Vernon POV
Mataku yang semula masih berusaha terbuka karena kantuk masih mendera terbuka dengan sempurna begitu aku melihat objek di depanku sedang duduk di sofa ruang tamu.
“ D - dokter Vernon"
“ Linzy "
Kenapa ada Linzy disini ? Siapa yang mengajaknya. Tidak mungkin kan dia datang sendiri.
“ Wow... Drama macam apa ini jadi kalian sudah mengenal satu sama lain" Verren sang pengacau suasana kembali berujar.
“ Kenapa kamu ada disini Linzy? Kau tak pergi ke sekolah?" tanyaku.
“ Aku yang membawanya kemari saat aku menemukannya menangis di taman komplek dekat sini tadi. Karena aku tidak mau terkena tuduhan yang tidak - tidak jadi aku membawanya kemari" jelas Verren.
“ Menangis ? " beoku.
“ Hum... Dia bahkan belum mau menjelaskannya padaku ketika kubertanya alasan mengapa ia menangis , karena sedari tadi yang diucapkannya hanya kata maaf setelah itu hanya hening" jelas Verren lagi.
Aku hanya menganggukkan kepalaku mendengar penjelasannya.
“ K - kenapa dokter Vernon ada disini ?" tanya Linzy.
“ Kau ini bicara apa ? Tentu saja dia disini. Dia kakakku dan ini apartementnya Linzy" Verren menyahut ucapan Linzy dengan sedikit ketus.
“ Hey Verren , jaga nada bicaramu " peringatku pada adikku yang satu itu.
“ Apa ? " katanya sok acuh.
“ Jadi kalian bersaudara?" tanya Linzy lagi.
“ Bukan. Kami sepasang kekasih" sahut Verren ketus. Linzy hanya menatap Verren dengan kesal.
“ Kau ini kenapa akukan hanya bertanya " kesal Linzy pada Verren.
“ Sudah kujelaskan bukan tadi , jika dia adalah kakakku. Kenapa kau masih bertanya? Dimana telingamu Linzy ?" Verren berujar dengan nada kesal.
Aku yang mendengarkan perdebatan mereka merasakan pening dikepalaku. Oh Tuhan sepertinya ini bukan hal yang baik jika menyatukan Linzy dengan Verren.
“ Kalian semua hentikan !" kesalku.
Mereka semua terdiam kala mendengar suaraku yang terdengar tidak bisa dibantah.
“ Nah , Verren kau bisa pergi terlebih dahulu , aku memerlukan waktu berdua dengan Linzy"
“ Tunggu - tunggu... Kau mengenalnya?" tanyanya.
“ Linzy adalah salah satu siswi di sekolah tempatku bekerja" jelasku singkat.
“ Oh pantas saja kau mengenalnya , tapi apakah dia pasien setiamu sepertinya kalian dekat" Verren mulai ingin tahu.
“ Hanya beberapa kali bertemu dan jika tidak salah aku bertemu dengannya dua kali di ruang kesehatan" jelasku padanya. Verren hanya mengangguk saja. Selebihnya ia masa bodoh.
Sedangkan aku melihat kearah Linzy ia sedang memperhatikan percakapan kami berdua sambil menikmati camilan yang disediakan pastinya.
“ Baiklah jika sudah paham tolong tinggalkan kami berdua. Bisakah?" pintaku pada Verren.
Ia segera pergi dan beranjak menuju kamarnya meninggalkan kami. Huh dasar anak itu selalu masa bodoh dengan orang sekitar.
“ Nah Linzy bisakah saya mengetahui mengapa kamu tak berangkat sekolah hari ini?" tanyaku meminta penjelasan.
Ia hanya diam sembari memilin. bajunya dengan kepala tertunduk entahlah dia seperti takut denganku , memangnya aku kenapa?
“ Tatap mataku saat bicara Linzy dan jangan menunduk" kataku tegas.
Ia sedikit mendongakkan kepalanya menatap kearahku terlihat dari raut wajahnya yang takut saat melihatku.
