Byurrr!
Pemuda yang tadinya tertidur pulas di atas ranjang empuk miliknya, langsung terlonjak kaget saat air dingin mengguyur kepalanya. Wajahnya menjadi basah kuyup. Dia langsung bangkit dengan kesal,
"Kurang ajar! Siapa yang bera ...." Ucapannya terhenti saat mengetahui siapa yang berdiri di depannya dan yang telah mengguyurnya barusan. "Eh, ada Ayah. Selamat pagi, Yah." Pemuda itu berubah cengengesan.
Namun, pria yang dipanggilnya ayah itu menatapnya dingin, "Jam berapa semalam kamu pulang? Kamu ke club lagi? Mabuk lagi? Mau sampai kapan kamu seperti ini, huhh!"
Pemuda itu tidak menjawab, dia hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Tentu saja hal itu membuat ayahnya semakin geram.
"Adipati Rangga Wijaya!" desisnya.
"Ah iya Ayah, aku tidak akan mengulanginya lagi!" Menjawab malas sembari menguap dengan mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.
"Adipati, kamu itu putra ayah satu-satunya, penerus ayah kelak. Bagaimana kamu bisa menggantikan ayah kalau kelakuanmu seperti ini terus!" Reyhan memejamkan mata sembari mengurut pelipisnya. Sungguh dia tidak tau lagi bagaimana harus mendidik putra semata wayangnya ini.
"Ayah lelah menghadapi kelakuanmu yang semakin hari semakin memburuk," keluhnya.
"Kalau Ayah lelah biarkan aku mencari ibu, aku akan tinggal bersama ibu," cicit Rangga.
Reyhan kini menatap tajam putranya, "Kau pikir ibumu mau menerimamu?"
"Tentu saja, ibu sangat menyayangiku!"
"Kalau dia menyangimu, tidak mungkin dia meninggalkanmu," wajahnya kini berubah pias.
"Ibu pergi karena tidak tahan pada sikap Ayah," tuduhnya, "Ayah pasti selalu marah-marah pada ibu, sama seperti aku yang selalu kena marah oleh Ayah," jawabnya asal.
"Ayah marah padamu karena kamu melakukan kesalahan," jawab Reyhan geram. "Kamu sudah dua puluh lima tahun, sudah dewasa, harusnya kamu sudah mulai belajar membantu ayah mengelola perusahaan. Bukannya pergi ke club, mabuk-mabukkan, ikut balapan liar dan berkelahi." Reyhan menumpahkan kekesalannya, "Ayah kecewa padamu Adipati!"
"Aku begini juga karena aku kecewa pada Ayah!" jawab Rangga gusar.
"Apa yang membuatmu kecewa?" Reyhan terlihat heran, bukankah selama ini dia selalu memberikan apa yang Rangga mau. Uang! Kekuasaan!
"Dari dulu aku selalu minta Ayah membawa ibu pulang tapi, Ayah tidak mengabulkan keinginanku. Jadi, aku juga tidak bisa mengabulkan keinginan Ayah." Rangga melengos.
Reyhan menghela napas panjang, "Baiklah, kalau itu maumu." Dia menatap lekat bola mata Rangga. "Lusa ayah serahkan kantor ayah yang baru selesai dibangun padamu. Kelola kantor itu dengan baik, jika kamu berhasil, kamu akan menemukan sendiri ibumu tanpa harus menunggu ayah lagi." Reyhan beranjak dari kamar Rangga tanpa menunggu jawabannya.
Di depan pintu kamar Rangga, Reyhan berpapasan dengan Laura. "Morning Rey, morning kesayangan Ibu," sapa Laura ramah tapi, Reyhan hanya berdehem lalu, meninggalkan mereka.
"Aduh Sayang, kenapa kamu jadi basah kuyup begini?" Laura memandang putranya, "sebaiknya kamu ganti pakaianmu dulu, ibu sudah masak makanan kesukaan kamu, kita makan bareng ya?" ajak Laura.
Dengan malas pemuda itu bangkit menuju kamar mandi, sementara Laura menuju meja makan menyiapkan sarapan untuk putranya.
"Apa semalam tidurmu nyenyak?" tanya Laura saat putranya sudah duduk di meja makan.
"Hm," jawabnya malas.
"Kamu berbuat apa sampai ayahmu marah-marah sepagi ini?"
"Tau," jawabnya ketus.
"Rangga!" geramnya.
"Ibu, sudah kubilang jangan panggil aku dengan nama itu!" sungutnya.
"Ah iya, Adipati. Bisa tidak kalau ibu bicara kamu jawabnya gak ketus."
"Enggak!" Jawab Rangga sembari menyuap makanan ke mulutnya.
"Adipati!" Laura gregetan, "ibu ini ibu kandungmu, bisa tidak kamu hargai ibu sedikit?"
"Ibu bilang dulu di mana Ibu sembunyikan barang-barang milik ibu Diana."
"Untuk apa?"
"Aku ingin mengambil fotonya, aku akan mencari ibuku."
