Eungh.... Aku melenguh pelan. Pagi telah menyapa kucoba menggerakkan tubuhku tapi kenapa terasa berat ya ? Saat kesadaranku sudah kembali aku sedikit terkejut ada kak Martin disampingku , sejak kapan ya ? Entahlah.
Saat ini posisiku sedang berada dalam dekapannya tanpa sadar seulas senyum terbit diwajahku , kapan ya terakhir kali aku dipeluk oleh kakak ku sendiri , mengingat betapa sibuknya dia.
Sejujurnya aku sangat merindukan masa kecil kami , dimana aku sering menghabiskan waktu dengan kak Martin.
Tapi kini dia jarang mempunyai waktu berdua denganku , sungguh sedih sekali rasanya.
Berhubung ini akhir pekan jadi aku tidak terburu - buru untuk bangun dan lebih menikmati hangatnya pelukan kak Martin yang sudah lama tidak aku rasakan.
Segera saja aku menyamankan posisiku , tanganku terulur membalas pelukannya.
“ Jangan banyak bergerak , tetaplah diam , seperti ini " ucapnya.
Aku hanya diam dan mengelus kepala belakangnya.
” Baiklah aku diam " kataku.
“ Anak pintar "
“ Aku memang pintar "
“ Hmm.. Benarkah ? "
“ Iya tentu , karena dahulu aku mempunyai guru privat terbaik " aku berkata sambil tersenyum.
Kakak ku juga tersenyum mendengarnya.
“ Hanya dahulu ? Bagaimana jika sekarang ? " tanyanya.
“ Aku tidak tahu , dia terlalu sibuk jadi kami jarang belajar bersama " aku membalas dengan tenang walau sedikit ada rasa sedih dalam hatiku.
“ Maaf jika kakak tidak ada waktu untukmu , Linzy "
“ Apa kau merasa kesepian ? "
Aku hanya menganggukkan kepalaku , aku memang tak pandai berbohong jika dengan kak Martin , walaupun aku sudah berusaha keras untuk menutupinya.
“ Sekali lagi kakak minta maaf ya , bagaimana jika kita menghabiskan hari ini hany berdua ? "
“ Sungguh ? "
Kak Martin hanya menganggukan kepalanya.
“ Lalu bagaimana dengan daddy ? "
“ Daddy ? "
“ Aku takut daddy marah karena mengganggu waktumu bekerja "
“ Apa maksudmu , ini akhir pekan bukan ? "
“ Eum "
“ Berdoalah terlebih dahulu sebelum memulai aktivitas " peringat kakakku.
Aku hanya memberikan hormat padanya.
“ Baiklah aku akan keluar dan mandi , kau juga "
Kakakku keluar dari kamarku.
“ Tuhan terimakasih untuk pagi yang indah dan penuh berkat ini. Aku bahagia sekali karena akhirnya aku dapat menghabiskan waktu dengan kakakku. Terimakasih Tuhan telah mengabulkan doaku "
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Setelah menghabiskan waktu untuk membersihkan diri , kini mereka bersiap untuk jalan - jalan akhir pekan.
“ Kau mau kemana hari ini akan kukabulkan "
“ Bagaimana jika kita ke taman bermain , tempat kita bermain waktu kecil dulu "
“ Mau kesana ? "
“ Eung.."
“ Oke ayo berangkat "
Kami berangkat menuju taman menggunakan sepeda aku membonceng kakakku. Rasanya aku senang sekali. Sesekali menikmati angin yang berhembus menerpa wajahku.
“ Sudah sampai , turunlah "
Aku turun dari sepeda karena ini akhir pekan maka tidak heran jika suasana taman ini ramai banyak keluarga yang piknik di taman ini.
“ Kak , Zy mau naik itu " aku menunjuk ayunan yang ada di taman tersebut.
“ Yaudah ayo "
Kami berjalan menuju ayunan aku duduk di ayunan tersebut kemudian kak Martin mendorongnya.
