Rinduku
Rindu.
Itulah namaku, hari ini usiaku genap 18 Tahun dan aku sebentar lagi akan menjalani kehidupan yang mungkin bisa saja lebih baik ataupun juga bisa kebalikannya.
Biasanya anak gadis dari desa kami ini saat usianya 16 tahun sampai 18 tahun itu sudah di pesan dan dijodohkan, beruntung aku masih bisa bertahan sampai diusia 18 tahun. Tapi pada akhirnya aku juga tetap akan menjalani nasib yang sama dengan para gadis di desa ini walaupun sempat ibuku memperjuangkan nasibku 3 tahun ini.
Ya, ibuku berjuang mempertahankan kesucian serta diriku dari sekian banyak tawaran menggiurkan datang kepada kami sebelumnya, dan sekarang semuanya telah berbeda.
Satu Minggu yang lalu ibuku menghembuskan nafas terakhirnya, tinggallah diriku seorang diri tanpa aku mengetahui ayah dan keluarga ku lainnya, kami hanya hidup berdua di desa ini dan ibu ku tak pernah menceritakan kisah keluarganya serta sesosok seorang ayah kepada ku, sering aku bertanya tapi selalu Ibu berhasil mengalihkan pembicaraan sehingga semua informasi tentang Ayah kandungku serta keluargaku pun aku tak mengenal mereka semua sama sekali.
Aku selalu berharap ibu mau bercerita banyak tentang kisah kehidupannya serta berkisah tentang kisah cintanya hingga hadirnya diriku dalam hidupnya, tapi semua harus ku Terima ternyata hingga detik pelepasan nafas terakhirnya pun dia diam membisu.
Entah apa yang menjadi ketakutan serta kegelisahan hatinya jika sehingga menyembunyikan semua kebeneran, dia pasti punya alasannya. Semua pasti karena ia ingin yang terbaik bagiku.
Malang memang nasib dan takdir ku saat ini aku sebatang kara, tapi aku bersyukur karena tak sedikit pengorbanan Ibu untuk ku, dia adalah orang terhebat dalam hidupku dan akan selalu menjadi yang terhebat dalam hidupku untuk selamanya.
Dan aku pun menutup semua hal tentang rasa ingin tahuku tentang ayah kandungku serta keluarga ibuku karena aku percaya semua ada alasan yang mungkin sangat menyakiti hati Ibu ku sehingga dia tak mampu menceritakan padaku, dan bila jodoh takdir dan memang sudah menjadi milikku pasti suatu saat aku akan menemukan keluarga ku. Itulah keyakinan yang selalu aku kalungkan dalam benak da kepercayaan ku.
Hari ini begitu sepi dan sunyi keseharian ku tanpa adanya ibu di sisiku, biasanya ibu akan membuat banyak sekali kue dan aku akan membantu dirinya membuat kue serta kami akan menjual hasil kue kami ke pasar dan pulang pada sore hari menjelang setelah dagangan kami terjual tapi semua itu hanya tinggal kenangan. Yang tersedia dan menemani ku saat ini adalah setumpukkan peralatan yang sering ia gunakan dan kenangan kebersamaan.
Hingga akhirnya tawaran itu datang lagi dan aku bimbang dalam hal ini, apakah aku harus terima atau tidak, tidak ada Ibu yang mempertahankan diriku lagi dan tak ada yang bertanggung jawab atas diriku lagi walaupun aku bisa menghidupi diriku sendiri tapi adat dan tradisi desa ini harus berjalan sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan serta pada kepala suku sudah menetapkan nasib ku untuk menerima tawaran kali ini.
Menolak itu hal yang mustahil sekarang, siapa lagi yang bisa membantu.
"Huh... rasanya tidak mungkin," dengan mengambil rakus oksigen dan membuangnya secara perlahan beberapa kali dirinya mendegus juga.
Ya katanya untuk kebaikan ku dan kebaikan desa kami agar tidak terkena kesialan, aku sendiri pun tak percaya hal semacam itu. Tapi aku tak berdaya melawan para ketua suku dan beberapa tokoh desa ini, mereka sudah memutuskan untuk aku terima tawaran yang datang ini dan mau tak mau harus mau.
Tanpa ada lagi pilihan, rasanya sangat merindukan dan membutuhkan Ibu.
