3

Vernon masih membaca diary Linzy yang ia temukan di brankar UKS sekolah.

Apa perbedaan antara aku dan dia?

Mengapa semuanya sangat terasa

Walau aku belum bisa menemukan jawabannya......

Ia seperti berlian bagimu

Dan aku hanya butiran debu yang tiada berarti......

Kau melindunginya seperti malaikat yang melindungi umat manusia...

Sedangkan aku.....

Kau menelantarkan aku seperti tuan yang menelantarkan peliharaannya...

Hatiku terlalu sakit dengan perlakuanmu....

Bak belati tajam yang menghujam jantungku.....

Namun apalah dayaku ?

Yang hanya mampu tersenyum dengan sendu sambil memandangmu.....

Karena masih ada secuil cintaku untukmu....

Wahai malaikat yang tak pernah menganggapku......

Vernon merasa pilu saat membacanya , aku harap gadis itu baik - baik saja , gumamnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Aletta pergi ke UKS sekolah untuk menemui dokter Vernon.

" Hai dokter , selamat siang "

" Siang "

" Saya Aletta dari kelas XI IPS1 "

" Saya Vernon , ada perlu apa ?"

" Apa dokter sibuk ? "

" Tidak. Memangnya kenapa?"

" Eum , begini dokter saya mengadakan party , maka dari itu saya mengundang dokter secara khusus "

Vernon hanya mengangguk mendengarnya.

" Maaf Aletta , saya memang tidak sibuk untuk saat ini tidak tahu nanti. Kapan acaranya ?"

" Jam 19.00 "

" Maaf saya tidak bisa , saya ada jadwal jaga malam di RS. Terimakasih atas undangannya "

" A - ah iya dokter tidak masalah saya mengerti "

" Maaf membuatmu kecewa "

" Ah... Tidak dokter. Kalau begitu saya permisi " pamit Aletta.

" Baiklah. Silahkan "

Aletta keluar dengan perasaan kecewa dan menghentakkan kakinya.

" Bagaimana apa kamu sukses ?" tanya Cilla.

" Sukses apanya , dia menolak ajakan ku " sungut Aletta.

" A - apa ???? Bagaimana mungkin selama ini tidak ada laki - laki yang menolak ajakanmu Letta " ucap Lala.

" Benar.... Ini baru yang pertama kali sulit dipercaya " sahut Cilla.

Aletta merasa frustasi ia mengusak rambutnya.

" Ahhh.... Padahal dia yang kuincar. Kenapa dia menolakku ? Apa kurangku ?" teriak Aletta frustasi.

Kedua sahabatnya hanya menepuk pundak Aletta berusaha menenangkannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kediaman Linzy

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinaku. Silau sekali.

" Jam berapa ini aku masih dikamar ? "

Kulihat jam pada handphone ku menunjukkan pukul 18.00.

Astaga apa yang terjadi kenapa tiba - tiba hari sudah sore ?

Ceklek.....

Kak Martin memasuki kamarku.

" Sudah sadar rupanya "

" Kakak sudah pulang ? , Sadar ?"

" Kamu gak tahu ? Kamu tadi sempat gak sadarkan diri. Mommy yang kasih tahu kakak. Makanya kakak langsung pulang "

" Selama itu ? "

Kak Martin mengangguk.

" Ayo keluar kita makan. Kakak akan gendong kamu Zy "

Kak Martin menggendongku ala koala menuju meja makan. Sungguh aku merasa ini saat - saat terfavoritku bersama kakak. Disana sudah ada Dad & Mom.

" Zy , kamu makan dulu nak sudah beberapa jam kamu pingsan setelah pulang sekolah. Belum sempat makan kan ?"

" Yes , Mom "

" Apa kamu sudah kuat ? Jika belum sini kakak suapi "

" Ahh.... Aku sudah merasa lebih baik. Jadi Zy makan sendiri "

Kak Martin mengangguk dan makan dengan tenang.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pagi telah menyapa dengan indahnya. Aku bersiap untuk berangkat sekolah.

" Sayang , kamu yakin kamu kuat. Kalau tidak , istirahat saja di rumah"

" I'm okay mom "

Mommy ku tersenyum hangat sambil menatapku.

