Telinga Key terasa panas karena mendengar Viera yang terus menggodanya. Key juga heran pada dirinya, bukannya dia seharusnya senang? Dengan Deden punya pacar baru, berarti dia tidak akan diganggu lagi kan? Entah kenapa Key merasa ada yang salah dengan dirinya saat ini.
"Lo cemburu yaa, Key ... ngaku, lo," ucap Viera yang masih mengikuti langkah Key menuju kelas.
"Gak tuh, biasa aja gue."
Key menjawab dengan nada sedikit kesal karena Viera yang terus menggodanya, "karena Viera! bukan karena cemburu dengan Deden," tegas Key dalam hati.
"Kalo lo gak cemburu, kenapa pas liat Deden sama cewek lain lo pergi?"
Viera tak mau menyerah dengan keyakinannya itu, ia terus saja mengintrupsi perkataan Key. Key yang kesal memutar balik langkahnya kembali menuju kantin.
"Loh kok balik lagi, Key?" tanya Viera heran.
"Buat buktiin ke lo, kalo gue gak cemburu." Key menjawab dengan dingin, membuat Viera diam seketika menatap Key takut sambil terus mengikutinya.
Sepertinya kecepatan angin kalah dengan kecepatan mulut para siswi, terbukti sekarang di kantin dipenuhi para siswa yang mendengar gosip jika Deden tidak lagi mendekati Key dan punya pacar baru.
"Pak Kasim bakso kita tadi mana?" tanya Viera menanyakan baksonya yang tadi belum tersentuh.
"Lah ... saya kira gak jadi makan, neng, udah diberesin sama saya," jawab Pak Kasim.
"Beli aja lagi, Ra, susah banget sih." Key berkomentar datar.
"Bukan gitu masalahnya, Key. Gue lagi ngirit ... kalo pesen lagi uang gue keluar dua kali lipat dong."
"Gue yang bayar," ucap Key singkat padat dan jelas.
"Asik ... Makasih pacar abang Deden yang imut."
Sontak Key yang mendengarnya langsung memberikan tatapan tajam pada Viera yang langsung pergi memesan bakso lagi, Key terkejut melihat Deden yang sedari tadi mendengarkan dibelakang Viera.
"Siapa nih yang katanya pacar urang?" tanya Deden.
Senyum jahil terlihat di wajah Deden yang sekarang sudah duduk di hadapan Key, Deden menghampiri Key tanpa kedua sahabat cunguknya dan Zea yang sekarang entah kemana. Tumben ....
"Key cemburu tuh, Den. Gara-gara liat lo sama cewek pirang tadi, serasi ... banget." Key yang mendengar pernyataan Viera itu langsung membulatkan matanya, sedangkan Viera hanya duduk sambil menyimpan nampan bakso yang ia bawa.
"Yang bener, Ra? aduh jadi terharu urang, berarti usaha urang selama ini gak sia-sia," jawab Deden Antusias.
Viera yang di ajak ngobrol itu hanya mengangguk sambil memakan baksonya, Key juga mengambil mangkok baksonya bersiap menyuapkan kemulutnya.
Sedikit lagi, bakso itu akan bersemedi di mulut Key namun jalannya dicekal oleh tangan Deden yang malah menarik tangan Key menyuapkan bakso kemulutnya.
"Gak modal banget sih, lo!" bentak Key.
"Tenang, nanti dimodalin. Ngemodalin buat usaha bangun rumah tangga kita juga bisa urang, suapin lagi dong." pinta Deden santai.
Key yang sebal itu mengambil sesendok bakso yang dicelupkan pada sambal cabe, dan langsung menyuapkannya ke mulut Deden. Deden yang baru sadar itu langsung membelalak, kelabakan mencari air minum.
"Hahahaha ...." Key tertawa puas sambil memegangi perutnya tak kuat.
Di mata Deden bukannya marah atau tak suka malah ia menangis haru, bukan hanya karena ia kepedasan tapi juga karena ia pertama kali melihat Key tertawa selepas itu, terlebih lagi karena dia.
"Jahat maneh, Key," ucap Deden dengan muka yang di melas-melas kan.