“ Huaaaa.... Pelan - pelan kak "
“ Yah , ini udah pelan lo dek "
“ Nanti jatuh "
“ Gaklah , percaya sama kakak "
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Setelah lelah bermain kita berdua sedang mengantre di penjual es krim yang ada di taman.
“ Pak saya pesan 2 es krim rasa cokelat sama vanilla ya " pesan Martin.
Penjual itupun sedang membuatkan pesanan mereka setelah beberapa saat kemudian es krim mereka telah siap.
“ Nih es krim kamu , cokelat sesuai kesukaan kamu "
“ Yeay , thank you kak "
Mereka menikmati es krim sambil duduk dibangku taman tersebut.
“ Kak , makasih ya udah luangin waktu untuk Linzy "
“ Sama - sama dek , maafin kakak kalo gaada waktu buat kamu , mulai sekarang kakak bakal usahain ada waktu untuk kamu dek"
Akupun merasa sangat bahagia dan tak mampu menahan tangis haru.
“ Utututu..... Adek kakak yang cantik ini nangis , kasihan nya "
“ Uhh.... Hiks.... Srooot..... "
“ Ihh , jorok dek cantik - cantik keluar ingus " kak Martin meledekku.
“ Ihh... Biar yang penting aku masih cantik " kataku dengan pede-nya.
“ Sudah , ah pulang yuk " ajak kak Martin.
“ Iya "
Selesai makan es krim aku dan kakak bergegas pulang ke rumah , dari sini aku percaya dengan istilah
“bahagia itu sederhana " memang sangat sederhana , hanya sekedar jalan - jalan ke taman komplek berdua dengan kak Martin , aku sudah merasa bahagia.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hari ini hari minggu , ya masih akhir pekan , jika kemarin Linzy dan Martin menghabiskan waku berdua di taman komplek , kali ini mereka akan ke gereja untuk beribadah tak lupa dengan kedua orangtua mereka.
Suasana di gereja hari itu sangat ramai , banyak umat yang beribadah disana. Linzy sedang bertugas menjadi menjadi anggota paduan suara untuk misa hari minggu.
Ia sedang berada di depan menyanyikan mazmur pujian.
Vernon POV
Hari ini aku sedang beribadah di gereja , suasana gereja ini sangat ramai karena banyak yang beribadah disini. Aku memang rajin beribadah karena sudah ditanamkan dari kecil kebiasaan ini. Saat mazmur pujian sedang dilantunkan aku merasa sangat tenang , karena suara merdu dari penyanyi yang bertugas. Aku penasaran belum pernah aku mendengar suara semerdu ini.
Atensiku merasa teralihkan pada seorang gadis yang sedang melantunkan mazmur pujian tersebut.
“ Linzy " gumamku.
Sungguh aku tak tahu jika suara Linzy semerdu dan sebagus ini dan aku juga tak mengerti jika ia bisa menyanyi.
Mendengar suaranya yang merdu membuat hatiku merasa tenang.
Vernon POV End
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Misa sudah selesai aku merasa senang dapat melaksanskan tugasku dengan baik hari ini. Walaupun hanya melakukan tugas yang sederhana namun aku senang melakukannya.
Saat hendak keluar dari gereja pundakku terasa ditepuk oleh seseorang.
Puuuk....
Aku menoleh ternyata ada dokter Vernon dibelakang ku.
“ Suara yang indah " katanya padaku , lalu ia berjalan mendahuluiku dan pergi duluan , aku bingung dia kenapa ya ? Apa maksudnya tadi ? Apa dia memuji penampilanku?
“ Kamu liatin siapa dek ? " tanya Kak Martin. Aku berjengkt kaget.
“ Ahh... Kakak ngagetin aja " sungutku.
“ Kamu lihatin siapa kok daritadi arah pandangnya ke sana terus ? "
“ Enggak , gak ada kok kak "
“ Serius ? "
“ Iya serius kak "
“ Yaudah ayo pulang "
Kak Martin menggandeng tanganku kami naik motor berbeda dengan orang tuaku yang lebih memilih naik mobil.