" Hari ini kamu diantar sopir saja ya?" kata Mommy.

Kak Martin menyela.

" Gak , biarin Zy berangkat sama Martin aja " ucap kak Martin.

" Serius kak?"

Ia hanya mengangguk dan tersenyum.

" Tumben sekali tuan muda Martin mau mengantar princess mommy "

Kak Martin memutar bola mata malas dan mendengus kesal. Aku hanya tersenyum.

“ Apa aku salah antar adikku sendiri ?"

“ Enggak sih. Tapikan biasanya kamu sibuk banget kaya daddy kamu " sungut mommy.

“ Mom , aku juga mau berusaha ada buat adikku "

“ Mom percaya sama kamu Martin. Jaga adikmu ya " sahut mommy.

“ Kami berangkat dulu " pamitku dan kak Martin. Kami mencium tangan mommy dan daddy, namun saatku hendak mencium tangan daddy , daddy melihat kearahku. Aku mendadak gugup dengan tatapan yang dilayangkan daddy.

“ D - dad aku berangkat dulu "

“ Hmm... "

Aura daddy membuatku takut dan itu membuat mommy menghela nafas kasar.

“ Zy , cepatlah berangkat tidak perlu menghiraukan daddy mu " ucap mommy.

Aku dan kak Martin berangkat.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Aku telah sampai di sekolah. Memang saat ini belum ramai karena masih pagi , hanya ada beberapa siswa / siswi saja.

Kuletakkan tasku di bangku ku dan aku mencoba pergi keluar berjalan melihat - lihat kawasan sekolah.

Udara pagi ini lumayan dingin jadi kugunakan sweater ku sebelum bel masuk kelas berbunyi.

Kulihat sebuah bangku yang tak jauh dari tempatku berdiri , kebetulan bangku itu berada di taman.

Kulangkahkan kakiku menuju bangku dan aku melihat berbagai bunga dan tanaman lain disana , wah indah sekali.

Aku duduk di bangku taman tersebut kuayunkan kakiku seperti balita yang sedang duduk dibangku.

“ Kau sudah berangkat rupanya " celetuk seseorang dengan tiba - tiba.

Astaga aku terkejut.....

“ Dokter , kau membuatku terkejut "

“ Hahahaha... Benarkah ? Maaf ya "

Aku hanya mendengus tak suka.

“ Kenapa berangkat pagi. Tumben sekali ?" katanya.

“ Apa tumben katanya. Heol dia saja yang tidak tahu. Dasar"

“ Aku selalu berangkat pagi dokter , asal kau tahu "

“ Sayangnya aku tidak tahu " kekehnya.

Kenapa dia menyebalkan sekali sih ? Uhhhhh.......

“ Terserah "

Dia memandang burung yang terbang di langit. Matanya terlihat menerawang jauh diatas sana.

“ Linzy "

“ Ya dokter ? "

“ Kau lihat burung diatas sana ?"

“ Lihat "

“ Mereka pasti tidak kesepian bukan , karena selalu bersama"

Aku memandang burung yang terbang diatas sana sama seperti yang dilakukan dokter Vernon.

“ Kau benar dok " jawabku sambil tersenyum.

Dokter Vernon melihat kolam ikan dan berjalan kearah kolam tersebut.

“ Linzy, bisa kau kesini sebentar?" pintanya padaku.

Aku berjalan ketempat dokter Vernon dan berdiri disampingnya.

“ Kamu lihat ikan di kolam tersebut? Apakah mereka semua adalah ikan yang sama? " tanyanya.

“ Tidak " jawabku.

Ia tersenyum lembut sembari menepuk pundakku , lalu membalikkan badanku kearahnya.

“ Kamu tahu Linzy , terkadang sebuah perbedaan bukanlah suatu kekurangan , bisa jadi itu menjadi kelebihan " terangnya padaku.

Aku tak mengerti apa maksudnya dokter Vernon tiba - tiba bicara begini?

“ Maka dari itu kamu jangan berkecil hati jika orang lain menganggapmu berbeda dari mereka " nasehatnya padaku.