"Bodo amat!" ucap Key kembali kepada mode datarnya.
Terkadang Deden bingung pada Key, kenapa ada manusia tanpa ekspresi dan sedatar Key. Papan triplek aja mungkin minder kalah datar sama Key.
"Maneh keliatan lebih cantik kalo ketawa, Key, duh ...," ucap Deden yang diikuti dengan rintihan karena perutnya yang sakit makan makanan pedas,
"Yang tadi itu sahabat urang dari Amerika, namanya Zea. Jadi gak usah cemburu, ya, Key sayang," ucap Deden mengelus lembut puncak kepala Key.
Key langsung menepis tangan Deden kasar, ia merasa tubuhnya aneh. Jantung Key seperti berdetak hebat, sepertinya ia punya penyakit jantung, pikir Key. Ia mencoba kembali menormalkan dirinya.
"Ehmm ... , nasib jomblo emang kalo gak dikacangin yaa dianggurin." Viera yang sedari tadi diam sambil makan ikut berkomentar karena merasa jadi setan antara mereka berdua.
"Hahaha ... , Si Cunguk Vino juga jomblo kadaluarsa noh, Ra. Mau, gak? nanti urang kasih gratis buat maneh," ucap Deden tertawa.
"Dihh males banget, gue tuh maunya pacar gue mirip Song Jong Ki, ya ... !" Viera menjawab sambil memakan baksonya yang hampir habis itu.
"Emang maneh mirip sama Song Hee Kyo, pengen yang kayak Song Jong Ki?" Sontak saja ucapan Deden itu membuat hati Viera terluka, tapi Deden ada benernya ... harusnya tadi dia minta sama Devano aja kan, lah?
"Urang izin yaa, Key, mau ke kamar mandi kayaknya diare nih."
Deden pun langsung pergi meluncur menuju kamar mandi tak kuat menahan lagi, Key menatap punggung Deden yang menjauh. Di pojok kantin seorang gadis berambut pirang sebahu menatap mereka yang berbincang dengan tatapan sendu dan tak suka.
"Emangnya Key mau nye**kin, segala minta izin?" ucap Viera yang masih kesal itu.
* * * * *
Jam pelajaran dimulai sebentar lagi, karena bel yang tengah berbunyi. Bukannya masuk ke kelas sendiri, Deden malah masuk ke kelas Key dan meminta Viera pindah tempat duduk ke depan. Bobby yang badannya gempal itu dia suruh pindah sebangku dengan Viera agar menutupi Deden dari penglihatan guru. Murid yang direnggut tempat duduknya itu mencari bangku kosong secara sukarela karena tak berani melawan Deden yang seorang pentolan itu.
"Jagain, Ra, Bob. Jangan sampe urang ketahuan disini."
Viera dan Bobby hanya mengangguk paham, Key pernah berpikir apa teman sekelasnya dicuci otak oleh Deden? Kenapa mereka semua mau ngelakuin apa saja yang disuruh sama Deden?
"Ya kalo gak mau ketahuan, lo jangan di sini Bambank!" Key menatap sebal Deden yang duduk di bangku sebelahnya sedangkan yang ditatap hanya menatap balik tak percaya.
"Maneh sakit, yaa, Key? Seharian ini jadi sering ngeluarin suara? Apalagi tadi ketawa, jangan-jangan maneh udah suka sama urang? Wah, harus selametan ini, harus ganti nama jadi Bambank sesuai yang Key bilang," ucap Deden dengan tatapan tak percaya.
Takk!
Key memukul kepala Deden dengan buku novelnya yang lumayan tebal, hingga ia meringis mengusap belakang kepalanya.
"Key urang mau bicara seriu-"
Bu Risma ' guru kimia' masuk hendak memulai pelajaran, Deden berusaha menyembunyikan diri di balik badan Bobby. Ia mengambil buku tulis Key dan mulai mencoret-coretnya, sedangkan guru sudah menjelaskan pelajaran di depan.
[Gambar lingkaran dengan garis-garis di sisi dan dua garis panjang di tengah menunjuk sisi]
Deden menggambar hal yang ingin ia sampaikan pada Key.