"Bagaimana ini bu, aku harus bagaimana lagi tanpa dirimu," ucapnya sedih teramat sangat, air mata selalu mengenangkan dipelupuk matanya.
Jujur ia sangat takut dan tak hentinya mulutnya komat Kamit berdoa agar selalu dalam lindungan Sang Maha Pencipta, sebentar lagi ya sebentar ia pasti akan pergi meninggalkan desa ini, desa yang menjadi pilihan sang ibu pilih untuk membesarkan dan menyembunyikan dirinya dan sang ibu dari orang yang mungkin akan mengenal mereka.
Bersembunyi di desa terpencil adalah pilihan yang tepat tanpa harus khawatir ditemukan karena jauh kepadatan makluk sosial lainnya.
Lancang aku sangat lancang sekali, 4 hari lalu sempat diriku bertanya kepada salah satu sesepuh di desa ini tentang Ibuku, tapi sesepuh tidak tau kebenaran Ibuku dan dia hanya mengatakan bahwa saat itu mereka para warga menemukan Ibuku di tengah hutan dalam keadaan memperihatinkan dengan beberapa luka ditubuhnya serta dalam kondisi mengandung diriku.
"Paman sudah tua dan aku sangat menghormatimu, Paman mungkin tau maksud dan tujuan ku datang mencari Paman," ucap Rindu.
"Terus terang saja, Nak apa yang ingin kau denger dari lelaki tua ini?" jawabnya dengan pandangan mata menatap lurus kedepan.
"Keluarga ... " gumam Rindu menahan diri, tangannya saling meremas satu sama lainnya.
Sesepuh itu menghela nafas panjang lalu dilepasnya perlahan.
"Nak, jika kami mengetahui pasti kami akan menceritakan padamu, tapi apalah daya kami. Bahkan Ibumu waktu itu mengalami hilang ingatan sehingga dirinya sendiri pun dia tak mampu ingat. Kami sudah berusaha memberikan pengobatan yang terbaik dari desa ini, untuk ingatannya kami tak mampu mengobati sehingga sampai sekarang beliau pun tak mampu mengingat masa lalunya," ungkapnya.
"Kau datang pada orang yang tepat, ada sesuatu yang ingin ku berikan padamu" setelah berkata lalu sesepuh itu bangkit dari duduknya, ia mengambil sesuatu dari bawah lemarinya sepertinya beharga karena tersimpan amat rapi.
"Baiklah,,,, dengerkan baik baik yang ku ceritakan!"
"Malam itu pada saat kami berburu dan tanpa kami sadari kami telah melewati batas perbatasan pertengahan hutan dan kampung ini, karena rusa yang kami tembaki masih hidup sehingga kami sangat semangat mengejarnya. Tapi setelah menyadari melewati perbatasan akhirnya kami menyerah dan berbalik arah,"
Diam sejenak, memejamkan matanya erat seolah-olah kalimat yang akan diucapkan selanjutnya sangat sulit diceritakan.
"Hingga beberapa meter perjalanan yang kami tempu kami menemukan sesosok wanita yang masih tergeletak dengan banyaknya luka serta tangan bahkan kakinya juga terikat, sepertinya ada seseorang yang akan menghabisi hidupnya. Sungguh malang wanita itu," lanjutnya lagi.
Hancur hati ini dan terasa sangat sakit hati ini mendengar cerita sesepuh, jika mengingat itu air mata tanpa di undang pun mengalir dengan derasnya seakan akan merasakan sakit dan hancurnya kehidupan malang Sang Ibu.
"Kenapa ... ? kenapa ... ? salah apa kami sehingga mereka begitu keras hati serta ingin melenyapkan kami." batin Rindu berteriak dengan dadanya yang nyerih amat sangat bagai tertusuk belati.
Bersambung.....
Salam kenal semua...
Semoga suka cerita ku ini ya...
Maaf jika banyak kekurangan karena aku baru pertama kali belajar nulis ,harap maklum ya ..
Terimakasih banyak ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Arin
mampir seprtny menarik....
2022-04-06
2
Ryoka2
Di pesan 😢
2022-03-14
1
Ryoka2
Mampir Thorr, salam dari Queen System 🥰
2022-03-14
2