“ Nah sekarang bicaralah" titahku padanya.
“ Hanya sedikit masalah keluarga" balasnya.
Aku mengangguk mengiyakan jika aku bertanya lebih jauh padanya itu sama saja tak sopan karena itu adalah privasi seseorang. Lagipula aku tak memiliki hak untuk bertanya lebih jauh , memangnya siapa aku ?
“ Kalaupun kau ada masalah dengan keluargamu setidaknya jangan lupakan kewajibanmu sebagai pelajar Linzy" nasehatku padanya.
Ia hanya diam memperhatikanku mungkin dia sedang memikirkan perkataanku ini.
“ Maaf dokter aku hanya terlalu banyak pikiran dan terlalu perasa" sesalnya.
“ Terkadang kita harus mengesampingkan perasaan kita untuk hal yang lebih penting Linzy , sekalipun kamu sedang terluka" ujarku.
“ Mengesampingkan perasaan ?" tanyanya.
Aku mengangguk mengiyakan perkataanya.
“ Aku tidak mengerti masalah apa yang sedang terjadi di keluargamu , tapi aku tahu jika kau sedang merasa terluka sekarang" jelasku padanya.
“ Bagaimana kau tahu jika aku merasa terluka sekarang? " tanyanya ingin tahu.
“ Semuanya tergambar jelas dimatamu Zy" ucapku singkat.
Ia hanya diam terpaku di tempatnya.
“ Kesampingkan dahulu rasa sakitmu untuk hal yang lebih penting dan belajarlah menjadi kuat" semangatku padanya.
“ Terimakasih untuk nasehatnya dokter dan semangat yang kau tularkan padaku hari ini" katanya dengan senyuman yang senantiasa terukir di wajahnya yang cantik.
“ Sama - sama Linzy " balasku dengan teduh.
Vernon POV End
Hari ini aku merasa sedikit tenang setelah mendengar kata - kata dari dokter Vernon untukku , dia benar sekacau apapun keadaanku seharusnya aku tak melupakan kewajiban utamaku sebagai seorang pelajar.
Aku jadi menyesal tak pergi ke sekolah hari ini. Astaga kalau daddy tahu bagaimana ? Sungguh aku takut untuk kembali ke rumah saat ini. Bagaimana ya ? Aduh ya Tuhan tolong aku.
Aku mulai bergerak gelisah dalam dudukku dan sepertinya dokter Vernon memperhatikanku dengan mata elangnya.
“ Kau kenapa ?" tanya dokter Vernon padaku.
“ A-ah itu aku hanya... hanya itu dokter" jawabku gugup.
“ Hanya apa?" tanya dokter lagi.
Sungguh aku sangat gugup bagaimana caranya aku mengatakannya pada dokter Vernon.
“ A- aku.... aku takut dokter " jawabku dengan kepala menunduk.
“ Apa yang kau takutkan Linzy ?"
“ Aku takut pulang ke rumah , aku takut dimarahi daddy jika ketahuan membolos dokter " kataku dengan sangat ketakutan.
“ Hey , tenanglah Linzy jangan terlalu ketakutan seperti itu kau akan baik - baik saja" ujarnya dengan tenang.
“ Tidak dokter. Kau tidak tahu bagaimana daddyku jika marah denganku" ujarku padanya.
“ Memang bagaimana daddymu jika aku boleh tahu maafkan aku jika lancang " katanya.
“ Daddyku. Daddy sangat sering melarangku jika aku melakukan sesuatu yang aku suka dan aku dipaksa untuk menuruti keinginannya salah satunya menjadi juara kelas , tapi dia tidak pernah memperhatikanku ketika di rumah. Bahkan aku tak pernah diajak bicara. Tapi sekalinya bicara dia hanya membentakku" jelasku panjang lebar.
“ Jadi katakanlah kau merasa tertekan saat ini karena daddymu?" tanyanya memastikan.
Aku mengangguk mengiyakan perkataannya ya setidaknya aku mulai jujur dengan dokter tentang apa yang kurasakan selama ini.
