua baik-baik".
Tuti dan Anna langsung masuk melalui pintu belakang.
Ceklek..
"Bi Tuti" Kejut para pelayan yang ada dimension itu.
"Apa kabar kalian semua?" Senyum Tuti.
"Ternyata pelayan-pelayan disini masih muda-muda juga yah" Gumam Anna.
"Baik bi..Tapi" Gantung mereka.
"Tapi apa?"..
"Tuan muda Devano mengalami kecelakaan kemarin bi, dan sekarang tuan muda berada didalam kamar ya".
"Dan kami tidak ada yang berani melayani tuan muda bi".
"Terus.. dia siapa bi?" Tanya mereka melihat Anna.
"Dia Anna.. Keponakan bibi yang dari kampung".
"Keponakan bibi?".
"Iya".
"Oohhhh" Angguk mereka melihat Anna.
Dengan senyum manis Anna menyapa mereka, "Hay".
"Tolong bantuin kita dong bi" Ucap mereka tampa membalas sapaan Anna.
"Tidak apa-apa Anna" Senyum Anna dalam hati.
"Iya bi.. Salah satu diantara kita ditugaskan untuk merawat tuan muda".
"Bibi bisa apa kalau nyonya yang langsung memerintah kalian".
"Yah bi" Lesu mereka.
"Nyonya dimana?".
"Ada bi, diruang tamu dengan tuan besar".
"Saya kesana sebentar".
"Iya bi".
"Terus Anna bi?" Tanya Anna tak mau tinggal.
"Kamu ikut bibi, tasnya taruh disana sebentar".
"Iya bi" Anna menaruh tasnya, kemudian mengikuti Tuti dari belakang. Hingga kini mereka telah berada diruang keluarga, "Waahh.. Rumahnya sangat cantik sekali" Kagum Anna tampa menyadari tatapan David, Anisa dan Tuti.
"Anna.. Anna" Panggil Tuti.
Anna pun yang belum menyadari. "Permisi Nyonya" Tuti langsung menghampiri Anna. "Anna" Panggil Tuti.
"Eekkhhh.. Bibi" Kejut Anna.
"Apa yang sedang kamu lakukan Anna" Bisik Tuti.
"Maksud bibi?".
"Nyonya dan Tuan sedang melihat kamu Anna".
"Astaga.. Mati aku" Tunduk Anna dihadapan David dan Anisa.
"Ayok mendekat" Tarik Tuti mendekati sofa.
"Siapa dia bi?" Tanya Anisa.
"Ini nyonya keponakan saya, namanya Anna".
"Dari kampung?".
"Iya nyonya" Kemudian Tuti melihat Anna.
Anna pun yang mengerti, "Hallo nyonya, namanya saya Anna Anetha" Sapa Anna dengan sopan.
"Anna?".
"Iya nyonya"
"Hhhhmmmm" Dengus Anisa melihat Anna dari atas sampai bawah. "Kamu terlihat masih sangat muda sekali?".
"Iya Nyonya.. Saya baru lulus SMA" Senyum Anna.
"Anna.. Jangan tersenyum seperti itu" Tegur Tuti.
"Tidak apa-apa bi" Ucap Anisa. "Apa kamu mau bekerja disini?".
"Iya nyonya.. Saya mau bekerja disini".
"Tapi pekerjaan ini tidak mudah".
"Pekerjaan apapun itu saya siap mengerjakannya nyonya".
"Baiklah.. Saya suka semangat kamu, dan saya harap kamu tidak menyesalinya".
"Iya nyonya".
Kemudian Anisa bangkit berdiri dari atas sofa, "Ayok ikut saya".
"Astaga.. Apakah nyonya akan mempekerjakan Anna untuk mengurus tuan muda?" Batin Tuti khawatir.
"Baik nyonya" Angguk Anna.
Anisa dan Anna langsung menaiki anak tangga menuju kamarnya Devano yang sedang terbaring diatas tempat tidurnya.
Tok.. Tok..
"Vano.. Ini Mama sayang".
"Ada apa Mah?".
"Mama bisa masuk sebentar?".
"Iya Mah".
Ceklek..
"Hhhhhmmmm" Lihat Devano.
"Kamu lagi apa sayang?" Hampiri Anisa.
"Tidak ngapa-ngapain Mah" Jawab Devano. Kemudian Devano melihat ke ambang pintu, "Dia siapa Mah?".
"Aakkhh.. Dia pelayan baru kamu sayang".
"Pelayan?".
"Iya.. Yang akan mengurus kamu".
"Vano tidak butuh Mah".
"Vano.. Kamu butuh seseorang untuk membantu kamu".
"Mah.. Vano tidak butuh dia".
"Ayolah sayang.." Bujuk Anisa. "Kamu kemarilah" Panggil Anisa.
"Iya nyonya" Dengan perasaan takut Anna memasuki kamarnya Devano.
"Ini anak saya, namanya Devano" Beritahu Anisa.
"Hallo tuan Devano" Tunduk Anna.
"Hohooo.. Berani sekali kamu menyebut nama saya" Tegur Devano tak suka.
"Ma-maafkan saya tuan" Mulai takut Anna.
"Tidak apa-apa Anna, anak saya ini sebenarnya baik".
"I-iya nyonya".
"Mulai sekarang.. Kamu yang akan mengurus anak saya, kamu mengerti".
"Saya mengerti nyonya".
"Bagus.. Kalau gitu saya tinggal dulu, dan kamu bisa bertanya kepada anak saya langsung".
"Iya nyonya".
"Mama keluar dulu ya sayang, kamu jangan terlalu kasar dengannya".
"Mmmmmm" Gumam Devano.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments