Hai guys, aku ganggu bentar yah🤭 cuma info nih. Novel ini adalah lanjutan dari novel aku yang berjudul "Di Antara Dua Hati" kisah Diana gadis tegar yang dipaksa menikah dengan Reyhan, CEO dingin dan arogan. Kepoin yuk kisah komedi romantis mereka di sini👇👇👇
💕💕💕💕💕💕
Dalam gelapnya malam, terlihat seorang wanita tengah mengemudikan mobil sendirian. Wanita itu terlihat gelisah, dia melihat kembali alroji di tangannya. Sebentar lagi tanggal dan waktu akan berganti, namun dia masih belum menemukan rumah yang dituju.
Pesta kejutan yang sudah aku rencanakan haruskah batal karena aku terlambat sampai rumah?
"Dua puluh tahun tidak pernah mendatangi kota ini, ternyata sudah banyak yang berubah di sini. Mungkinkah sekarang aku sedang kesasar?" gumamnya. "Sial, aku lupa men-charge ponselku." Menatap ponselnya yang kehabisan baterai. "Gimana caranya aku menghubungi orang rumah sekarang?"
Di tengah kegelisahannya, tiba - tiba terdengar raungan motor dari kejauhan. Dia melihat dua pasang lampu motor dari arah yang berlawanan. Motor itu terlihat melaju sangat kencang dengan suara memekikkan telinga begitu melewati mobil yang wanita itu kendarai.
Wanita itu seketika menginjak rem dan berhenti mendadak. Dia memejamkan mata sembari menutup telinganya. Telinganya serasa mau pecah. Dadanya naik turun, dia menghembuskan napas berkali-kali untuk menetralkan degup jantungnya.
Selang beberapa menit, tiba-tiba kaca mobilnya di sebelah kanan diketuk oleh orang yang tidak dikenal. Orang itu mengenakan helm dan masker warna gelap sehingga hanya matanya yang terlihat. Wanita itu semakin ketakutan, wajahnya berubah pucat, tubuhnya gemetaran.
Orang itu mengetuk kaca mobilnya lagi, kali ini dia melepas helm dan juga maskernya. Walaupun orang itu berdiri di kegelapan malam tapi, wanita yang di dalam mobil masih bisa melihat ketampanan pria muda yang mengetuk kaca mobilnya.
"Maaf Ibu tidak apa-apa?" samar-samar nada pemuda itu terdengar khawatir.
Wanita itu akhirnya memberanikan diri menurunkan sedikit kaca mobilnya dan mendongakkan sedikit wajahnya menatap pemuda yang berdiri di depan pintu mobilnya.
"Iya saya tidak apa-apa," jawabnya dengan bibir gemetar.
"Ibu mau ke mana tengah malam begini? Kenapa lewat jalan sini? Di sini sering ada balapan liar Bu di jam segini. Bahaya!" jelas pemuda itu.
"Ah saya, saya mau ke rumah teman saya di komplek Perum Puri Pelita," jawabnya.
Pemuda itu nampak berpikir sebentar, "Oh, bukan lewat sini Bu tapi, lewat sana." Menunjuk arah yang berlawanan.
Mata wanita itu mengikuti arah tangan pemuda itu. "Nah, Ibu putar balik dulu, setelah ketemu perempatan belok kanan, lurus dikit, pertigaan belok kiri, kelihatan dah gerbang masuk perumahan itu," jelasnya, "paham, Buk?" tanyanya lagi.
Wanita itu mengangguk, "Perempatan ke kanan setelah itu pertigaan ke kiri, gitu aja, 'kan?" mengulang apa yang dia dengar.
Pemuda itu lalu tersenyum, "Ya benar itu, Buk."
Wanita itu juga balas tersenyum, "Terima kasih ya, Nak."
"Sama-sama Bu," balasnya cepat.
"Oya, nama kamu siapa, Nak? Nanti kalau sudah sampai rumah mau saya ceritakan pada keluarga."
"Adipati, Bu." Jawabnya sembari tersenyum.
"Adipati?" wanita itu nampak tertegun sebentar, "Oya Nak Adipati, sekali lagi terima kasih banyak," Ucapnya dengan mata berbinar.
"Ya Buk, sama-sama."
...****************...
Seorang pria terbangun dari tidurnya lantaran mendengar suara berisik dari luar kamarnya. Pria itu menatap ke sebelahnya tapi, istrinya tidak ada di sampingnya.
Apa mungkin di kamar mandi? batinnya.
"Sayang? Sayang, kamu di mana?" panggilnya. Namun, tidak ada jawaban. Dia lalu melihat pintu kamarnya yang sudah terbuka, perlahan dia turun dari ranjang dan berjalan pelan menuju pintu.
"Sayang?" panggilnya lagi. Lampu di seluruh ruangan sudah dipadamkan, hanya lampu dapur yang terlihat masih menyala. "Apa dia di dapur?" gumamnya. Pria itu ingin menuju dapur tapi, baru dia melangkah tiba-tiba muncul bayangan dari balik sofa.
"Happy birthday!" teriak seorang wanita yang langsung memeluknya.
Di susul kedua putrinya yang menyanyi seraya memegang kue tart di tangannya.
