Jazira pun menelan salivanya dengan susah payah dan mencoba melepaskan lilitan tangan kekar milik seorang laki-laki tersebut. Sang laki-laki yang merasakan pergerakan dari Jazira pun menghentikan aksinya dan membalikkan badan Jazira.
Jazira terkejut karena melihat kakak tirinya berada di dalam rumahnya.
"K ... kak Marcel?" lirih sambil menatap penuh ketakutan kepada Marcel. Marcel pun berjalan mendekati badan mungil milik Jazira dan menahan tubuhnya dengan kedua lengannya. Dengan perlahan dia memajukan wajahnya dan seketika mata Jazira terpejam.
Marcel yang melihat reaksi dari Jazira pun sudah semakin tak tenang, ya hasratnya. Tak ingin ambil risiko, dia pun mematikan kompor yang masih menyala di belakang Jazira dan langsung menggendong tubuh kecil Jazira.
Jazira pun berusaha untuk memberontak, namun apalah daya dirinya yang hanya gadis berusia 16 tahun. Marcel pun menutup pintunya dengan sebelah kakinya dan berjalan mendekati ranjang dengan Jazira di gendongannya.
Jazira hanya menelan salivanya susah payah dengan debaran jantung yang sangat cepat. Dapat Jazira rasakan bahwa nafas dari sang kakak tiri pun sudah sangat berat.
Dengan perlahan, Marcel pun merebahkan tubuh mungil milik Jazira di atas kasur dan mulai menindihnya. Jazira hanya bisa menggelengkan kepalanya dan berkata lirih.
"Kak Marcel mau ngapain Zizi?" Ucapnya lirih berupa bisikan namun di acuhkan oleh Marcel. Marcel hanya menatap dalam netra cokelat milik Jazira dan mulai meletakkan kedua tangannya di pinggang ramping milik Jazira.
Tanpa aba-aba, Marcel pun mulai mencium leher jenjang milik Jazira dan memulai aksinya sama seperti ketika mereka berada di dapur. Jazira pun lagi-lagi hanya meneteskan air matanya.
Bagaikan menemukan oase ditengah gurun, Marcel meninggalkan jejak disetiap inchi leher Jazira.
Tangannya pun tak tinggal diam, kedua tangannya pun mulai memasuki kaos berwarna navy milik Jazira. Tangan Marcel pun mulai membelai lembut punggung milik Jazira. Tangan kananya sibuk memeluk erat pinggang Jazira, sementara tangan kirinya masih mengelus punggung kecil milik Jazira.
Jazira pun berusaha untuk melepaskan Marcel dari atasnya, namun tenaganya tak sebanding dengan tenaga milik Marcel. Dengan cepat, Marcel pun menaikkan kaos milik Jazira hingga ke leher dan mulai menciumi dada milik Jazira agresif.
Saat tangannya semakin aktif dan ingin melepas pengait bra milik Jazira, dengan cepat Jazira menggenggam tangan Marcel yang berada dipunggungnya.
"Zizi salah apa sama Kak Marcel? Kalau Zizi ada salah sama Kak Marcel, Zizi minta maaf. Kakak bisa bicara baik-baik sama Zizi. Nggak gini caranya." Ucap dengan sesenggukkan sambil menatap dalam manik mata milik sang Kakak tiri.
Marcel pun menghela nafasnya panjang dan berbicara banyak kepada Jazira dengan posisi yang masih sama.
"Ayah kamu udah ngerebut Bunda dari aku dan Ayah! Anak mana yang nggak dendam jika orang tuanya dirampas oleh orang lain hah?! Aku cuma pingin nyadarin Ayah kamu dari ini semua! Kamu tahu? Ayahku sedang sakit di rumah sakit, sedangkan Bunda serta adik ku dengan entengnya malah jalan-jalan ke Bali. Kamu tahu gimana rasanya kan?!" Bantak Marcel yang membuat nyali Jazira sedikit menciut.
"Terus Kak Marcel lakuin ini semua buat balas dendam ke Ayah? Menurut Kak Marcel dengan cara ini, Ayah akan sadar dan mengembalikan Ibu kepada Kakak? Iya kak? Dengan merusak masa depan Zizi?!" Tegas Jazira dengan air mata yang menggenang ketika melihat Marcel menarik tubuhnya dari tubuh Jazira.
"Kalau memang itu tujuan Kak Marcel, lakuin aja Kak! Lakuin sekarang juga! Bukankah dengan merusak anak nya, Kakak pikir Ayah akan lebih memilih aku dan menceraikan Bunda kakak agar aku tak disakiti lagi bukan?! Lakuin sekarang Kak!" Bentak Jazira karena dia tak mau terlihat lemah di mata Marcel.
Marcel pun terkejut dengan gadis yang berada di bawahnya. Dia melihat Jazira yang kembali menangis sambil berusaha meminggirkan tubuh Marcel yang masih berada di atasnya.