'Donat?' Tulis Key menjawab maksud gambar Deden.
[Gambar garis lurus ke bawah, garis lurus ke samping kanan, dua lingkaran di bawah garis lurus menyamping. Di kanannya sebuah segitiga dan kotak]
'Skateboard? barbel?' jawab Key lagi menulis di buku catatannya.
[Gambar sebuah bulatan besar ada bulatan kecil di tengahnya kemudian garis-garis lurus di atas bulatan]
'Piring?'
Key bingung, dengan gambar Deden. Kalau boleh jujur gambar deden itu seperti gambar anak TK yang baru saja belajar.
[Dua bulatan besar yang di bawahnya terdapat segitiga terbalik, ada kotak dan lingkaran besar di tengah]
'Apasih toa? Atau es krim?'
"Gambar pertama itu maksudnya jam, maneh pulang sekolah dianter sama urang. Gambar kedua itu motor, kita pergi nanti urang izin ke ibu maneh. Gambar ketiga itu Kafe, nanti kita ke kafe tempat urang kerja. Gambar ke empat itu dua orang yang lagi ngobrol, saya ada yang mau dibicarakan penting sama maneh, gimana sih maneh gak paham-paham," ucap Deden cukup lantang.
"Ya lagian elo, gambar kayak bertema abstrak gitu mana gue paham! Kenapa juga gak lo tulis aja, kenapa malah ngegambar?" jawab Key tak mau kalah.
"Oh, iya. Kenapa gak ditulis aja, ya?"
Wajah Deden seperti orang yang baru tersadar dari kebodohannya, wajah-wajah orang yang minta ditabok.
"Ogeb!" bentak Key sebal.
Bu Risma yang tadinya serius menjelaskan pelajaran menoleh ke arah bangku Deden dan Key, begitu juga teman sekelas Key.
"Kenapa kalian ribut-ribut di kelas saya? keluar! lari keliling lapangan sepuluh putaran!" ucap Guru di depan menahan amarah.
Key dan Deden terkejut, baru ingat jika ada guru di depan yang sedang mengajar. Mereka pun keluar kelas dan mulai berlari sesuai yang di perintahkan. Hanya mereka berdua yang berada di lapangan sedang berlari, tetapi tak sedikit siswa-siswa yang sedang dalam pelajaran kosong menyoraki mereka berdua.
'Asik ... so sweet'
'Prikitiw'
'Pasangan serasi woyy'
'Semangat-semangat'
'Lari dari kenyataan ya, mas, mba?'
'Berlari menuju pelaminan, mantap.'
Kira-kira seperti itu sorakan dari para siswa. Deden menggenggam tangan Key yang mulai kelelahan untuk berlari bersama, sedangkan Key yang tak sadar digenggam tangannya itu mati-matian menutup mukanya malu.
* * * * *
Di kelas XI IPS 5, Gibran, Vino, dan Zea yang sedari tadi mencari Deden yang tiba-tiba hilang seperti jin itu, melihat Deden dan Key yang sekarang sedang berlari di lapangan.
"Gibran, ithu yang lari sama Deden siapa?" tanya Zea pada Gibran yang berdiri di sebelahnya.
"Itu Key gebetan Deden dari orok, kenapa emang?"
"Oh, gak papa."
* * * * *
"Gaes tolong kasih krisan ya, Author lagi butuh semangat, tuh," ucap Key datar.
"Key ramah sedikit dong, Ayo senyum," bujuk Author.
"Bodo amat!"
"Baru kali ini, Author dimarahin cast, mohon krisannya yaa," ucap Author mengelus Dada.
Kamus Bahasa :
Urang\=Saya
Maneh\=Kamu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Ifha Yuniar
thor rajin promosi ya novelmu bgus kok
2021-01-05
1
Hareudang Panas
dedeeennn😆😆
2020-05-17
0
kartika puspitasari
seru bangettttttttttt keren ceritanya ihhh. semangat ya bikin ceritanya 😄
oh iya, jangan lupa mampir juga ya!
judulnya Blue Sweet Seventeen, fiksi remaja dengan tokoh utama Joshua Seventeen 😁
2020-03-31
1