...🍃Soundtrack #Don't fight the feeling-EXO🍃(Akhirnya suamiku kambek juga 😍😍)...
...🌾🌾Banyak hal yang harus dirubah dalam diri kita. Termasuk cara kita memandang orang lain, coba tanya hati apakah kita sudah lebih baik dari orang lain?🌾🌾...
Sinar mentari menyelinap memasuki sela-sela tirai berwarna cream itu. Membuat manik indah dan terawat itu sedikit bergerak gusar.
"Hoammm." Sang empu pemilik netra itu kini terbangun karena bilasan cahaya itu.
Angkasa sengaja bangun terlambat hari ini. Karena sedang libur kerja alias hari minggu.
"Mas, sudah bangun belum? " Tanya seorang dari luar dan tentu itu adalah Vania gadis kecil kesayangan Angkasa itu.
"Sudah sayang, masuk saja. "
Pintu terbuka dan memperlihatkan Vania yang tersenyum dan berjalan masuk.
"Loh,mau kemana sayang? Rapi bener dah. "
Pipi chubby itu langsung cemberut dan Vania membuang muka kesal.
"Jahat."
"Loh, siapa yang jahatin dedek cantik ku ini? " Goda Angkasa.
"Ishhh pura-pura gak tau yah mas? Aku beneran ngambek nih yah kalau mas masih Pura-pura gak tau. "
"Iya iya sayang mas gak pura-pura gak tau lagi deh. Tapi kok kamu dandan nya cepet banget? Masih pagi loh padahal. "
Seketika Vania menunjukkan jam dinding yang sedang berputar dan sudah menunjukkan angka 10 disana.
"Alamakkk, jam 10? Seriously? Perasaan masih pagi kok. Fiks nih jamnya lagi error sayang. " Angkasa yang tak percaya dengan kenyataan itu.
Vania menggeleng heran "Mas kebo banget sih, pantesan jomblo dari dulu. Mana ada yg mau sama orang kebo kayak mas. " Vania kalo ngomong suka ngejatuhin mental aWok awok.
"Wahh sekate-kate kamu nih sama mas. Yang ngantri buanyak Banget malah. Cuma mas nolak aja kerjanya. "
"Iyadeh mas Iya. Pokoknya mandi sana aku tunggu 30 menit gak boleh lebih. Kalo lebih jangan lagi ngomong sama aku sampai hidung mas ditutup pake kapas. " Vania langsung berlalu menutup pintu.
Sedangkan Angkasa sedikit cengo, memikirkan kenapa hidungnya harus ditiup pake kapas?.
"Astagfirullah punya adek gini banget, doain gua mati kali yah? "
Angkasa menuruni tangga dengan gaya kerennya sembari melayangkan kiss bye kearah mamahnya yang sedang melihat-lihat vas bunga kesayangannya itu.
"Mau kemana nih siganteng mamah? "
"Nemenin aku main mah. " Vania langsung nimbrung duluan sebelum Angkasa berbicara.
"Gak ngajak mamah nih? Gak asik banget kalian. "
"Yaudah mamah ngikut aja ya gak mas? "
"Iya mah. Kuylah kalo mau ikut. "
"Mager nih, kalian aja deh nanti pulang bawa oleh-oleh yah sayang. "
"Yaudah kita berangkat yah mah, see you my lovely. " Vania dadah dadah lalu masuk kedalam mobil Angkasa.
"Main kemana nih kang ngambek? " Tanya Angkasa sembari fokus nyetir.
"Taman hiburan mau gak mas? Aku pengen naik wahana disana. "
"Yaudah Iya, tapi jangan ajak mas naik yah, " Ucap Angkasa antisipasi terlebih dahulu.
"Penakut."
"Ishh kamu ngeledekin mas yah? Kamu kan tau sendiri mas fobia ketinggian. "
"Ganteng doang, gak berani ditempat yang tinggi. "Ledek Vania dengan suara dibuat-buat sedikit lucu.
"Gak jadi pergi, entar nangess. " Ledek balik Angkasa hingga Vania memilih diam.
"Wahhh aku mau naik itu mas, kayaknya seru tuh. " Tunjuk Vania kearah salah satu wahana.
