NovelToon NovelToon

Rinduku

Bab 1

Rindu.

Itulah namaku, hari ini usiaku genap 18 Tahun dan aku sebentar lagi akan menjalani kehidupan yang mungkin bisa saja lebih baik ataupun juga bisa kebalikannya.

Biasanya anak gadis dari desa kami ini saat usianya 16 tahun sampai 18 tahun itu sudah di pesan dan dijodohkan, beruntung aku masih bisa bertahan sampai diusia 18 tahun. Tapi pada akhirnya aku juga tetap akan menjalani nasib yang sama dengan para gadis di desa ini walaupun sempat ibuku memperjuangkan nasibku 3 tahun ini.

Ya, ibuku berjuang mempertahankan kesucian serta diriku dari sekian banyak tawaran menggiurkan datang kepada kami sebelumnya, dan sekarang semuanya telah berbeda.

Satu Minggu yang lalu ibuku menghembuskan nafas terakhirnya, tinggallah diriku seorang diri tanpa aku mengetahui ayah dan keluarga ku lainnya, kami hanya hidup berdua di desa ini dan ibu ku tak pernah menceritakan kisah keluarganya serta sesosok seorang ayah kepada ku, sering aku bertanya tapi selalu Ibu berhasil mengalihkan pembicaraan sehingga semua informasi tentang Ayah kandungku serta keluargaku pun aku tak mengenal mereka semua sama sekali.

Aku selalu berharap ibu mau bercerita banyak tentang kisah kehidupannya serta berkisah tentang kisah cintanya hingga hadirnya diriku dalam hidupnya, tapi semua harus ku Terima ternyata hingga detik pelepasan nafas terakhirnya pun dia diam membisu.

Entah apa yang menjadi ketakutan serta kegelisahan hatinya jika sehingga menyembunyikan semua kebeneran, dia pasti punya alasannya. Semua pasti karena ia ingin yang terbaik bagiku.

Malang memang nasib dan takdir ku saat ini aku sebatang kara, tapi aku bersyukur karena tak sedikit pengorbanan Ibu untuk ku, dia adalah orang terhebat dalam hidupku dan akan selalu menjadi yang terhebat dalam hidupku untuk selamanya.

Dan aku pun menutup semua hal tentang rasa ingin tahuku tentang ayah kandungku serta keluarga ibuku karena aku percaya semua ada alasan yang mungkin sangat menyakiti hati Ibu ku sehingga dia tak mampu menceritakan padaku, dan bila jodoh takdir dan memang sudah menjadi milikku pasti suatu saat aku akan menemukan keluarga ku. Itulah keyakinan yang selalu aku kalungkan dalam benak da kepercayaan ku.

Hari ini begitu sepi dan sunyi keseharian ku tanpa adanya ibu di sisiku, biasanya ibu akan membuat banyak sekali kue dan aku akan membantu dirinya membuat kue serta kami akan menjual hasil kue kami ke pasar dan pulang pada sore hari menjelang setelah dagangan kami terjual tapi semua itu hanya tinggal kenangan. Yang tersedia dan menemani ku saat ini adalah setumpukkan peralatan yang sering ia gunakan dan kenangan kebersamaan.

Hingga akhirnya tawaran itu datang lagi dan aku bimbang dalam hal ini, apakah aku harus terima atau tidak, tidak ada Ibu yang mempertahankan diriku lagi dan tak ada yang bertanggung jawab atas diriku lagi walaupun aku bisa menghidupi diriku sendiri tapi adat dan tradisi desa ini harus berjalan sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan serta pada kepala suku sudah menetapkan nasib ku untuk menerima tawaran kali ini.

Menolak itu hal yang mustahil sekarang, siapa lagi yang bisa membantu.

"Huh... rasanya tidak mungkin," dengan mengambil rakus oksigen dan membuangnya secara perlahan beberapa kali dirinya mendegus juga.

Ya katanya untuk kebaikan ku dan kebaikan desa kami agar tidak terkena kesialan, aku sendiri pun tak percaya hal semacam itu. Tapi aku tak berdaya melawan para ketua suku dan beberapa tokoh desa ini, mereka sudah memutuskan untuk aku terima tawaran yang datang ini dan mau tak mau harus mau.