"Ibumu itu aku, bukan pelakor itu!" Laura mulai ngotot.
"Kata oma sama opa tidak seperti itu ceritanya!" Rangga tidak kalah ngotot.
"Hahhh, ya sudahlah terserahmu! Ibu mau pulang saja, sebentar lagi jam sekolah adikmu selesai, ibu harus menjemputnya." Laura melengos dan meninggalkan putranya.
...****************...
"Lagi ngelamunin apa, Di?" suara Bayu membuyarkan lamunan Diana.
Diana melihatnya sekilas lalu kembali menatap ke arah taman. Mereka sedang duduk di atas gazebo yang ada di taman belakang rumah Bayu.
"Ah enggak, Bay." Diana tersenyum. "Aku hanya teringat saat pertama kali kamu mengajakku ke sini." Pandangannya menerawang, "Ternyata benar ya Bay, manusia itu hanya bisa berencana tapi tetap Tuhan yang menentukan. Kamu merencanakan rumah ini untuk kita tapi, ternyata jodohmu itu Siska. Gak nyangka, 'kan? " Diana tersenyum tipis.
"Apa kamu bahagia, Di?" tanya Bayu sembari menatapnya.
Diana tersenyum samar, "Aku selalu bahagia kalau Cinta selalu bersamaku." Menatap Bayu sekilas. Bayu ikut tersenyum. "Makasih ya Bay, karena sudah ada untukku waktu itu." Matanya kini berkaca-kaca.
"Itu sudah menjadi tanggung jawabku!" jawabnya tegas.
Diana lalu tersenyum menatap pria di depannya kini, pria yang sama dengan 20 tahun lalu. Hanya sedikit kerutan di wajah dan rambut yang mulai memutih. Tiba-tiba waktu berputar seakan kembali ke masa 20 tahun lalu.
Di saat pria di depannya ini sedang duduk di ruangan kerjanya. Diana mendatanginya sembari menangis dengan pakaian yang dipenuhi noda darah,
flashback on,
"Bay," panggil Diana lirih di depan pintu ruangannya. Diana terlihat sangat kacau, matanya sayu dan sembab, rambutnya berantakan, dan pakaiannya di penuhi noda darah.
Bayu yang cemas langsung menghampirinya, "Kamu kenapa, Diana?"
"Bay, Rangga, Bay ...," isaknya sembari menjatuhkan dirinya kepelukan Bayu.
Bayu mendekapnya dan mengelus rambutnya, "Ada apa?" tanyanya lembut.
"Rangga, Bay, Rangga!" dia semakin terisak. Air mata tidak berhenti mengalir di pipinya. Perlahan Bayu melepas dekapannya dan menuntunnya duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Dia mengambilkan minuman untuk Diana dari dalam lemari es. Membukakan penutupnya lalu menyuruh Diana untuk meminumnya.
Diana menurut, dia meminumnya sedikit dan mulai bercerita pada Bayu. Dia menceritakan dari awal Laura menghubunginya untuk meminta mempertemukannya dengan Rangga hingga terjadi kecelakaan itu, dan juga kata-kata yang Laura ucapkan padanya. Air mata Diana kembali menganak sungai.
Bayu mengepalkan tangannya mendengar cerita Diana, dia menjadi sangat geram.
"Bawa aku pergi dari sini, Bay! Bawa aku ke tempat di mana tuan Reyhan tidak bisa menemukanku, " pinta Diana dengan wajah memelas.
Bayu menangkup rahangnya, "Apa kamu serius ingin meninggalkan tuan Reyhan?" Bayu menatap lekat kedua bola mata Diana.
"Iya! Kalau aku masih berada di sini, tuan Reyhan pasti mencariku, dan ... dan Laura tidak akan mau menolong Rangga jika terjadi sesuatu lagi padanya." Ucapannya menjadi terbata-bata lantaran sesegukan.
"Tapi bagaimana dengan papamu?"
Diana tertegun sebentar, dia lalu menggenggam tangan Bayu, "Aku titip papa padamu, aku mohon jangan bilang padanya tentang keberadaanku sampai keadaannya aman." Dua bola mata itu terlihat semakin memelas.
"Baiklah kalau itu mau kamu." Bayu menyanggupi.
bersambung*....
❤️❤️❤️❤️❤️
Yang penasaran dengan kisah Reyhan, Diana, dan Bayu. Bisa baca novel aku yang berjudul "Di Antara Dua Hati" ini adalah sejarah dari kisah Rangga dan Cinta.
Kenalan sama papa Reyhan yang dingin dan cuek bebek. Ibu Diana yang lembut dan penyabar. Dan ayah Bayu so sweet.
Yuk kepoin yuk😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Jong Nyuk Tjen
maaf thor , di antara dua hati bukannya blm tamat ya ?
2022-01-20
1
YuRà ~Tamà💕
Reyhan kembali sm istri pertamanya...kok bisa ini..??
2022-01-05
1
Siti Homsatun
apa Cinta dn Adipati masih saudara ...
2021-10-22
0