Mata Angkasa langsung terbelalak melihat wahana yang ditunjuk oleh adik nya itu. Bagaimana ia tidak kaget saat adiknya yang masih berumur belasan tahun itu ingin naik Volcano coaster yang tingginya hampir 32 meter dan belum lagi dirancang dengan model yang memusingkan karena banyak sekali belokan belokan yang harus dilewati.
"Gak, gak, mas gak ngijinin kalo kamu naik itu. Bisa-bisa mati mas liat kamu diketinggian 32 meter. " Angkasa sudah riweh sendiri saking paniknya.
"Ihh gimana sih mas nih? Katanya mau nurutin mau aku. Minta itu doang banyak banget alesannya. "
"Kamu baik kuda-kuda itu aja deh, lebih imut buat gadis secantik kamu. " Rayu Angkasa.
"Ogah ah. Kalau mas gak mau yaudah aku pulang sendiri aja, jalan kaki terus ilang dan mas akan merasa bersalah sampai hidung mas ditutup kapas. "
Angkasa lagi-lagi menggeleng dengan hidup adiknya yang begitu dramatis itu.
"Ya ampun nih anak gw tinggalin beberapa tahun kenapa jadi mendrama gini? " Batin Angkasa.
"Bukannya mas gak mau nurutin sayang, tapi kamu tau kan mas tuh cuma khwatir. "
"Kan yang naik aku mas bukan kamu, ihh cemen Banget sih jadi laki. Pokoknya aku mau naik itu titik. "
Setelah perdebatan yang sedikit panjang akhirnya Vania berhasil mengalahkan argumen abangnya itu. Dan asal kalian tau sejak Vania naik wahana itu Angkasa tak henti-hentinya menundukkan kepala tak berani melihat keatas dan memanjatkan banyak sekali doa untuk keselamatan Vania adiknya itu.
Sekitar Angkasa sampai heran melihat apakah laki-laki itu baik-baik saja. Pasalnya ia sampai berkeringat banyak sekali.
"Mas, mas kenapa? " Vania menyentuh bahu Angkasa setelah selesai dengan wahana nya itu.
Greb.
Angkasa memeluk Vania erat sekali dengan hembusan nafas yang sangat melegakan untuk nya.
"Mas kenapa sih? Alay banget ih."
"Mas khwatir Banget tadi. Kamu sih suka aneh dan bikin orang kepalang. "
"Uutututu,, maacih sayang. Alay banget sih mas. Aku baik-baik aja kok. "
"Yaudah abis ini mau apa? Mau kemana? "
"Aku mau main pistol-pistolan itu mas. "
"Kamu nih cewe bukan sih? Aneh Banget permintaannya. "
"Mas nih cowok bukan sih? Rempong Banget jadi orang. Jangan suka ngusik hobby orang yah mas. Soalnya setiap orang itu beda-beda jalannya buat bahagia. "
"Ya ya ya ya, terserah tuan putri aja deh. " Angkasa hanya bisa mengalah saat berhadapan dengan adiknya itu.
Angkasa hanya diam saja memperhatikan adiknya yang sangat lihai dalam menggunakan pistol mainan itu. Sambil sesekali merekam moment itu.
"Sudah besar yah dia," Ucap Angkasa dengan senyuman tulusnya.
Namun, matanya tiba-tiba menangkap sosok familiar dari arah depan.
Terlihat dari jauh bahwa gadis yang saat ini ditarik paksa oleh beberapa laki-laki bertubuh gagah itu adalah Feli, gadis yang ia kenali sejak dahulu.
"Kamu lanjut main yah sayang, mas kesana sebentar. "
Setelah mendapat jawaban dari Vania Angkasa langsung menyusul mereka. Dan ia tepat berhenti disebuah tempat sepi disana mereka sudah bersama dengan Feli.
Angkasa memilih untuk menonton terlebih dahulu. Mencari tau ada masalah apa gadis itu dengan mereka?.
"Kamu seperti nya menganggap kami lelucon yah? Masih ingin hidup kan? " Tanya seorang laki-laki berwajah seram itu dan sedikit menarik rambut feli hingga Angkasa sendiri sedikit ngilu melihat itu.
"Bukan begitu mas, saya pasti akan secepatnya melunasi nya. Tapi saat ini saya benar-benar belum memiliki apapun untuk diberikan pada kalian. " Jawab Feli masih mencoba tenang meskipun tangannya sudah gemetaran.