Tanpa ada lagi pilihan, rasanya sangat merindukan dan membutuhkan Ibu.

"Bagaimana ini bu, aku harus bagaimana lagi tanpa dirimu," ucapnya sedih teramat sangat, air mata selalu mengenangkan dipelupuk matanya.

Jujur ia sangat takut dan tak hentinya mulutnya komat Kamit berdoa agar selalu dalam lindungan Sang Maha Pencipta, sebentar lagi ya sebentar ia pasti akan pergi meninggalkan desa ini, desa yang menjadi pilihan sang ibu pilih untuk membesarkan dan menyembunyikan dirinya dan sang ibu dari orang yang mungkin akan mengenal mereka.

Bersembunyi di desa terpencil adalah pilihan yang tepat tanpa harus khawatir ditemukan karena jauh kepadatan makluk sosial lainnya.

Lancang aku sangat lancang sekali, 4 hari lalu sempat diriku bertanya kepada salah satu sesepuh di desa ini tentang Ibuku, tapi sesepuh tidak tau kebenaran Ibuku dan dia hanya mengatakan bahwa saat itu mereka para warga menemukan Ibuku di tengah hutan dalam keadaan memperihatinkan dengan beberapa luka ditubuhnya serta dalam kondisi mengandung diriku.

"Paman sudah tua dan aku sangat menghormatimu, Paman mungkin tau maksud dan tujuan ku datang mencari Paman," ucap Rindu.

"Terus terang saja, Nak apa yang ingin kau denger dari lelaki tua ini?" jawabnya dengan pandangan mata menatap lurus kedepan.

"Keluarga ... " gumam Rindu menahan diri, tangannya saling meremas satu sama lainnya.

Sesepuh itu menghela nafas panjang lalu dilepasnya perlahan.

"Nak, jika kami mengetahui pasti kami akan menceritakan padamu, tapi apalah daya kami. Bahkan Ibumu waktu itu mengalami hilang ingatan sehingga dirinya sendiri pun dia tak mampu ingat. Kami sudah berusaha memberikan pengobatan yang terbaik dari desa ini, untuk ingatannya kami tak mampu mengobati sehingga sampai sekarang beliau pun tak mampu mengingat masa lalunya," ungkapnya.

"Kau datang pada orang yang tepat, ada sesuatu yang ingin ku berikan padamu" setelah berkata lalu sesepuh itu bangkit dari duduknya, ia mengambil sesuatu dari bawah lemarinya sepertinya beharga karena tersimpan amat rapi.

"Baiklah,,,, dengerkan baik baik yang ku ceritakan!"

"Malam itu pada saat kami berburu dan tanpa kami sadari kami telah melewati batas perbatasan pertengahan hutan dan kampung ini, karena rusa yang kami tembaki masih hidup sehingga kami sangat semangat mengejarnya. Tapi setelah menyadari melewati perbatasan akhirnya kami menyerah dan berbalik arah,"

Diam sejenak, memejamkan matanya erat seolah-olah kalimat yang akan diucapkan selanjutnya sangat sulit diceritakan.

"Hingga beberapa meter perjalanan yang kami tempu kami menemukan sesosok wanita yang masih tergeletak dengan banyaknya luka serta tangan bahkan kakinya juga terikat, sepertinya ada seseorang yang akan menghabisi hidupnya. Sungguh malang wanita itu," lanjutnya lagi.

Hancur hati ini dan terasa sangat sakit hati ini mendengar cerita sesepuh, jika mengingat itu air mata tanpa di undang pun mengalir dengan derasnya seakan akan merasakan sakit dan hancurnya kehidupan malang Sang Ibu.

"Kenapa ... ? kenapa ... ? salah apa kami sehingga mereka begitu keras hati serta ingin melenyapkan kami." batin Rindu berteriak dengan dadanya yang nyerih amat sangat bagai tertusuk belati.

Bersambung.....

Salam kenal semua...

Semoga suka cerita ku ini ya...

Maaf jika banyak kekurangan karena aku baru pertama kali belajar nulis ,harap maklum ya ..

Terimakasih banyak ....

