BAB 2

Jazira masih berlari sambil menatap kebelakang. Dia masih belum menyadari bahwa dirinya semakin mendekat kepada dua orang yang tadi mengejarnya.

Hingga ketika dia menolehkan kepalanya kembali ke depan, betapa terkejutnya dia karena melihat dua orang berkepala plontos tadi telah berdiri di depannya.

Terlambat, Jazira sudah dibawa oleh kedua orang tadi. Jazira berusaha berteriak untuk meminta bantuan. Namun, hal tersebut gagal karena satu orang lagi membekap mulut Jazira dengan sapu tangan yang Jazira yakin telah diberi obat bius.

Perlahan namun pasti, pengelihatan Jazira mulai memburam. Pengelihatan gadis itu semakin memburan hingga akhirnya, sebuah kilatan putih menyapa pengelihatannya dan seketika semua menjadi gelap. Dalam pingsannya, Jazira masih mengeluarkan air matanya.

Dua orang tersebut membawa Jazira kembali ke mobil jeep berwarna hitam yang terparkir di depan apartemen. Dengan cepat, lima laki-laki yang telah membunuh keluarga Jazira itu membawa gadis yang tengah tak sadarkan diri pergi dari lingkungan apartemen tersebut.

Tak lama setelah kepergian mereka, seseorang yang tadi membuat Jazira berlari pun menghubungi bawahannya karena melihat tragedi penculikan itu. Bukan dirinya bod*h, dia tahu siapa komplotan yang menculik gadis yang dia temui tadi.

"Segera ikuti mobil jeep yang keluar dari apartemen X! Aku akan segera menyusul setelah kau menemukan mereka," titah lelaki berpakaian formal yang tengah menancap pedal gas mobilnya, lalu menutup panggilannya.

...***...

Perlahan, Jazira mulai mengerjapkan matanya beberapa kali. Pada awalnya semua terlihat kabur dan Jazira tak dapat melihat dengan jelas lingkungan sekitarnya. Mata Jazira tiba-tiba terbuka lebar ketika mendengar suara tawa yang menggema di ruangan gelap tersebut.

Jazira mencoba untuk berteriak namun tak bisa karena ada sapu tangan yang menyumpal mulutnya. Jazira hanya bisa menangis dan mencoba menggerakkan tangan serta kakinya. Namun, nihil dia tak dapat bergerak sama sekali selain berteriak dan tangis yang semakin deras.

"Lihatlah, anak dari pria brengs*k itu sudah bangun! Cepat siapkan semua peralatannya!" tegas seorang lelaki yang sudah berumur itu sambil berjalan mendekati Jazira. Jazira masih menangis dan berteriak tidak jelas karena sapu tangan di mulutnya.

Jazira terbelalak ketika melihat puluhan pisau yang terlihat sangat tajam itu berjejer rapi di sebuah papan berdiri. Dia juga menelan salivanya dengan susah payah ketika melihat pria itu mengelus dan memeluk pistol berwarna hitam yang membuat Jazira begitu ketakutan.

Jazira pun mencoba untuk memohon kepada lelaki itu walaupun dia yakin jika orang tersebut tak mengerti maksud dari ucapannya.

"Apakah kau ingin mengatakan sesuatu sebelum menyusul Ayahmu, hah?!" bentak lelaki tersebut yang membuat Jazira terperanjat. Namun, detik berikutnya Jazira pun menganggukkan kepalanya antusias.

Laki-laki itu pun memajukan tangannya dan langsung menarik sapu tangan tersebut dari mulut Jazira dengan kasar. Jazira sedikit meringis ketika tarikan kasar lelaki itu menyakiti sebagian mulutnya.

"Paman jangan bunuh Zizi! Zizi tidak bersalah sama sekali!" mohon Jazira sambil menangis dengan suara yang parau ketika mulutnya telah terbuka. Jazira menggelengkan kepalanya berharap agar lelaki itu tak membunuhnya.

"Apakah kau tak tahu? Bahwa Ayahmu telah merebut istri dan anakku?! Aku sudah cukup bersabar untuk itu, tapi dia semakin melunjak dengan mejadikan anakku sebagai ancaman!" ujar laki-laki berpakaian formal itu dengan nada emosinya.

Jazira menangkap raut kekecewaan dari lelaki tersebut, terlihat dari air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya dan mungkin saja akan terjun bebas membasahi pipinya yang mulai dihinggapi oleh kerutan alami di wajah tegasnya.

"Zizi tahu akan hal itu! Zizi pun setuju dengan penyalahan Paman tentang Ayah. Paman mungkin berpikir jika istri dan anak Paman memiliki sifat yang baik, tapi itu semua salah! Istri serta anak Paman, bagaikan wanita jelmaan iblis!" jawab Jazira dengan teriakan seraknya yang membuat sang lelaki dengan pistol di tangannya itu sedikit terkejut.

"Paman tak tahu bukan? Semenjak kehadiran istri serta anak Paman di rumah Zizi, mulai saat itulah hidup Zizi menderita! Paman tahu? Zizi hanya makan sehari sekali, itu pun dengan nasi sisa makan mereka!" sambung Jazira masih dengan tangisnya kala mengingat keadaannya beberapa bulan yang lalu.

"Mereka tak membiarkan Zizi untuk istirahat walau hanya sebentar. Mereka akan memukul Zizi dengan rotan jika Zizi tak menuruti kemauan mereka! Paman bisa lihat bekas pukulan-pukulan mereka di kaki dan tangan Zizi!" jelas Jazira sambil menundukkan kepalanya.