Aku tersenyum getir entah kenapa tiba - tiba ada airmata menggenang dimataku. Tanpa seizinku airmata itu terjun bebas dari mataku.

Hiks.... Isakku.

Greep.....

Aku sudah masuk dalam dekapan dokter Vernon , ia memelukku. Pelukan yang terasa hangat dan menenangkan.

Ia menghapus airmataku menggunakan ibu jarinya.

“ Jangan bersedih hingga membuatmu menangis dan merasa terluka , hanya kamu berbeda. Justru karena kamu berbeda , kamu terlihat istimewa " tuturnya lagi.

Dokter Vernon memetik setangkai mawar putih dan diberikannya padaku.

“ Jika orang lain memilih mawar merah sebagai bunga favorit mereka, maka aku akan memilih bunga mawar putih sebagai favoritku. Karena ia melambangkan ketulusan dan apa adanya. Tidak pernah menuntut dan menjadi yang lain"

Aku begitu terharu mendengar perkataannya yang begitu menyentuh dan membuatku merasa tak pernah sendirian lagi.

“ Terimakasih dokter atas nasehat dan perhatian mu , aku harap aku tak akan pernah merasa sendirian lagi" ucapku tulus.

“ Kamu tak pernah sendirian Linzy. Ada saya , juga Glory yang selalu setia sama kamu juga ada keluargamu" jelasnya.

Aku tersenyum.

“ Ini bukumu " katanya sambil menyerahkan buku diary ku.

“ Ini buku saya , kenapa bisa ada di dokter? " tanyaku heran.

“ Kamu menjatuhkannya di UKS "

Omo..... Apa dia melihat isi buku ini ?

“ Kenapa kamu merasa gelisah?" tanya dokter Vernon.

“ Dokter tidak melihat isi buku ini kan ?"

Ia tersenyum dan mengusak pelan rambutku kemudian meninggalkanku sendirian ditaman.

“ Eh , apa yang dilakukan dokter Vernon tadi , astaga Linzy "

Pipiku memerah.....

.

.

.

.

.

.

.

.

“ Linzy , kamu kemana aja ? Aku nyariin kamu loh daritadi " Glory sepertinya kelimpungan mencariku. Aku hanya menghela nafas mencoba untuk tenang.

“ Aku hanya ada di taman sekolah tadi. Ada apa kamu nyari Glo " tanyaku.

“ Aku shock tas kamu ada , tapi ga ada pemiliknya. Aku kira kamu tadi kemana , bilang dong Zy , kalau di taman tuh " cemberut Glory.

Aku mencoba sabar menghadapi sahabatku yang kelewat hiperaktif ini. Oh ya Tuhan.

“ Eh , sebentar matamu bengkak ? Kamu habis nangis ? Kenapa ? " tanya Glory secara beruntun.

“ Aku gapapa Glo... Aku hanya kelilipan aja sungguh Glo. Tak usah berlebihan lah "

“ Aku hanya khawatir padamu princess. Kau ini kan harus dijaga dengan baik. Seperti barang antik "

“ Yakkkk...... " teriakku.

.

.

.

.

.

Aletta dan teman - temannya memasuki kelas dan menuju kearah mejaku , dengan kasar ia merebut bunga mawar putih yang dipetikkan oleh dokter Vernon tadi dan melempar asal ke lantai. Aku sangat terkejut dengan perlakuannya yang kasar tersebut.

“ Apa yang kau lakukan Aletta? " tanyaku mencoba sabar.

Ia maju selangkah di depanku telunjuknya menunjuk wajahku dengan angkuh.

“ Kau... Kau tak boleh mendekati dokter Vernon Linzy " katanya mutlak.

“ Mengapa kau melarangku ? Apa hakmu? " tanyaku balik berusaha mencoba tenang.

“ Dokter Vernon milikku Linzy , hanya aku yang boleh mendekatinya dan hanya aku yang boleh memilikinya" sombongnya.

Aku tersenyum miring.

“ Dokter Vernon milikmu? Huh percaya dirimu sangat tinggi ternyata Aletta " jawabku dengan meremehkan.

