...🍃Soundtrack #Hello future-Nct dream 🍃...
...🌾🌾Kamu lihatkan,ada saatnya aku menunjukkan bahwa aku bukanlah orang yang semudah itu untuk ditindas🌾🌾...
Feli buru-buru membenarkan posisi pakaian nya yg hampir saja berantakan karena ulah preman itu. Setelah itu ia bangkit dan membungkuk menghormati Angkasa yang sejak tadi berdiri sembari bersedekap dada seolah ia merasa ia bak pahlawan.
"Lihatlah, kamu pasti terpukau kan karena aku tiba-tiba muncul bagaikan pahlawan yang menyelamatkan mu. " Angkasa benar-benar puas telah membuktikan bahwa ia sudah memiliki kekuasaan saat ini.
"Terima kasih pak, Terima kasih banyak. " Feli membungkuk lagi dan lagi.
Angkasa sedikit menekuk raut wajahnya karena respon Feli yang menunjukkan bahwa ia benar-benar tidak mengingat siapa Angkasa sebenarnya. Awalnya Angkasa mengira Feli bersikap seperti tak mengenalnya hanya karena mereka berada di kantor. Tapi setelah melihat reaksi Feli tadi, ia sadar bahwa Feli benar-benar tidak tau kalau Angkasa adalah pria yang ia bully saat SMA dulu.
"Kenapa mereka bisa mengeroyok mu seperti itu? "
"Aa,, itu pak, maaf saya tidak bisa memberitahu bapak. Untuk uang bapak akan saya ganti secepatnya. Terima kasih banyak pak saya sungguh bersyukur dengan kebaikan yang bapak berikan. " Feli lagi-lagi menunduk dengan penuh hormat.
"Siall, kenapa aku masih saja merasa kesal saat tau ia sama sekali tak mengingat ku. Sedetikpun aku tak pernah melupakan nya. Mengingat semua perlakuan nya dulu. " Batin Angkasa merasa kesal.
"Kamu benar-benar tidak tau siapa saya? " Tanya Angkasa sedikit mencoba memancing ingatan Feli.
"Bagaimana mungkin saya tidak tau kalau pak Angkasa adalah pria sukses yang kini menjadi pemimpin perusahaan tempat saya bekerja pak. " Feli sedikit tersenyum.
Angkasa mengepalkan tangannya karena kesal.
"Sudahlah, saya permisi adik saya pasti sedang menunggu. "
"Ta,, tapi pak, kita belum membicarakan perihal uang bap,, "
"Saya sibuk." Angkasa berlalu dengan wajah masam dan penuh kekesalan.
"Sial,, sial,, dia benar-benar lupa. Sialan. " Angkasa berjalan dengan penuh kekesalan.
"Loh, mas dari mana aja? Aku nungguin dari tadi disini. " Vania yang sudah duduk menunggu Angkasa sejak tadi diatas kursi.
Angkasa buru-buru merubah air mukanya dengan senyuman. Ia hampir lupa kalau ia kesana dengan adiknya.
"Tadi mas ada urusan sayang. Gimana? Udah mainnya? "
Anggukan diberikan oleh vania kearah Angkasa "Aku udah capek mas. Kita pulang yak mau istirahat soalnya. "
Angkasa mengangguk lalu menarik tangan adiknya dengan lembut menuju mobil.
Mobil melaju dengan perlahan dan mata Angkasa menangkap sosok Feli yang sedang sibuk menjual balon didekat taman.
Angkasa sengaja melambatkan jalan mobilnya sembari terus melihat feli yang tersenyum sembari memberikan beberapa balon kearah anak kecil.
"Kenapa ia masih bisa tersenyum setelah kejadian tadi? " Gumam Angkasa pelan.
"Hah? Siapa yang senyum mas? " Vania yang mendengar samar merasa bingung dengan ucapan Angkasa.
"Ah gak kok sayang, kamu tidur aja gak papa nanti mas bangunin kalo dah sampai. Kamu keliatan lelah banget tuh. "
"Maacihh mas. " Senyum vania buru-buru menutup matanya karena ia benar-benar merasa ngantuk.
Feli melihat jam sudah menunjukkan pukul 18.35pm, ia berjalan pelan menuju rumahnya dengan beberapa balon yang masih belum terjual habis.
Ia tersenyum miris melihat tangannya yang menggenggam erat balon yang tersisa itu. Matanya memerah terasa perih saat ia tahan air matanya untuk tidak keluar.
Ingatan saat ia masih utuh bersama dengan keluarga nya membuat ia merasa semakin tersiksa. Bayangan kakaknya yang selalu berusaha membuat ia bahagia dengan hal-hal kecil, seperti memberikan ia balon dulu.
Buru-buru Feli melihat keatas mencegah air matanya untuk tidak meluncur jatuh. Memukul dadanya pelan namun kian keras karena sesak disana semakin menjadi-jadi.
Kakinya perlahan masuk saat ia membuka pintu rumah. Rasa sepi kian menjalar disana. Bayangan saat ia bersama dengan keluarga besarnya disana membuat ia sempat sakit hati.