"Apakah Paman berpikir, bagaimana kehidupan Zizi? Apakah Paman pikir, Zizi hidup enak dan bisa berdamai dengan anak Paman? Tidak, Paman! Bahkan mereka memperlakukan ku seperti layaknya binatang!" bentak Jazira sambil menegakkan kepalanya.

"Ketika mereka kekurangan uang, sempat mereka ingin menjual Zizi ke teman bisnis Ayah. Bagaimana perasaan Paman jika Paman berada diposisi Zizi?" tanya Jazira sambil menatap tajam mata laki-laki tersebut.

"Paman lihat, darah yang mengering di hidung Zizi ini atas perbuatan siapa? Ini adalah ulah anak Paman! Dia marah dengan Zizi karena Zizi salah mengerjakan tugas kuliahnya. Dia memukul muka Zizi dengan papan," imbuh Jazira lalu kembali menangis.

"Hal itu pantas kau dapatkan, karena kau sangat bodoh! Hanya mengerjakan soal mudah saja kau tak mampu!" bentak lelaki itu sambil menunjuk Jazira dengan jari telunjuknya.

"Dan semenjak kedatangan istri serta anak Paman kerumah Ayah, sejak saat itulah Zizi telah kehilangan sosok Ayah. Ayah yang dulu selalu menyayangi Zizi kecilnya dan selalu memanjakannya, seketika hilang, entah kemana," imbuh Jazira lagi dengan nada lirihnya.

"Paman tak pernah merasakan berada di posisi Zizi bukan?! Apakah Zizi masih bersalah dalam hal ini, hah?! Jika Paman masih menganggap Zizi bersalah, cepat katakan apa salah Zizi!" teriak Jazira dengan meninggikan nada suaranya yang membuat semua orang terkejut.

Jazira menatap satu-persatu orang yang berada di ruangan tersebut.

"CEPAT KATAKAN!" teriak Jazira karena dirinya telah lelah. Tanpa berpikir lama, seorang lelaki mengarahkan pistol ke arah Jazira dan...

DORR!

Mata Jazira membesar seketika dan tak lama setelah itu dia hanya menangis. Untungnya, Jazira langsung peka dan memalingkan mukanya sehingga peluru tersebut melukai bahu sebelah kanannya.

DORR...

DORR...

DORR...

Tembakan peluru membrutal terdengar di telinga Jazira, yang berasal dari luar ruangan tersebut. Dengan setengah sadar, Jazira sempat melihat pria yang tadi dia temui di gang sempit di dekat apartemen ayahnya.

Terjadi baku tembak antara dua beberapa orang yang berada di ruangan gelap itu. Sang lelaki yang tadi berbincang dengan Jazira pun mengangkat tubuh mungil milik Jazira yang telah mengeluarkan banyak darah di bahu sebelah kanannya. Dengan lihai, dia berjalan melewati celah-celah berbahaya ketika anak buahnya tengah menembak.

Setelah berhasil membawa pergi Jazira dari tempat itu, lelaki itu pun memasukkan Jazira ke mobilnya dan membawa Jazira ke rumah sakit.

Sementara ditempat lain, seorang pemuda berwajah tampan yang sedang menandatangani beberapa berkas pun melirik ke Hp nya yang berdering. Tangan kekarnya yang terbalut jas mewah itu terulur untuk mengambil ponselnya.

"Ada apa, Jo? Mengapa kau meneleponku dijam seperti ini?" tanya lelaki tersebut dengan nada datarnya sambil meneruskan untuk menandatangani berkas-berkas yang lain.

"Nona Jazira terkena luka tembak di bahu sebelah kanannya. Kami sedang menuju perjalanan ke rumah sakit untuk mengobatinya." ucap Johan memberi kabar kepada sang atasan sambil menatap spion untuk memantau Jazira yang masih setia menutup mata.

"Apakah itu terdengar penting untukku?" ujar lelaki tersebut dengan nada dinginnya, sambil mengalihkan pandangannya menuju pintu tinggi yang berada di depannya.

Johan yang mendengar jawaban dari sang atasan pun mendadak terkejut. 'Apakah ini tidak penting baginya?' Batin Johan dalam hatinya.

"Ba ... baiklah tuan muda, saya putuskan dahulu panggilannya," ucap Johan dengan nada yang sedikit terintimidasi oleh suara dingin sang atasan.

"Aku tak peduli!" desis lelaki yang duduk di balik meja kerja mahalnya, lalu mematikan panggilannya secara sepihak.

...• Jangan Lupa Bersyukur •...

Terpopuler

Comments

Anitapuji

Anitapuji

maaf ya baru mampir, baru ketemu novelnya🙏

2022-02-19

0

saya laki-laki

saya laki-laki

Oh

2021-12-13

0

🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒

🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒

kaya prnh baca nih

2021-12-06

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118 - SEASON 2
119 BAB 119 - SEASON 2
120 BAB 120 - SEASON 2
121 BAB 121 - SEASON 2
122 BAB 122 - SEASON 2
123 BAB 123 - SEASON 2
124 BAB 124 - SEASON 2
125 BAB 125 - SEASON 2
126 BAB 126 - SEASON 2
Episodes

Updated 126 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118 - SEASON 2
119
BAB 119 - SEASON 2
120
BAB 120 - SEASON 2
121
BAB 121 - SEASON 2
122
BAB 122 - SEASON 2
123
BAB 123 - SEASON 2
124
BAB 124 - SEASON 2
125
BAB 125 - SEASON 2
126
BAB 126 - SEASON 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!