Aletta , Lala , Cilla hanya mengerjapkan matanya tak percaya mendengar jawabanku yang terdengar sedikit menohok hati mereka.

Aku hanya duduk tenang di bangku ku dengan tanpa ekspresi , kebiasaan jika aku membalas perbuatan orang lain aku akan memilih diam setelahnya.

“ Wow Zy , aku ga nyangka kamu akan menjawab seperti itu , ini bunga mawarnya " ucap Glory sembari memberikan bunga mawar putih yang dilempar Aletta tadi padaku.

“ Diamlah , aku ga mood " jelasku padanya.

Glory memilih untuk diam semoga saja dia tidak berpikir bahwa sahabatnya mempunyai Alter ego.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Bel istirahat sudah berbunyi beberapa detik yang lalu atau baru saja berbunyi , saat ini aku dan Glory sedang menikmati bakso pedas di kantin. Sungguh rasanya nikmat sekali apa lagi ditambah dengan ice lemontea sangat menyenangkan kenikmatan yang hakiki ini.

“ Oh yaampun Zy , lihat itu kuah baksomu sangat merah " Glory berujar sambil menggelengkan kepalanya.

“ Hehe... Habis ini enak banget Glo , kamu harus coba " ujarku.

Tiba - tiba atensi seluruh penghuni kantin teralihkan karena suara - suara manja.

“ Hai Dokter Vernon , mau makan bersamaku ?" oh ternyata Aletta bertanya dengan genit dengan sang dokter.

“ Iya dokter. Dokter boleh kok makan siang dengan kami" Cilla mulai ikut - ikutan.

Glory yang mendengarnya memutar bola mata jengah dan mendengus kesal.

“ Haduh , kelakuan beginilah yang membuatku muak dasar cari perhatian dan kurang belaian " sarkas Glory pada Aletta dkk.

“ Glory sudah , diamlah bukan urusan kita juga kan ?" ucapku.

Dokter Vernon hanya diam menatap kami berdua, sungguh ingin rasanya aku tenggelam di samudera saja , karena jika mengingat kejadian tadi itu membuatku malu. Aku hanya memalingkan wajahku ketika dia menatapku.

“ Zy mengapa pipimu memerah ? Apakah itu terlalu pedas ? Tidak biasanya " heran Glory.

“ Huh , a - aku ti - tidak. Tidak pedas kok ini aku hanya merasa cuaca hari ini panas " aku salah tingkah.

“ Biasa saja perasaan sejak kapan kau menjadi peramal cuaca?" tanyanya.

Aku hanya diam tak berminat untuk menjawab. Aletta menatapku dengan geram.

“ Kalau mau cari perhatian dengan dokter Vernon pakailah cara yang berkelas " ujarnya.

Aku yang mendengarnya sontak mengepalkan tanganku dan menjawabnya dengan lugas.

“ Untuk apa aku mencari perhatian dengan seseorang yang belum kukenal dengan baik. Lebih baik aku mengisinya dengan kegiatan positif daripada harus terlihat murahan karena cari perhatian demi seorang lelaki yang belum tentu mencintai kita " jawabku sambil membereskan semangkuk bakso dan segelas minuman kemudian meninggalkan kantin.

Gelak tawa dan sorakan sinis terdengar memenuhi kantin akibat perkataanku yang menjatuhkan harga diri Aletta.

“ DIAM KALIAN SEMUA !!!!!!......" teriaknya pada penghuni kantin.

Sialan kau Linzy akan kubalas perbuatanmu - smirk Aletta.

Ternyata aku tidak salah. Gadis itu memanglah menarik - batin seseorang.

.

.

.

.

.

Vernon POV

Sudah waktunya istirahat ternyata ah sesekali aku akan makan di kantin saja hari ini daripada diluar lumayan menghemat pengeluaran. Aku berjalan menuju kantin sekolah , gila penuh juga ya tempatnya , aku jadi rindu masa - masa sekolah ku dahulu. Kulirikkan mataku ke kanan dan ke kiri mencari bangku kosong. Jujur aku tidak terlalu suka tempat yang terlalu ramai , namun bukan berarti aku tak suka berinteraksi.