"Hiks,,, aku kesepian mah,, hiks,,, aku lelah." Tiba-tiba saja kakinya tak sanggup lagi untuk berjalan.
Ia terduduk di depan pintu dengan kaki yang lemas tak berdaya. Ia sungguh merasa sangat kesepian dengan hidupnya yang kini hanya sebatang kara itu.
"Apa kalian bahagia disana? Aku sungguh tidak bahagia disini. Aku lelah bersikap seolah aku itu kuat. Aku rapuh dan tak berdaya hiks,, "
"Aku lelah dipandang dengan tatapan hina itu. Aku ingin menyusul kalian tapi hiks,, kalau aku ikut siapa yang akan mewakilkan keluarga kita untuk melihat dunia ini? Hiks,,, "
Feli berjalan kearah meja dimana disana terpajang foto keluarganya.
Ia melihat kearah wajah sang mamah yang sedang tersenyum itu.
"Hiks,, sudah lama aku tak melihat langsung senyuman ini. Aku kangen sama kalian hiks,, "
Feli meletakkan kembali foto itu lalu buru-buru ia hapus air matanya dan mencoba memaksakan sudut bibir nya agar tersenyum.
"Enggak enggak, kamu gak boleh seperti ini. Kamu gak boleh nangis lagi, liat keluarga mu yang kini tak bisa berbuat apa-apa lagi. Buktikan kamu bisa menjadi perwakilan mereka untuk melanjutkan hidup ini. " Feli mencoba menguatkan hati dan tekadnya untuk tetap bertahan ditengah kejamnya dunia untuk gadis sebatang kara seperti dirinya itu.
Feli kemudian teringat dengan kejadian tadi sore. Urusannya dengan para preman itu akhirnya selesai. Namun, sekarang ia malah dipusingkan dengan urusan uang dengan bosnya itu.
"Kenapa dia sebaik itu mau membantuku yah? Padahal kami hanya dua orang asing. " Bingung feli karena Angkasa yang tiba-tiba berkenan hati membantunya tadi.
"Bagaimana caraku membayar nya kepada pak Angkasa. Sedangkan gajiku saja tak akan cukup aku kumpulkan seumur hidupku. Tapi tanpa pertolongan pak Angkasa tadi mungkin aku sudah diganggu habis-habisan oleh para preman itu. "
Feli semakin beradu dengan isi pikiran nya Karena memikirkan bagaimana ia harus membayar kebaikan dan uang Angkasa padanya.
Sedangkan Angkasa kini sudah pusing karena ulah mamahnya yang mengutak-atik kamarnya.
"Duh mah, kenapa sprei langit jadi warna gini sih? Langit itu laki-laki mah. Aneh banget ih. " Kesal langit saat mamahnya dengan watados (wajah tanpa dosa) menukar sprei abu-abu nya dengan warna pink bergambar hello kitty.
"Sprei mu tadi Kotor soalnya boggie naik terus muntah diatasnya, sementara doang sayang apa salahnya sih? Gak akan buat warna kulit kamu jadi pink kok. "
"Enak banget yah mamah ngomong nya. Mata langit risih liatnya. Kan masih banyak warna lain dilemari kenapa harus ini sih mah? Biar langit aja yang ganti. " Angkasa hendak keluar mengambil sprei ganti.
"Kamu kenapa sih sayang? Kamu gak kasihan sama bik Atun yang udah capek pasangin sprei nya? Terus kamu juga gak kasian sama dia karena kamu nambah-nambahin cucian. Jahat banget sih kamu. "
Angkasa langsung menghentikan langkah nya dengan kesal ia kembali memasuki kamar.
"Langit mau istirahat mah. " Angkasa memilih mengalah saja. Lagian apa salahnya dengan warna pink? Berdamai lebih indah.
"Yaudah istirahat saja sayang, mamah Tutup pintunya yah. Goodnight my love. "
Angkasa mengangguk lalu mencoba memejamkan mata meski saat ini ia sedang overthinking dengan banyak hal baik itu tujuan maupun rencana selanjutnya yang akan ia luncurkan.
"Haaahh, i want to sleep. " Angkasa langsung terlelap karena tak tahan menahan kantuknya.
...🌾Berlanjut 🌾...
Waduhh, maaf yah baru bisa update. Masalah kuliah gak beres-beres dan mood yang gak jelas membuat ku sangat sulit untuk menulis bahkan satu katapun.
See you next part 🙃
Pai pai say❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Defi
ya salam, ini orang memang haus pujian.. minum2 dulu gih sana Angkasa 😜😄
2023-06-02
0
Sulaiman Efendy
SIAPA YG MMBUNUH KLUARGA FELI, APAKH MUSUH SAINGAN BISNIS KLUARGANYA, ATAU ORG DALAM, ATAU KLUARGA SENDIRI YG INGIN KUASAI HARTA ORTU FELI, TUMBEN PMBUNUH NYA TDK MMBUNUH FELI...
2023-03-09
0
Putri Widiya
semangat ya thorr,,
2021-07-06
1