Bab 2 Feedback

Menteri tak bermunculan sedari tadi hingga jam dinding ini pun sudah menunjukkan jam 10 pagi, cuaca begitu dingin beserta awan gelap pun tak ingin beranjak dari tempatnya padahal sudah hampir setengah harinya hujan deras ini menguyur desa kami.

Ya ini bisa dikatakan adalah akan mungkin adanya petaka yang ada terjadi sebab sebelumnya kejadian bini tak pernah terjadi di desa kami, desa kami ini selalu percaya dengan hal-hal mistis dan hal hal gaib lainnya dan kita sebagai warga selalu takut dengan adanya hal hal seperti itu.

Aku hanya bisa duduk memandangi kaca yang menebus pandangan keluar jendela, suasana diluar sepi dengan sesekali lewatnya kilat dan suara petir yang menyambar, entahlah sang pencipta murka atau memang ada malapetaka yang dikatakan para tertua dan beberapa sesepuh di desa ini. Di zaman sekarang masih ada yang percaya hal hal seperti ini sungguh ironis kehidupan masyarakat yang minim pengetahuan.

Ya mereka membicarakan diriku yang masih ada di desa ini sedangkan para gadis yang seusia ku satu generasi ku, mereka semua sudah hilang dan tak ada kabar lagi. Benar hanya ada diriku yang masih menetap di desa ini dan itupun adalah kekerasan hati serta kekuatan kasih sayang seorang ibu yang tak ingin melepaskan anaknya untuk berpisah.

"Nak ..., bukan maksud kami untuk mengusir mu dari desa kami," terdengar hembusan nafas berat dari salah satu sesepuh yang berbicara lalu melanjutkan lagi percakapannya yang terhenti "Lihatlah. Semua teman seusia mu mereka semua sudah menjalani takdir kehidupan mereka dengan bahagia serta tak berkekurangan, kami menyayangi mu seperti mereka juga para gadis gadis didesa ini. Semua seperti anak kami dan semua sama dimata kami serta kami ingin kalian semua bahagia."

Sesepuh kedua membuka suara "Kami sudah putuskan dan kami semua juga sudah mengatur yang terbaik untuk mu Nak, terima lah tawaran kali ini dan kami semua doakan kau bahagia dengan kehidupan baru mu!"

Aku diam dan hanya ada air mata yang terus mengalir, iya aku takut dan hanya bisa menunduk duduk sambil menautkan kedua jari tangan ku yang sangat dingin serta gemetaran. Aku di sidang dan aku di berikan banyak nasihat serta seakan akan mereka lah yang berkuasa atas kebahagiaan ku.

Setelah beberapa sesepuh berkata panjang lebar luas dan tinggi serta keliling dan lainnya kini tertua yang jabatannya paling tinggi akhirnya membuka suara.

"Jika kau tidak menerima kesepakatan kami, bisa bisa desa kami akan datang malapetaka serta badai kehancuran yang akan menghancurkan desa ini Nak. Pikirkan dengan baik dan kata kan pada kami jika kau siap maka semua akan baik baik saja. Ikuti adat dan tradisi ini karena ini yang terbaik dari zaman leluhur kami, TOLONG HARGAI DAN TAATI ... ."

Kalimatnya penuh penekanan dan tidak bisa di ganggu gugat, dan pada akhirnya aku setuju dengan semua keputusan sesepuh dan tertua. Tapi aku meminta waktu hingga esok harinya.

"Baiklah, berikan aku waktu hingga besok! aku akan memberikan jawaban." Rindu berkata tegas, besok dirinya akan menentukan pilihan yang penting dalam hidupnya.

***

Dan benar saja yang terjadi setelah aku menghubungi para sesepuh untuk mengatakan persetujuan ku, tiba tiba hujan badai itu berlalu berganti dengan mentari yang bersinar terang memberikan kehangatan yang hakiki kepada semua makhluk ciptaan nya.

"Tuhan semoga inilah pilihan yang tepat, aku berlindung kepada-Mu mohon bimbing diriku." Rindu membatin dengan sebuah doa. berharap hidupnya akan baik-baik saja dengan semua keputusan yang dia ambil.

