"Aku lelah Jo, aku tidak tau harus gimana lagi mendidik Rangga," keluh Reyhan pada Jonathan. Mereka berada di dalam mobil yang sedang melaju untuk janjian meeting dengan klien di restoran sembari makan siang.
"Anak itu semakin hari semakin membuatku resah." Reyhan mengurut keningnya.
"Apa perlu saya melakukan sesuatu untuknya, Tuan?" Jonathan melirik dari kaca spion.
Reyhan nampak menghela napas, "Rencananya aku akan mengirimnya ke kantor kita yang baru. Menurutmu bagaimana?" Menatap Jonathan dari kaca spion.
"Bukankah tempatnya sangat jauh dari kota ini tuan? Apa nantinya malah jadi semakin sulit mengawasinya."
"Aku ingin menjauhkannya dari pergaulan di sini."
"Tapi tuan muda kan belum pernah terlibat urusan bisnis, Tuan. Apa tidak akan jadi masalah nantinya, jika tiba - tiba tuan muda langsung dibebankan tanggung jawab yang besar."
"Ya, aku paham itu Jo," ujar Reyhan. "maka dari itu, seluruh fasilitasnya harus kau cabut. Aku ingin dia menjadi mandiri dan pekerja keras, aku ingin dia belajar mengatur keuangan dari gajinya," imbuhnya. "gimana menurutmu? Apa aku terlihat kejam pada putraku sendiri?"
Jonathan hanya manggut-manggut, "Tidak Tuan, semua kan demi kebaikan tuan muda."
"Kalau begitu kau siapkan segalanya. Lusa kau antar dia ke sana."
"Baik Tuan," jawabnya sembari melirik ponselnya yang terus bergetar.
"Ponselmu sepertinya bunyi terus, kenapa tidak diangkat?" tanya Reyhan heran.
"Dari Laura, Tuan. Apa boleh saya angkat sebentar?" tanyanya sungkan.
"Hm, angkatlah! Siapa tau penting." Reyhan mengalihkan pandangannya keluar jendela.
"Ada apa?" jawab Jonathan saat mengangkat telpon.
"......"
"Untuk apa? Aku sedang bersama tuan."
"......."
"Ckk, kau ini ada-ada saja!" nadanya terdengar kesal. "Coba aku ijin tuan dulu, kalau tidak diijinkan kau cancel saja semua!" mematikan ponselnya tanpa menunggu jawaban dari Laura.
"Tuan," panggil Jonathan gugup.
"Kenapa?" tanyanya santai.
"Apa bisa kita berhenti sebentar di Mentari Plaza? Sebentar saja tuan? Saya pastikan tidak akan mengganggu jadwal bertemu klien."
"Cihh, jangan bilang kartunya ditolak gara-gara over limit lagi," cibir Reyhan.
"Begitulah Tuan," Jonathan tersenyum kecut.
"Aku heran kenapa kau bisa betah dengannya," cibirnya lagi sembari terus memandang ke luar jendela.
Jonathan tidak menjawab, dia hanya bisa mengulum senyum.
Kini mobil yang membawa mereka sudah memasuki area parkir mall.
"Tuan ikut masuk apa menunggu di mobil?" tanyanya saat sudah memarkir mobil.
"Aku tunggu di sini," jawabnya.
"Maaf Tuan, saya tinggal sebentar."
"Hm,"
Jonathan keluar mobil dan bergegas memasuki mall. Sementara Reyhan menurunkan sedikit kaca mobil dan mendongakkan wajahnya keluar. Dia menikmati angin yang kini menerpa wajahnya. Di luar nampak pengunjung yang berlalulalang, ada yang baru datang dan ada yang sudah selesai berbelanja. Semuanya nampak biasa baginya, sampai pandangannya akhirnya tertuju pada sepasang suami istri yang melangkah mendekat ke arahnya. Samar-samar dia bisa mendengar percakapan mereka saat melewatinya.
"Sayang, habis dari sini kita ke taman dekat sini yuk? Aku sudah beli semangkuk es krim." wanitanya berbicara sembari bergelayut manja di lengan prianya. Mereka berhenti di mobil yang terparkir di sebelah mobil yang dinaiki Reyhan.
"Memangnya kamu mau ngapain di taman?" Tanya prianya sembari menaruh belanjaan mereka di kursi penumpang.
"Aku pingin duduk-duduk di sana sambil makan es krim, mau ya?" wanitanya nampak memelas.
"Kenapa gak di sini saja, di sini 'kan juga bisa duduk-duduk sambil makan es krim," jawab prianya lembut.
"Di sana sejuk gak bising juga. Kalau di sini bising, anakmu yang di dalam perut ini jadi pusing." Mengelus perut buncitnya.
"Baiklah-baiklah, kita ke taman sekarang ya sayang," jawab prianya sembari mengelus perut buncit istrinya. Mereka lalu masuk ke dalam mobil mereka dan meninggalkan area parkir.
Sementara Reyhan menyandarkan bahunya ke kursi sembari memejamkan mata, mendengar percakapan suami istri tadi mengingatkannya kembali akan kenangannya bersama wanita yang sangat dicintainya. Wanita yang pernah hadir membawa tawa untuknya. Senyumnya, tawanya, saat mereka berbelanja bersama. Sekilas bayangan saat mereka makan semangkuk es krim bersama melintas kembali di matanya,
flashback on,
"Sayang, ayo habiskan tinggal satu suap lagi!" suara Diana menggema kembali di telinganya, Diana yang menyodorkan sesendok es krim ke mulutnya saat itu.