Jika kalian bertanya kenapa tidak bersama , itu karena kakakku yang memilih untuk memisahkan diri.
“ Pegangan yang erat " kata kakakku , ia menarik tanganku untuk dilingkarkan ke perutnya , lalu melajukan motornya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Malam ini aku sedang belajar di kamarku , entah kenapa rasanya aku ingin menulis.
Ingin rasanya ku menjadi melodi...
Yang mengalun untuk semua orang
Menjadi pengiring setiap langkahnya
Menjadi penghias hari - harinya
Ingin rasanya ku menjadi pelangi
Yang selalu melengkung dengan indahnya.....
Bak senyuman semua orang yang sedang berbahagia...
Menjadi hiasan indah diwajah mereka...
Ingin rasanya ku menjadi matahari....
Yang selalu bersinar dengan cerahnya....
Yang mampu menyinari hari - hari manusia.....
Dan menghangatkan hatinya.....
Semoga.....
Akan tiba saatnya....
Aku akan menjadi sebuah melodi
Aku akan menjadi pelangi...
Dan aku menjadi matahari....
Bagi mereka semua...
Kututup bukuku dan kupejamkan mataku dalam hati aku berdoa semoga mimpiku terkabul.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sekolah.... Ya sekolah esok sudah kembali datang dan aku harus kembali ke sekolah. Saat ini aku sedang berada di gua Maria yang ada di sekolah. Aku ingin menyendiri disini , Glory tidak masuk karena sakit. Haish... Membosankan sekali.
“ Kamu sendirian ? "
Aku mendongakkan kepalaku hendak melihat siapa yang berbicara ternyata dokter Vernon.
“ Dokter sedang apa disini ? " tanyaku.
“ Saya , hanya melihat - lihat , kamu sendiri? "
“ Saya cuma pengin sendirian disini"
“ Hmmm , kenapa ga gabung sama yang lainnya ?"
“ Ga "
Vernon terdiam sejenak sambil memandang langit.
“ Btw , suara kamu kemarin merdu , apa kamu pandai menyanyi "
“ Pandai ? Saya rasa tidak hanya sekedar hobi "
Vernon hanya tersenyum sambil memandangi langit.
“ Kenapa kamu ga mendalami lagi bakatmu , Linzy ?"
“ Mendalami ? Eh ? Saya hanya takut jika daddy saya tak setuju "
“ Ga setuju ? Sayang sekali padahal suara kamu buat saya candu " Vernon berkata sambil menjauhiku.
“ Hah , apa katanya tadi ? Candu ? Apa dokter tadi bercanda ?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Saat ini sedang dalam kegiatan belajar mengajar dan ya sedang free class. Aku sedang duduk dibangku ku karena Glory tidak masuk sekolah hari ini , jadi aku sendirian.
Tiba - tiba Aletta dan kawan - kawannya datang menghampiriku dan dengan seenak jidatnya menggebrak mejaku. Cih , dia pikir siapa dia ? Seenaknya saja.
“ Linzy , nanti sore kamu mau ikut kita gak?" tanya Aletta.
“ Memangnya kemana ? Tumben banget kalian ajakin aku ? " balasku.
“ Eum , tapi ini beda , hari ini aku ngadain party dan semuanya , aku undang " jelasnya.
Aku hanya mengangguk dan berdiri kemudian berjalan menuju Aletta.
“ Aku mau ngucapin makasih banyak banget sama kamu yang udah mau undang aku ke party mu , jujur aku agak sedikit tersanjung sama undanganmu , tapi maaf ya aku ga datang karena aku ga tertarik " ucapku seraya berbisik ketelinganya dan meninggalkan dia yang mematung di tempat ia berdiri.
“ Sialan , dia pikir dia siapa bisa menolak ajakanku ? " geramnya.