Sore harinya seperti dugaan ku kini gubuk kecil ku yang indah nan aman damai sentosa menjadi tempat berkumpulnya para sesepuh dan tertua, mereka kini mengambil ahli menjadi orang tua ku yang bertanggung jawab akan diriku.

Beberapa ritual aneh mereka siapkan serta salah satu dari mereka sudah mulai membaca mantra-mantra dengan bahasa tidak jelas, beberapa perempuan membawa ku kedalam kamar mereka juga melakukan beberapa ritual pada ku.

Aku hanya bisa duduk dalam kamar ku ditemani oleh istri ke tiga tertua dan beberapa Bibi lainnya, istri ke-tiga tertua masih muda usianya diperkirakan 30 tahun berbeda dengan tertua yang berusia 65 tahun, dia adalah gadis dari perkampungan sebelah yang dipinang tertua 5 tahun lalu, karena adat dan tradisi desa kami tidak boleh menikah dengan gadis yang ada di desa sendiri, aneh tapi inilah kenyataan dari tradisi desa kami dan entah siapa yang membuat aturan itu dan anehnya lagi semau warga mengikuti peraturan aneh ini demikian dengan diriku yang tak berdaya.

Aku tidak diizinkan keluar kamar sedikit pun dan aku juga tidak mengetahui apa yang mereka lakukan, ini sangat mencurigakan serta aneh.

"Huh ... " aku hanya bisa menghembuskan nafas panjang beberapa kali serta istri ketiga tertua hanya tersenyum ramah dan memberikan ku beberapa wejangan.

"Rindu, nanti kalau sudah ikut suami harus nurut dan taat pada suami dan harus bisa juga menyenangkan suami, jangan sampai suami marah dan kesel dengan kita karena murkanya suami adalah neraka kita dan jika suami senang maka kita akan mendapatkan surga di dunia dan di akhirat juga,"

"Jadilah yang terbaik, kami percaya kamu bisa. Karena kau tak beda jauh dari Ibumu, kalian terlihat sama, sangat mirip,!" lanjutnya lagi.

Banyak wejangan yang aku terima dari istri tertua, beliau bagaikan seorang Ibu yang menasehati anaknya. "Sungguh aku sangat merindukanmu saat ini Bu" lirih Rindu pelan.

"Jadi aku akan menikah hari ini juga?" ucapku terkejut dengan genangan air mata yang mulai jatuh membasahi pipi. Dari semua perkataan mereka serta wejangan dari mereka aku menyimpulkan satu hal dan aku memberanikan diri untuk bertanya.

Aku pikir akan masih lama terjadi hal ini ternyata mereka bergerak cepat seakan akan ingin segera mengusir ku seperti sampah yang tak berharga, aku sedih, bukan bukan karena mereka tapi aku sedih tanpa keluarga dihari penting hidup ku ini.

Kini aku pasrah dan terima keputusan serta tindakan mereka, aku tak punya pilihan lain lagi. Jika ku lawan apakah bisa menang dan bertahan.

"Huhh ... Sudahlah semua pasti akan baik-baik saja." Rindu pasrah.

Dia kalah dan ia sangat lelah serta semangat hidupnya pun terasa redup, remang-remang tanpa adanya cahaya.

Akankah ia temukan kebahagiaan itu?.

Bersambung.....

Karya ini hasil haluan author ya gaes dan bukan hasil plagiat ataupun sejenisnya jadi tolong hargai dengan komen positif serta like ya 😍😘😘😘

Maaf jika banyak kekurangan dan kesalahan ini adalah novel pertama ku semoga suka.😍😘

Bab 3 Kenyataannya

Karya ini hasil haluan author ya gaes dan bukan hasil plagiat ataupun sejenisnya jadi tolong hargai dengan komen positif serta like ya 😍😘😘😘

Maaf jika banyak kekurangan dan kesalahan ini adalah novel pertama ku semoga suka.😍😘

Happy Reading ❤️

"Bude ... " panggil ku kepada perempuan itu yang kini tangannya mengusap air mata ku yang jatuh, "Bude... aku takut, bude!" jujur ku lemah tak berdaya.

Dia mengerti apa yang kurasakan saat ini, dia pahami aku situasi dan kondisi ku saat ini, dia pernah ada di posisi ku juga saat ini.