"Setelah Kakak ambil apa yang Jazira jaga selama ini, Kakak cuma dapet rasa puas aja! Karena apa?! Rasa puas karena melihat Zizi nggak punya masa depan lagi dan diusir dari rumah ini. Dengan begitu Adik Kak Marcel akan hidup bebas tanpa gangguan dari Zizi. Itu kan yang Kak Marcel inginkan?!" Bantak Jazira yang membuat Marcel menyesali apa yang dia lakukan.
"Kalaupun Kak Marcel renggut apa milik Zizi sekarang, itu nggak akan merubah apapun. Ayah akan tetap bersama dengan Bunda Kakak. Zizi akan menderita sendiri Kak!" Ucap Jazira penuh emosi sambil mengusap air matanya kasar.
Marcel mulai mengulurkan kedua tangannya dan mencekal baguan bawah kaos milik Jazira. Marcel pun menurunkan kaos milik Jazira sampai ke pingang dan turun dari tubuh Jazira.
Marcel lalu berbaring disebelah Jazira. Dia memeluk erat Jazira yang masih menangis sambil memukul dada bidang milik Marcel.
"Kak Marcel jahat! Pergi dari sini! Zizi benci sama Kakak!" Ucap Jazira sambil mendorong kuat tubuh kekar milik Marcel.
"PERGI SEKARANG!" Teriak Jazira sambil mengacungkan tangannya mengisyaratkan agar Marcel segera keluar dari kamar miliknya.
Karena tak ingin membuat Jazira berteriak lagi, Marcel pun keluar dari kamar Jazira dengan segera.
"Maafin Kak Marcel ya, Zi." Ucap Marcel sebelum menutup pintu kamar Jazira. Jazira pun melemparkan semua yang berada diatas kasurnya. Mulai dari bantal, guling, serta boneka yang Ibu nya berikan.
Jazira menangis tersedu-sedu atas perilaku Marcel kepadanya. Dia memukul kasurnya berulang kali sambil berteriak.
Dia masih menangis sambil tengkurap, mungkin karena suaranya yang sudah habis dan lelah karena banyak berteriak. Tak terasa, dia pun mulai memejamkan matanya. Meskipun dia sudah terlelap, dia masih saja mengeluarkan air mata.
Setelah tertidur sangat lelap selama beberapa jam, Jazira pun mulai mengerjapkan matanya dan menguap. Dia mengggosok matanya yang sedikit perih dengan tangan kananya sambil berdiri untuk pergi ke kamar mandi.
Saat dia berada di depan kaca, betapa terkejutnya dia karena melihat banyak sekali kissmark di lehernya. Jazira baru tersadar ketika melihat bekas tersebut.
Flashback Off
"Kenapa Kak Marcel kesini?" Tanya Jazira dengan nada yang hati-hati sambil memundurkan badannya menjauhi Marcel. Marcel yang melihat sikap dari Jazira pun ikut memundurkan posisi duduknya.
"Kak Marcel kesini cuma mau bilang sama kamu, Zi. Kak Marcel cinta sama kamu. Kamu mau jadi istri Kak Marcel? Kak Marcel janji akan melindungi kamu dari Ayah. Kak Marcel nggak akan nyakitin kamu sedikitpun," ujar Marcel dengan sungguh-sungguh.
Jantung Jazira pun berdegub dengan cepat setelah mendengar penuturan dari kakak tirinya itu. Apakah benar laki-laki yang dulu hendak melecehkannya ingin melamarnya? Jazira sungguh tak percaya.
Dengan cepat, Jazira menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Tak terlihat sedikit keraguan di dalam jawabannya kali ini. Marcel yang melihat respon dari Jazira pun terlihat sedikit kecewa.
"Maafin Zizi kak, Zizi udah anggap Kak Marcel sebagai kakak kandung Zizi. Nggak lebih!" tolak Jazira ketakutan sembari memundurkan badannya, karena Marcel semakin mendekat kearahnya.
"Kamu kenapa, Zi. Kak Marcel berniat baik ingin melamar kamu. Tapi kenapa kamu nolak Kakak? Beri Kakak satu alasan kenapa kamu nolak Kakak!" tanya Marcel sambil menatap tajam netra gadis di depannya.
"Ka ... karena Zizi u ... udah," ucap Zizi gagap sambil mencari alasan. Marcel yang tak kunjung mendapat jawaban dari Jazira pun mulai mengulurkan tangannya menyentuh bahu Jazira.
Bertepatan dengan itu, tangan Jazira menyentuh kertas kaku dibawah bantal tidurnya.
"Karena Zizi udah punya calon suami!" tegas Zizi spontan yang membuat Marcel terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
saya laki-laki
p
2021-12-13
0
Putri Salsa Bila Jasmin
penasaran
2021-10-20
1
Kurnia Asih
good zizi
2021-10-15
0