Aku tahu dia masih mengumpatiku karena aku menolak undangannya , namun aku juga tahu dia mengundangku hanya untuk mempermalukan aku dihadapan umum. Dunia memang sangat kejam terhadapku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Vernon POV
Suasana UKS saat ini sedang sepi ya syukurlah , berarti anak - anak disini sedang dalam keadaan sehat selain itu aku bisa sedikit lebih bersantai sembari memeriksa dokumen - dokumen penting , ada yang tanya siapa aku ? Tentu saja aku seorang dokter tapi aku bukan dokter biasa , masih ada yang penasaran ? Itu akan terjawab nanti entah kapan hehe....
Sekolah ini lumayan fasilitasnya lengkap suasananya asri kualitasnya juga tidak main - main.
Aku agak sedikit terkejut dengan suara pintu UKS yang tiba - tiba terbuka karena aku penasaran aku menengok sekilas siapa yang membuka pintu.
Ah gadis itu... Gadis yang tak ada senyum diwajahnya. Apa yang dilakukannya ? Dia hanya berbaring , apa dia sakit ?
Aku masih memperhatikannya dari balik tembok dia menghela nafasnya berulang - ulang nampak seperti tidak nyaman. Apa yang sedang dipikirkannya?
Kulihat dia mengeluarkan buku dan sebuah pulpen sepertinya gadis ini tengah menulis sesuatu.
Saat dia sedang asyik dengan dunianya sendiri karena menulis aku menyapanya namun sepertinya ia nampak terkejut.
“ Sedang apa kau disini Linzy ?"
“ Ahh , maaf dokter aku hanya sedang menenangkan pikiranku "
“ Dengan cara membolos seperti ini ?"
“ Ti - tidak aku tidak membolos kok ini hanya sedang free class "
“ Walaupun free class tapi sama saja masih masuk jam pelajaran bukan ? Itu artinya kau membolos "
Aku melihat dia memasang wajah merengut seperti anak umur 5 tahun yang tak mendapatkan permen , sangat lucu sih tapi... Ah sudahlah.
Dia masih setia memainkan jarinya sembari menundukkan kepala. Oh ayolah dia ini sebenarnya umur berapa , kenapa terlihat menggemaskan sekali seperti anak - anak yang takut dimarahi ibunya.
“ Ingat ya , free class bukan berarti membolos Linzy " tegasku.
“ Ba - baik dok. Dokter sendiri tidak bekerja ? " tanyanya dengan polos.
“ Aku bekerja "
“ Tapi aku tidak melihat kau bekerja dokter "
Sabar Vernon sabar......
“ Hari ini tidak ada pasien , tapi bukan berarti aku tidak bekerja anak kecil "
“ Aku bukan anak kecil , jangan panggil aku anak kecil paman " sungut Linzy.
“ Aku bukan pamanmu Linzy "
“ Terserah "
“ Lalu apa yang kau lakukan disini ?"
“ Sudah kubilang menenangkan pikiranku "
“ Kau ada masalah ya? "
Ok baiklah dia hanya diam.
“Aku tidak mau cerita dengan orang asing " katanya.
Orang asing katanya hei aku tak pernah melihatnya dekat dengan siapapun. Kecuali dengan gadis yang selalu bersamanya saja. Sebenarnya dialah yang mengasingkan diri. Vernon hanya menghela nafas lelahnya.
“ Cobalah berbaur dengan yang lain Linzy , itu tidak seburuk yang kau pikirkan "
Gadis didepanku hanya tersenyum kecil sambil mengayunkan kakinya.
“ Apa kau pernah merasakan kepalsuan seseorang dokter? " tanyanya padaku.
“ Ap - apa maksudmu ? Kepalsuan seseorang ? " tanyaku balik.
“ Iya , kepalsuan. Mereka baik padamu hanyalah topeng , sesungguhnya mereka membencimu , bahkan tak pernah menganggapmu ada" jelasnya.
Bagaimana ia bisa berpikiran seperti itu layaknya orang dewasa saja.
“ Aku tak tahu Linzy , semoga saja tidak " jawabku.
Linzy turun dari brankar nya dan pamit meninggalkan UKS.
Aku yang hendak kembali ke meja kerjaku , langkahku terhenti ketika melihat buku Linzy.
Buku ini .... ?