"Tenang ... sabar, dan kuatkan hati mu, semua akan baik baik saja dan akan semakin baik jika bertambahnya hari ke hari," jawabnya mencoba membuat ku tenang dan genggaman tangannya mencoba menguatkan ku.

Kami tidak dekat tapi saat ini serasa dia adalah Ibuku, yang menggenggam tangan ku jika mengahadapi masalah dan dikala aku merasa takut dia memberikan secerah semangat dengan menyalurkan kekuatan agar aku bisa menghadapi semua ini serta berusaha menyakinkan diriku untuk berani melangkah mengahadapi semua kenyataan ini.

"Semua akan baik baik saja, ya semua akan baik serta kau akan menjadi ratu yang selalu dia puja dan jaga," ia kembali berkata lagi.

"Tersenyum lah ... semua akan baik baik saja dan kebahagiaan mu sudah didepan mata dan kini saatnya kau mendapatkan kebahagiaan mu." lanjutnya lagi. Walaupun air matanya ikut mengalir tapi ia memberikan senyuman yang menyejukkan hati serta tatapan matanya memancarkan keyakinan penuh.

Dia tersenyum dengan penuh keyakinan yang membuat ku ikut tersenyum dan lebih tenang dari sebelumnya, tapi berbeda dengan perasaan ku dan hatiku hanya aku dan Tuhan yang tau. Tangan ini sudah sangat dingin serta kaki serasa tak bertenaga lagi untuk menopang badan ini.

"Kita sudah ditakdirkan dan di garis kan harus menempuh jalan ini jika kita tinggal di desa ini, semoga untuk kedepannya anak cucu mu kelak tidak akan bernasib sama dengan kita para wanita dari desa ini dan bisa memilih untuk menemukan pasangan yang diinginkan," ucapnya yang mungkin mengingat bahwa dia juga memiliki seorang balita yang berjenis kelamin perempuan.

Aku hanya bisa mengiyakan apa yang dia katakan dan mengamini perkataannya. Semoga saja semua yang terjadi akan mendatangkan kebahagiaan dan akupun bisa menemukan kehidupan bersama jodoh yang sudah mereka siapkan.

Cukup lama para tertua dan sesepuh melakukan beberapa ritual yang akhirnya ada pertanda acara ritual mereka akan selesai sebentar lagi, rasa jantung ini berdebar dan sangat berdebar, hati ini tiba tiba gelisah dan tidak tenang mulai menguasai diriku lagi, aku gelisah aku takut karena sebentar lagi aku akan mereka bawa entah kemana dan mereka siapa pun aku tak tau sama sekali.

Mau tanya Bude juga dia tidak akan tau karena hanya para tertua dan sesepuh saja yang boleh mengetahui calon mempelai pria dan keluarga mereka dan itupun hanya keluarga inti tanpa boleh keluarga besar menghadiri, sungguh ajaib dan luar biasa aturan aneh ini entah nenek moyang kami punya aturan kenapa seperti ini dan ini adalah hal yang turun temurun dari dahulu kala yang selalu dianut dan di budidayakan oleh para tertua dan sesepuh, mereka menjunjung tinggi peninggalan sejarah dan semua aturan walau zaman sudah modern dan banyak berubah tapi mereka tetap sama dan entah sampai kapan akan selalu begitu.

Terdengar langkah kaki semakin mendekati kamar ku, aku hanya melirik bude dengan perasaan yang tidak menentu, serasa jantung ini melompat sehabis maraton, tangan ku, sumpah ini dingin dan bergetar tidak tapi gemetar aslinya.

Ku genggam erat kedua tangan Bude dengan kuat dan tak ingin ku lepaskan untuk menghilangkan rasa tak menentu itu, Bude tersenyum padaku lagi, senyum tulus nan manis itu melepaskan salah satu tangannya untuk mengusap kepala ku dan menepuk bahu ku berusaha memberikan semangat dan dukungan serta kekuatan agar aku kuat serta lebih rileks dan kuat.

Mereka mulai melakukan ritual lagi, entalah apa maksud semua ini karena diam dan menurut lebih baik dari pada membangkang semua yang sudah ditetapkan para sesepuh.

Bersambung....

Terimakasih ❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!