"Banyak hal yang bisa kamu berikan, termasuk menjual dirimu dan mendapatkan uang. Tidak usah sok munafik dan sok suci kamu. Pembunuh sepertimu tidak berhak menjaga harga diri. "
Kata-kata itu sungguh sudah sangat keterlaluan bagi Feli tapi ia mencoba untuk tetap tenang.
"Saya janji akan secepatnya melunasi utang saya mas. Tolong lepaskan saya. Saya mohon. "
"Sudah cukup kami memberikan kamu waktu, lebih baik kamu diberi pelajaran saja agar faham dengan cepat bagaimana caranya mendapatkan uang. "
Feli sedikit gemetaran saat melihat gerak-gerik mencurigakan dari mereka.
"Saya mohon jangan macam-macam dengan saya. " Feli mencoba untuk bangkit.
"Tidak Macam-macam kok, hanya satu macam. "
Feli merasakan kalau bajunya hampir dibuka paksa oleh mereka.
"Wahhh, ada apa nih? Masih siang loh padahal. " Tiba-tiba Angkasa datang dengan santai tidak lupa dengan kacamata hitam yang sengaja ia pakai agar terlihat keceh badai.
Seluruh mata memandang kearahnya termasuk Feli yang kaget kenapa ada bossnya disana kini?.
"Pak Angkasa. " Seru Feli pelan.
"Siapa lu hah? Jangan suka ikut campur. Kami malas berhadapan dengan orang-orang seperti mu. "
"Malas apa takut bang? Badan doang yg gede lawannya malah perempuan. " Ledek Angkasa.
"Sialan, gua patahin jakun lu baru tau rasa lu. " Seru seorang dengan kesal karena penghinaan Angkasa itu.
"Serang."
"Eitss jangan mendekat, saya sudah minum sudah mandi."
"Gak waras. "
"Canda-canda. Jangan coba sentuh saya. Bagaimana jika ada virus ditubuh kalian dan saya bisa terkontaminasi nantinya. "
"Bacot banget sih. " Seru yang lain kesal.
"Jadi, kalau mau nyerang saya jangan lupa pakai masker dan hand sanitizer yah. " Senyum Angkasa dengan kalem.
"Sialan, main-main lu sama kita? " Seru seseorang dan langsung menyerang Angkasa dan dengan cepat Angkasa menghindar.
"Cara saya nyelesain masalah berbeda dengan kalian. Saya sangat tidak suka kekerasan jadi sebut saja berapa utang gadis itu hingga kalian sebanci itu Mengeroyok nya seperti itu. "
"Alahh gaya lu kayak mau bayarin aja. Kalau cuma iseng doang mending cabut aja sono. Keliatan banget dari wajahnya kalau anda itu kang Ghosting. "
"Fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan yah bang. Jangan asal nuduh. Sebut saja berapa jumlahnya. "
"12jt."
"Nih ambil, " Ucap Angkasa dengan cepat menyodorkan sebuah card.
"Alah pasti isinya kosong kan, gaya doang. "
"Pin nya 001991,isinya lebih dari permintaan kalian. Boleh ambil semuanya dengan satu syarat jangan lagi ganggu perempuan itu. "
"Serius gak sih? Jangan main-main yah sama kita. "
"Apakah wajah saya terlihat sedang bercanda sekarang? "
"Cabut aja kita, awas aja kalau tipu-tipu, kita gak akan tinggal diam. "
"Silahkan." Angkasa dengan wajah stay coolnya.
Mereka pergi dengan cepat meninggalkan Angkasa dan Feli.
...🎋🎋Bersambung 🎋🎋...
Jyeyyy akhirnya part 4 selesai juga😭😭susah banget ngumpulin niat buat nulis lagi🙃kasih semangat nya dong 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Defi
Mendingan tuh kartu kamu kasih ke Feli biar Feli yg bayar sendiri.. kan mubazir lebihan dari utang Feli dipakai sama kang preman bin kang palak
2023-06-02
0
Defi
jenazah kan hidungnya ditutupin kapas Angkasa 🤦♀️
2023-06-02
0
Sulaiman Efendy
PARTNYA TRAGEDI, KIRAIIN APA, TRNYATA CMA FELI DITAGIHIN UTANG....
2023-03-09
0