Vernon POV End
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku melangkah keluar dari ruangan UKS karena aku tidak mau dikira membolos oleh dokter. Huh padahal kan aku hanya ingin menenangkan diri dari masalah hidupku yang pelik.
Namun itu salahku juga sih , kenapa juga aku keluar pada saat jam *** berlangsung walaupun free class. Tapi ah ya sudahlah untung saja dokter itu tidak melaporkannya ke guru BK , Jika sampai hal itu terjadi maka habislah aku , pasti daddy akan marah lagi denganku.
Sekarang aku bingung aku harus melakukan apa , ini terlalu monoton aku sungguh - sungguh bosan kenapa juga Glory tidak masuk hari ini.
Tetapi sebentar.......
Eh dimana bukuku ? Kenapa aku tak membawanya ? Aduh kuletakkan dimana ya tadi....
Satu.....
Dua.....
Tiga.......
Ahhh jangan bilang aku meninggalkannya di UKS , aduh bagaimana ini....
Ahh Linzy kenapa juga kamu ceroboh , semoga saja dokter tidak menyadari ada bukuku diruangannya.
Vernon POV
Buku kecil yang hampir mirip dengan diary ini tergeletak dikasur. Apa ya isinya ? Kulihat dan kubuka diary itu. Setelah kulihat - lihat sebenarnya buku ini lebih cocok disebut dengan kumpulan puisi daripada diary.
Bintang....
Orang bilang jika memandangmu....
Kau dapat mengabulkan harapan
Jika memang benar adanya
Bolehkah aku meminta
Secercah harapan padamu
Tapi....
Sebelum ku berharap
Bolehkah ku bertanya
Apakah aku boleh memiliki harapan
Berikanlah aku izin untuk berharap
Hanya padamu
Bolehkah aku mengharapkan
Suatu kebahagiaan padamu
Yang kau datangkan hanya untukku...
Wahai bintang harapan Linzy.....
Apa dia tidak merasa bahagia selama ini ? Linzy kau selalu membuatku penasaran Linzy.
Aku bak setangkai mawar putih bagimu.....
Yang tak pernah kau petik dan dibiarkan menganggur di pohonnya...
Jangankan untuk dipetik... dilirik pun tidak....
Kau lebih memilih fokus dan terpikat padanya....
Si mawar merah....
Yang mampu membuatmu bangga
Yang mampu memenuhi seluruh harapanmu....
Sedangkan aku....
Mungkin aku akan terjebak disini hingga layu....
Apa kau hidup dibawah tuntutan Linzy ? Kira- kira siapa yang melakukan itu padamu ?
Rumah Linzy.....
Aku sudah pulang dan telah sampai di rumah saat ini , tepat berada di ruang tengah ada daddy sebenarnya , namun dia tidak menyapaku. Hatiku teriris melihatnya sampai kapan daddy akan mengacuhkanku ? Aku pun juga anaknya.
“ Kamu sudah sampai sayang ?"
“ Hmm... Sudah mom "
“ Ya sudah kamu buru ganti baju setelah itu istirahat makan siang ya"
Aku segera pergi melangkahkan kakiku menuju kamar , aku masih bisa bersyukur meski daddy tidak pernah memperhatikanku setidaknya mommy ku menjadi malaikatku saat ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
“ Mas Andrew , aku benar - benar ga habis pikir sama kamu ya , kamu anggap Linzy sebagai orang asing disini. Padahal dia itu anak kamu , darah daging kamu mas. Sampai kapan kamu mau acuhkan dia huh" ucap Gladys emosi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Lagi - lagi aku harus mendengarkan percekcokan antara mommy dan daddy. Sampai kapan mereka akan seperti ini , hatiku terasa perih ketika mendengar mereka mulai bertengkar karena aku.
Tuhan jika boleh aku mohon jemputlah aku sekarang juga.....
Entah kenapa tiba - tiba dadaku terasa sesak , nafasku mulai tak beraturan dan udara terasa menipis. Kepalaku pusing dan seketika semuanya menjadi gelap.
.