“ Mengapa ?" tanyanya.
“ Mengapa apanya?" beoku.
“ Mengapa daddymu melakukan itu padamu ?"
Aku hanya menggelengkan kepalaku. Sungguh aku juga tak mengerti mengapa daddyku seperti itu ketika denganku. Berbeda sekali perlakuannya jika dengan kak Martin.
Ia hanya menghela nafas panjang melihat reaksiku.
“ Lalu kau mau bagaimana? " tanya dokter padaku.
Aku menggelengkan kepala tanda tak tahu. Jika aku menginap disini apakah itu wajar ? Semuanya laki - laki disini sedangkan hanya aku sendiri yang perempuan.
“ Tuhan tolong aku. Aku harus bagaimana?" mohonku.
Aku hanya termenung dalam kegelisahanku saat ini. Memikirkannya saja sudah membuatku merinding. Masalah jalan dengan Lionel saja daddy marah hingga sebegitunya , apalagi menginap di apartement seorang pria.
Sebenarnya aku bingung dengan daddyku , dia seperti tak pernah memperhatikanku tapi mengapa ia sampai mengetahui jika aku akan jalan dengan Lionel? Ini sungguh aneh , apa ada yang mengikutiku?
Entahlah semua ini membuatku pusing....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Author POV
Dilain tempat.....
Tok.... Tok.... Tok....
Terdengar suara pintu ruangan diketuk.
“ Masuklah" perintahnya.
Lalu masuklah seseorang dengan mengenakan pakaian serba hitam kedalam ruangan tersebut.
“ Bagaimana hasil dari pekerjaanmu ?" tanya sang atasan.
“ Saya sudah menemukan datanya tuan ternyata dugaan anda memang benar dia telah kembali"
“ Benarkah?" tanyanya.
“ Benar tuan ”
“ Hmm... Begitu ya lalu bagaimana dengan anakku?" tanyanya lagi.
“ Nona saat ini sedang diawasi oleh anak buah saya tuan dan saya dengar informasi terakhir dia sedang tak berada di sekolah namun sedang berada di apartement seseorang" jelasnya.
“ Apartement ?" beonya.
“ Iya karena dia ditemukan oleh seorang pria saat sedang berada di taman komplek sebuah apartement mewah dalam keadaan menangis"
“ Menangis di taman?"
“ Benar tuan”
Sang atasan hanya mengetukkan jarinya ke meja seperti memikirkan sesuatu.
“ Cari tahu seseorang yang membawa anakku ke apartement nya" titahnya pada orang kepercayaannya.
“ Baik Tuan , kalau begitu saya permisi "
“ Baiklah. Terimakasih kerjamu selalu memuaskan Felix"
Felix hanya tersenyum kemudian undur diri dan keluar dari ruangan tersebut.
“ Huffft.... Lionel sebenarnya apa tujuanmu kemari ? Aku harus menjaga putriku darimu agar tak masuk perangkap yang kau buat"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Masih di Apartement Vernon
Beginilah akhirnya karena Linzy masih bingung antara pulang dan tak pulang maka diambilah keputusan Linzy menginap di apartement Vernon hari ini tentu saja dengan seizin mommy nya Linzy. Gladys , ya tadi Vernon akhirnya memaksa Linzy untuk meminjam ponselnya dan Vernon meminta izin langsung pada mommy Linzy.
“ Tapi kan kamarnya hanya dua" tolak Linzy.
“ Lalu ?" jawab Vernon dengan wajah datar.
“ Mana bisa aku tidur di apartement kalian , kalian kan laki - laki "
Vernon dan Verren hanya saling pandang mendengar ucapan Linzy.
“ Makanya dengar dulu dan jangan asal bicara. Disini ada 4 kamar satu kamar kak Vernon , kedua kamarku , ketiga kamar orangtua kami dan yang terakhir ada kamar tamu paling ujung sana. Nah dan kau tidur di kamar tamu yang kusebutkan tadi. Mengerti nona?" ucap Verren dengan penuh penekanan.