Tiba - tiba datang 3 orang siswi menghampiriku mereka mengajakku untuk makan bersama dengan mereka. Oh kalau tidak salah namanya Aletta gadis yang sempat mengundangku ke acara pestanya. Aku masih berdiri di tempat. Dari tempatku berdiri aku menatap Linzy sedang menikmati bakso super pedas sepertinya. “Astaga anak itu " batinku.

Saat aku sedang fokus menatap Linzy , tiba - tiba aku mendengar Aletta berbicara dengan sinisnya , sehingga membuatku terkejut.

“ Kalau mau mencari perhatian dokter Vernon pakailah cara yang berkelas " ucap Aletta sambil menatap Linzy dan sahabatnya yang kutahu bernama Glory tersebut.

Apa ini kenapa aku dibawa - bawa juga batinku.

Kulihat ekspresi Linzy yang ceria seketika berubah menjadi datar. Oh ini tidak baik sepertinya.

Masih kupantau Linzy daritadi dengan kekesalannya yang masih berusaha ia tahan.

“ Untuk apa aku mencari perhatian dengan seseorang yang belum kukenal dengan baik. Lebih baik aku mengisinya dengan kegiatan positif daripada harus terlihat murahan karena cari perhatian demi seorang lelaki yang belum tentu mencintai kita " jawab Linzy atas perkataan Aletta.

Oh my... Aku tak menyangka ia akan berucap se - sarkas itu pada temannya. Kukira ia akan diam saja dan menerima jika diolok - olok.

Gelak tawa terdengar sangat riuh di penjuru kantin sekolah atas drama yang sedang berlangsung tersebut.

Mungkin ada yang sependapat denganku mengenai sikap Linzy yang tidak terduga ini.

Mengingat Linzy , ah aku jadi terngiang - ngiang kejadian pagi tadi dimana untuk pertama kalinya ia menangis dalam dekapanku. Selama ini aku melihatnya hampir tanpa ekspresi , entah kenapa hatiku sakit melihatnya menangis , rasanya tidak dapat didefinisikan.

Mata bulat yang indah , pipi bulat yang memerah terlihat sangat imut dan cantik dimataku. Astaga Vernon kau memikirkan apa ?

Aku memesan makanan dan duduk dibangku yang ditempati oleh Linzy dan sahabatnya tadi , sebenarnya gara - gara kejadian tadi selera makanku sudah hilang.

Setelah acara makanku selesai aku kembali keruanganku dengan langkah cepat , tiba - tiba aku merasa malas.

Vernon POV End

“ Linzy , kamu baik - baik saja ?" tanya Glory padaku.

“ Aku baik - baik saja. Hanya saja moodku sedikit rusak hari ini Glo " jelasku.

“ Huh , aku mengerti perasaanmu Linzy. Kau pasti kesal dengan nenek lampir itukan?" jelas Glory.

Aku hanya menghela nafas kasar entahlah rasanya aku lelah sekali. Disaat aku dan Glory sedang bicara tiba - tiba ada yang datang menghampiri kami.

“ Hai , kamu Linzy ya?" tanyanya padaku. Aku hanya mengangguk ragu.

“ Ada perlu apa ? " jawabku singkat.

“ Oh , enggak , aku cuma mau kenalan aja. Namaku Lionel salam kenal ya "

“ Eum... Ok Lionel aku Linzy kelas XI IPS1. Kamu kelas berapa?" tanyaku balik.

“ Kelas XI IPS2 "Jawabnya , lalu pamit dan berlalu.

“ Zy , kok bengong kamu ?" tanya Glory.

“ Hmm... Ah gak tadi ada yang ajak kenalan. Katanya anak XI IPS2 kok aku ga pernah lihat " bingungku.

“ Namanya siapa ? "

“ Lionel "

“ Li - Lionel kamu bilang ?"

“ Huum.. Kenapa ih kamu kok gugup gitu ?"

“ Gak... Gak ada udahlah gausah bahas dia "

“ Kamu kenal Glo ?"