.
.
.
.
.
Andrew POV
Hufffft..... Lagi - lagi aku harus terlibat cekcok dengan sang istri. Apakah ini semua harus terjadi setiap hari ? Jujur aku lelah jika setiap hari harus berdebat dengan istri sendiri , apalagi jika itu membahas tentang anak. Aku rasa aku sudah melakukan hal yang benar.
“ Mas kamu tuh dengerin aku ngomong gak sih "
“ Kenapa lagi sih Dys , apa aku salah ? Kayanya aku selalu salah dimatamu jika menyangkut Linzy"
“ Yaudah jelas kamu salah. Selama ini kamu terlalu membeda - bedakan antara Martin dan Linzy "
“ Aku gak membeda - bedakan "
“ Kalau kamu ga membeda - bedakan kenapa selama ini kamu diam saja jika berhadapan dengan Linzy ? Apa kamu bisu mas ? Sedangkan dengan Martin? "
Aku hanya diam membiarkan istriku bicara.
“ Udah ya mas aku capek ngomong sama kamu "
Istriku meninggalkanku di ruang keluarga sendirian. Ahh... Sampai kapan ini selesai , aku lelah. Eh tapi bukannya Linzy belum makan siang ? Dia sudah disuruh turun oleh mommy nya , namun kenapa belum turun juga ?
Aku beranjak menuju kamar Linzy mengetuk pintu namun tak ada sahutan. Kuulang lagi namun selalu seperti itu. Kemudian kubuka pintunya perlahan aku menemukan Linzy tergeletak dilantai.
“ Linzy , kenapa kamu tidur disini bangunlah hey ! "
Tidak ada sahutan. Kutepuk pipinya tidak ada sahutan juga.
“ Linzy , bangunlah nak. Kamu kenapa sayang ? Tolong jangan buat daddy khawatir "
Aku segera menggendong Linzy ala bridal dan merebahkannya di tempat tidur. Sepertinya ia pingsan lagi. Segera saja kutelepon dokter pribadiku segera.
Apa penyakitnya kambuh ?
“ Halo , dokter bisa kau kemari sekarang ?"
“…......"
“Putriku pingsan dikamarnya "
“........ "
“ Baiklah aku tunggu 15 menit "
Aku menunggu kedatangan dokter yang kutelepon tadi , tak lama istriku masuk.
“ Yaampun Linzy kamu kenapa nak ? Mas apa yang terjadi sama Linzy ?"
“ Aku gak tahu , sepertinya dia pingsan , kamu tunggu Linzy ya. Aku tunggu dokter di depan "
Istriku mengangguk.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dokter yang datang memeriksa keadaan Linzy.
“ Bagaimana keadaan anakku?"
“ Sudah kuduga Andrew , sepertinya sakitnya kambuh. Jantungnya melemah. Usahakan Linzy jangan sampai kelelahan "
Aku sudah kehilangan kata - kataku.
“ Lantas bagaimana?"
“ Andrew , tak perlu khawatir aku sudah meresepkan obat untuknya. Sebentar lagi ia akan sadar "
Aku menghela nafas lega
“ Baiklah kalau begitu aku pamit , kau jangan sampai terlalu lalai Andrew , dia anakmu "
“ Ahh... Aku mengerti , baiklah hati - hati di jalan"
Gladys mengantarkan dokter Lucianno kedepan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
“ Jangan pernah sakit nak , jangan pernah patah semangat daddy khawatir sama kamu sayang "
Aku mengelus surainya dan mengecup keningnya dengan sayang.
“ Get well soon my princess. Maaf jika daddy selama ini kasar sama kamu sayang. Daddy hanya bingung bagaimana cara daddy menunjukkan rasa sayang daddy padamu"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Nenieedesu
udah aku like dan favoritkan kak
2023-06-13
0
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀MD.HIAT💜⃞⃟𝓛
semangat selalu biar 💪💪 author
2023-04-07
0
🥀
mak mampir nel. cus kesiniii. semangatttt nulisss. sukses selalu
2023-03-12
0