“ Oh ada 4 kamar ya? Kenapa tak bilang daritadi ?" protes Linzy pada kakak beradik itu.
“ Bagaimana mau bilang jika kau sudah protes terlebih dahulu tanpa mau mendengarkan penjelasan orang lain. Dasar menyebalkan" gerutu Verren. Sedangkan Vernon hanya menahan tawa.
“ Aku tak menyangka kakakku berkenalan dengan makhluk yang tingkahnya hampir sama seperti alien"
“ Siapa yang kau maksud alien?" tanya Linzy.
“ Tentu saja dirimu , memang siapa yang paling tak waras disini selain dirimu? Masih saja pakai bertanya" sungut Verren.
“ Enak saja aku bukan alien tahu. Aku ini manusia" sungut Linzy.
“Whatever" balas Verren.
“ Hentikan kalian seperti bocah saja" kesal Vernon.
Keduanya langsung bungkam mendengar Vernon angkat suara.
“ Aku akan memasak makan malam , kalian harus bersiap - siap mandilah terlebih dahulu" katanya.
“ Mandi , tapi aku tak membawa pakaianku. Aku tak ada baju ganti" ujar Linzy memelas.
“ Tunggu sebentar " ucap Vernon kemudian pergi ke kamarnya. Tak berselang lama kemudian Vernon kembali dengan membawa kemeja ditangannya.
“ Pakai ini " Vernon memberikan kemeja pada Linzy. Sebenarnya itu kemeja lama yang sudah tak terpakai oleh Vernon.
Linzy menerimanya dan tampak menimang sejenak sepertinya kemeja ini terlalu besar untuknya.
Seolah membaca pikiran Linzy dokter Vernon pun kembali berujar.
“ Aku tidak tahu berapa ukuranmu jadi ya pakai saja seadanya. Itu kemeja lamaku yang sudah kekecilan" jelasnya.
“ Uhm... Baiklah terimakasih" ujar Linzy ia segera berlari ke kamar mandi.
“ Jujur saja aku sudah berpikir yang tidak - tidak nantinya setelah melihat penampilan Linzy sehabis ritual mandinya" kekeh Verren.
“ Hentikan pikiran kotormu Verren sana kembalilah ke kamarmu dan bersihkan dirimu. Aku akan menyiapkan makan malam" titah Vernon pada adiknya.
“ Baiklah - baiklah" jawab Verren kemudian beranjak menuju kamar untuk membersihkan diri.
Vernon sudah berada didapur untuk memasak makan malam hari ini dia memasak dengan lihai bak seorang chef profesional. Jika kalian bertanya mengapa bukan adiknya yang memasak jawabannya adalah karena Verren sedang malas melakukannya itu saja.
Tak lama kemudian Linzy sudah selesai dengan ritual mandinya dan pergi menuju meja makan. Jujur ia merasa tak nyaman dengan kemeja tersebut paha dan kaki jenjang miliknya sedikit terekspos.
“ Malam dokter bolehkah aku membantumu?" tanya Linzy pada Vernon.
“ Malam Linzy tentu saja bo - leh" Jawab Vernon sambil membalikkan badannya , agak terkejut dengan penampilan Linzy yang memakai kemeja nya sedikit kebesaran. Pahanya yang putih mulus sedikit terekspos belum lagi kaki jenjangnya. Mungkin saat ini Linzy terlihat sedikit.... Sexy?.
Author POV End
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Vernon POV
Aku sedikit terkejut melihat penampilan Linzy malam ini sial mengapa ia tampak begitu sexy dengan paha dan kaki jenjangnya yang terekspos?. Seketika aku merasa tubuhku menjadi panas tatkala melihat Linzy berpakaian seperti itu. Hey aku juga seorang pria dewasa normal jika kau lupa , mana mungkin jika melihat pemandangan seperti itu tidak terangsang. Oh ya Tuhan Vernon kendalikan dirimu dia masih dibawah umur dasar hormon sialan.