"Tidak sayang, kamu saja yang habiskan, aku sudah kenyang." Tolaknya sembari mengelus perutnya sendiri.
"Aku sudah kenyang juga, kasihan kalau dibuang, mubazir 'kan. Ayolah, satu suap saja." paksanya lagi.
"Baiklah," dengan terpaksa dia menyanggupi, kalau tidak sebentar lagi istrinya itu pasti mencebikkan bibir.
"Nah, gitu dong." Diana tersenyum senang tapi, Reyhan memegang tangannya saat akan menyuapinya eskrim. Diana menatapnya heran.
"Aku ingin kita menghabiskannya bersama," muncul seringai licik di bibirnya. Reyhan menjulurkan lidahnya dan meletakkan eskrim itu di sana lalu, dia memencet hidung Diana hingga gadis itu membuka mulutnya karena kesusahan bernapas. Tanpa aba-aba dengan cepat Reyhan memasukkan lidahnya yang terisi es krim itu ke mulut Diana.
Diana yang kaget dengan ulah suaminya itu mendorong wajah suaminya, "Kamu apa-apaan sih!" sungutnya. "ini kan di depan umum," dia merasa malu bercampur kesal.
"Biarin aja, aku mencium istriku apa salahnya?" jawabnya santai. Diana tidak menjawab, dia hanya mencebikkan bibirnya. Terkadang kelakuan suaminya itu memang di luar nalarnya.
flashback off.
...***************...
"Ayo kita turun, Bu!" ajak Cinta pada Diana saat dia sudah memarkir mobilnya.
"Hahh, kita sudah sampai rupanya." Diana memasukkan ponselnya ke dalam tas lalu mengikuti Cinta keluar dari mobil.
"Bagusnya kita cari makan dulu apa langsung belanja baju kerja buat aku, Bu?" Cinta bergelayut manja di lengan ibunya.
"Kita belanja baju aja dulu, biar makannya gak kesusu nanti." Diana tersenyum pada putrinya.
Mereka lalu melangkah bersama memasuki area mall. Tanpa mereka sadari sepasang mata tengah mengawasi dari dalam mobil.
Reyhan yang sedari tadi masih menyandarkan bahu sembari memejamkan mata, mengingat kebersamaannya bersama Diana tiba - tiba tersentak saat mendengar suara wanita yang becakap-cakap dari arah belakang mobilnya. Suara wanita yang dikenalnya. Awalnya dia tidak yakin, tapi suara itu semakin jelas didengarnya saat pemiliknya melewati mobil tempatnya berada. Dia membuka mata dan mengintip dari balik jendela, dugaannya benar.
Walaupun sudah 20 tahun tidak pernah mendengarnya tapi, dia masih bisa mengingat suara wanita yang sangat di kenalnya itu. Walaupun sudah 20 tahun tidak pernah bertemu, dia masih bisa mengenali wajah wanita pemilik suara itu. Wanita yang pernah hadir di hidupnya. Wanita yang pernah berbagi kebahagiaan, cinta dan kasih sayang dengannya.
Diana.
Dia masih terlihat cantik meski usianya sudah tidak muda lagi. Apalagi saat bibirnya tersenyum, senyumnya masih terlihat mempesona seperti dulu. Reyhan merasa dadanya berdebar sekarang, debaran yang sama seperti 20 tahun lalu.
Mungkinkah? Mungkinkah ini cinta yang sama seperti dulu?
Benarkah? Benarkah dia masih mencintai wanita itu?
Bolehkah? Bolehkah kali ini dia bersikap arogan lagi? Memaksakan keinginannya untuk memilikinya lagi?
Memiliki wanita yang sudah bersuami! Bersuami? Bukankah suami Diana adalah dirinya sendiri! Bukankah sampai saat ini dia belum menceraikan Diana! Berarti yang berhak atas diri Diana adalah dirinya bukan Bayu! Ya, betul! Tidak peduli jika mereka sudah memiliki anak dari hubungan gelap mereka, yang jelas Diana masih istri sahnya! Diana harusnya bersamanya! Bukan bersama Bayu!
Reyhan terus meyakinkan dirinya dan bertekad mengejar Diana. Dia membuka pintu mobil dan bergegas memasuki mall. Setengah berlari dia menyelinap di antara kerumunan orang-orang yang keluar masuk mall. Dia menangkup dahinya sembari menggigit bibir bawahnya, kepalanya celingukan melihat ke segala arah, memastikan keberadaan Diana. Batinnya terus menjerit memanggil nama Diana, berharap wanita itu bisa mendengar suara hatinya. Jantungnya berdegup semakin kencang, napasnya terasa sudah sesak tapi, dia masih berlari dan terus berlari memasuki area mall. Sampai di batas rasa keputusasaannya, Reyhan menghentikan langkahnya, menetralkan degup jantung dan deru napasnya. Namun, detik berikutnya seseorang menepuk bahunya dari belakang ....
*bersambung....
jangan lupa habis baca tinggalin jejak kalian ya biar aku tambah semangat up nya🤭 makasih🤗*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Tri Ulidar
masih susah dicerna alur y
2024-08-01
1
Mb Tri
msh bingung blm paham alur ceritanya
2022-08-20
0
YuRà ~Tamà💕
Laura ternyata sm asisten Jonathan...kirain balik ama Rey...
2022-01-05
1