“ Ga " sungutnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Glory POV

Hai aku Stefanny Glory Christabelle atau biasa disapa Glory atau Glo. Aku adalah sahabat dari nona Eleonora Linzy. Nona ? Pasti dari kalian ada yang bertanya - tanya kenapa aku memanggilnya nona bukan ? Itu bukanlah tanpa alasan sebenarnya aku adalah anak dari tangan kanan dari ayah nona Linzy.

Apakah nona Linzy tahu tentang ini ? Jawabannya adalah tidak !

Dia hanya mengenalku sebagai anak tetangganya saat kami masih kecil sehingga kami sudah dekat.

Sekarang aku dan nona Linzy sudah duduk di bangku sekolah menengah atas.

Dia amat tertutup dengan kondisi sekitarnya namun sebenarnya dia tidak setertutup itu , mungkin karena ia sangat manja dan agak sedikit polos , aku jadi mengkhawatirkannya.

Bicara tentang lingkungan sekitarnya dahulu ada seorang anak yang sangat terobsesi dengan nona Linzy sejak kami masih kecil. Aku bukan menyebutnya cinta ya namun lebih cocok disebut obsesi.

Ia pernah menyatakan perasaannya pada nona Linzy sewaktu ia kecil namun nona Linzy menolak akibatnya ia merasa sakit hati dan berusaha melukai nona Linzy hingga nona Linzy shock saat itu.

Dengan terpaksanya keluarganya pindah keluar negeri atas insiden ini. Awalnya aku berharap anak itu tidak perlu muncul kembali ke hadapan kami , namun untuk saat ini apakah aku masih dapat berharap?

Glory POV End

Hari ini aku berada di rumah sendirian ya walaupun hanya ditemani para maid tapi aku masih saja merasa kesepian. Mommy ada rapat karena ia akan meluncurkan desain baru untuk rancangan bajunya sedangkan Daddy dan kak Martin ? Ah tak perlu ditanya lagi sudah tahu pasti jawabannya kan?

Aku merasa bosan hingga akhirnya aku menelepon Glory saat ini.

“ Halo , Glory kamu sibuk?"

“......"

“ Tolong temani aku. Aku kesepian "

“............"

“ Hehe terimakasih "

Aku mengeluarkan beberapa camilan dan cola. Oh iya aku sudah minum obat kok jadi santai saja terkadang aku bosan mereka seakan menjadi belenggu buatku.

Ting..... Tong......

Maid membukakan pintu , itu pasti Glory.

“ Halo nona "

“ Ish... Berhenti memanggilku nona Glory. Kau ini tetangga dan sahabatku " sungutku.

Ia tertawa karena berhasil membuatku kesal.

“ Huft... Maaf ya... Habis kau lucu sekali Zy "

Aku merasa malas. Kemudian dia menolehkan kepalanya kearahku.

“ Zy , bolehkah ku bertanya?"

“ Sure "

“ Sewaktu di kantin tadi kurasa dokter tampan itu melihat kita. Ah tidak lebih tepatnya dirimu " sambungnya.

Bagaimana Glory bisa tahu sialan.

“ Hanya perasaanmu " jawabku datar.

“ Eyy... Tidak perasaanku tidak pernah salah Linzy. Apa kau ada sesuatu ? Hah? Benar ? Jika benar wah senangnya. Aku akan mendukungmu sayang "

“ Hentikan Glory kau menjijikan " sungutku.

“ Haahaahaaa....." tawanya meledak.

“ Dengar aku senang jika kau bahagia Linzy " ujarnya.

Aku tersenyum mendengarnya. Terimakasih kau telah peduli Glory. Kau sahabat terbaikku. Hanya kaulah yang aku punya.

Terpopuler

Comments

Nenieedesu

Nenieedesu

semangat terus kak

2023-06-13

0

Kacan

Kacan

karya yang baguss thor 😍😍😍 bunga mawar untuk kk diaz 😘

2023-03-12

0

Tiwi Ramadhani

Tiwi Ramadhani

semangat kak aku hadir lagi mampir dengan sebuah gift gratis🍒
salam kenal dari ku pemilik karya Izora

2023-02-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!