Aku berusaha menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan mencoba menutupi kecanggunganku padanya. Ya entah mengapa tiba - tiba atmosfir yang terjadi diantara kami berubah menjadi canggung.
“ Dokter ? " panggilnya.
“ Ah... I - iya Linzy " jawabku.
“ Dokter baik - baik saja?" tanyanya dengan nada ya.... Sedikit khawatir mungkin.
“ Ah iya aku baik - baik saja Linzy ada apa?"
“ Uhm... Bolehkah aku membantumu menyiapkan makan malam?" izinnya padaku.
“ Tentu tolong siapkan semuanya di meja makan tata yang rapi ya. Sebentar lagi masakannya sudah siap" kataku.
“ Baiklah " katanya bergegas menyiapkan meja makan untuk makan malam kami. Kulihat dia menatanya dengan hati-hati.
“ Dokter boleh aku bertanya?" ujar Linzy tiba-tiba.
“ Tentu " jawabku.
“ Apakah benar kak Verren itu adikmu dokter?" tanyanya.
“ Kenapa kau bertanya seperti itu Linzy?" tanyaku balik karena merasa heran dengan pertanyaannya yang ia ajukan.
“ Uhm... Tidak ada hanya saja aku merasa bingung jika kalian bersaudara kenapa kalian berbeda dari wajah dan sifatnya tentu saja"
Ujarnya dengan polos.
“ Hmm... Dia memang benar adikku dan memang banyak yang mengatakan jika kami bertolak belakang. Jadi ya wajar saja jika orang lain tidak percaya jika kami bersaudara" jelasku.
“ Maaf " ujarnya.
“ No prob. Perlu kau ketahui jika kau adalah sekian orang yang bertanya seperti itu" jelasku lagi.
“ Lagipula kenapa bisa berbeda?" tanyanya lebih lanjut.
“ Uhm... Entahlah walaupun saudara kandung tetapi tidak harus sama bukan?"
“ Kau benar mungkin itu berlaku juga untukku dan kakakku dokter" katanya dengan sendu. Aku tidak tahu ini hanya perasaanku atau bagaimana tapi yang jelas ia terlihat sedih jika membahas tentang keluarga.
Aku mematikan kompor karena masakannya sudah matang dan menghidangkannya dalam piring dan mangkuk. Kulihat Linzy yang masih setia dengan tatapan sedihnya. Lalu aku bergerak menghampiri Linzy dan memberikannya sebuah pelukan hangat.
“ Jangan bersedih Linzy " kataku. Aku merasakan bajuku yang basah sepertinya ia menangis lagi.
Aku membiarkannya sampai ia merasa tenang dengan mengusap punggung kecilnya berusaha memberikan ketenangan untuknya.
Setelah dirasa tenang aku merenggangkan pelukanku padanya dan menatapnya. Tatapan kami seolah terkunci satu sama lain , perlahan kudekatkan wajahku hingga tersisa beberapa centi saja tak lama bibir kami bertemu. Aku mengecup bibirnya pelan sedikit lama , dari kecupan biasa berubah menjadi ******* lembut. Kulihat Linzy sedikit terkejut namun tak lama ia juga memejamkan matanya menikmati ciumanku dan aku merasakan tangannya mengalung dileherku. Aku menggigit bibir bawahnya dengan spontan mulutnya terbuka dan kulesakkan lidahku kedalam mulutnya mengajak lidahnya berperang dan mengabsen setiap inci mulutnya.
“ Eunggh " dia melenguh di sela ciumannya. Cukup lama kami melakukan french kiss hingga terdengar suara yang terpaksa menghentikan kegiatan kami.
“ Homina...."
Vernon POV End
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Nenieedesu
jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak dinovel aq kak dear Handana
2023-06-13
0
@Risa Virgo Always Beautiful
Verren dan Linzy kenapa kalian hobi berantem
2023-02-07
0
rei chaby
karena aku menginginkan mu.. rawrrr... 😄
2023-02-06
0