"Happy birthday Ayah, happy birthday Ayah, happy birthday, happy birthday, happy birthday Ayah, yeeeeyyy ...." Mereka bersorak bersama.
"Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga, sekarang juga ...."
Pria itu bersiap meniup lilin tapi, dicegah istrinya.
"Eh, make a wish dulu dong!"
"Oh iya." Pria itu lalu memejamkan mata sebentar, setelah itu meniup lilinnya.
"Horeee!" Mereka bersorak lagi.
"Selamat ulang tahun, Sayang." Ucap istrinya sembari mengecup bibir suaminya.
"Terima kasih, Sayang." Merangkul bahu istrinya.
"Selamat ulang tahun, Ayah." Putrinya mendekat lalu mencium pipi kiri dan pipi kanan ayahnya.
"Terima kasih, Cika." Balasnya dengan mencium kening putrinya.
"Selamat ulang tahun, Ayah." Ucap gadis yang memegang kue. Dia menyerahkan kue pada Cika lalu medekati pria yang dipanggilnya ayah itu dan mencium pipinya.
"Terima kasih, Cinta." Balasnya dengan mencium kening Cinta. "Kapan kamu datang? Kenapa ayah baru melihatmu?"
"Emm, itu yah tadi aku beli kue dulu sebelum ke sini. Toko kuenya rame, jadi lama." Cinta melirik Cika. Tentu saja dia tidak berani mengatakan pada ayahnya kalau dia habis menjemput Cika dari club juga. Bisa-bisa ayahnya jadi murka, apalagi di club tadi dia sempat dicium oleh pemuda tidak di kenalnya. Haish! kenapa dia jadi mengingat ciuman itu? Please Cinta, stop it!
Mereka lalu duduk bersama di sofa, istrinya sudah menghidupkan lampu dan membawa piring dan pisau pemotong kue.
"Ibumu gimana kabarnya? Lama ayah tidak sempat mengunjungi kalian."
"Ibu baik, Yah. Sekarang lagi fokus untuk menu baru di restoran."
"Kak Cinta sama ibu kenapa gak tinggal di sini sih? Kan asik bisa ngumpul, aku juga jadi punya teman buat hangout."
"Kalau kami tinggal di sini trus siapa yang ngelola restoran ayah di sana?"
"Owh, benar juga ya." Cika terkekeh.
Pria itu manggut-manggut, "Kamu sudah mulai ikut kerja di restoran?"
"Enggak Yah, aku ngelamar kerja di tempat lain," jawabnya sungkan.
"Lho kenapa kerja di tempat lain?" istrinya menyela sembari menyerahkan potongan kue kepada suaminya. "Kan lebih bagus kerja di restoran bisa sekalian bantu ibumu."
"Pingin nyari pengalaman dulu, Bunda, ngetes kemampuan," jawabnya.
"Ibumu sudah tau?" tanya pria itu lagi.
"Sudah Yah, ibu juga sudah kasih ijin."
Pria itu menghela nafas, "Hm, baguslah! Ngelamar kerja di mana?"
"Di ...." ucapannya terputus karena terdengar suara klakson mobil dari luar pagar.
"Siapa ya datang malam-malam begini?" gumam istrinya.
"Coba aku liat." Cika berlari menuju jendela dan menyibak kordennya. Sebuah mobil yang dia kenali berhenti di teras rumah mereka. Dia terlonjak girang begitu melihat wanita yang turun dari mobil itu dan bergegas membuka pintu.
"Siapa, Sayang?" teriak bundanya.
"Ibu Diana!" Teriak Cika sembari menghambur memeluk Diana.
"Hai Cika, kamu tambah cantik aja." Ujar Diana sembari membalas pelukan Cika.
"Ibu juga tambah cantik." Cika tersenyum sembari melepas pelukannya.
"Ayah, bundamu sudah tidur?"
"Tadi udah, sekarang bangun lagi gara-gara harus tiup lilin. Masuk yuk Bu, di sini dingin," Ajak Cika sambil bergelayut manja di lengan Diana.
Diana mengangguk lalu melangkahkan kaki memasuki rumah.
"Diana,"
"Siska," mereka lalu berpelukan. "aku kangen banget sama kalian," ujarnya.
"Kami juga kangen sama kamu." Melepaskan pelukannya. Mereka lalu duduk di sofa.
"Jadi ceritanya Bapak kita yang lagi ulang tahun," selorohnya, "selamat ulang tahun, Bay." Diana menyerahkan paperbag yang dipegangnya.
Bayu tersenyum menerima paperbag itu, "Makasih, Di."
"Mungkin itu tidak sebanding dengan apa yang selama ini kamu berikan untukku dan Cinta." Lirih Diana sembari merangkul Cinta.
"Sudahlah Di, kamu jangan mengingat-ngingat yang sudah lewat." Jawab Siska sembari menyerahkan potongan kue padanya. Diana menerimanya dan mencicipinya.
"Oya, kenapa kamu datang selarut ini? Sendirian lagi! Apa kamu tidak takut di jalanan?" cerca Bayu.
"Iya, bukannya tadi Ibu bilang tidak bisa datang." Cinta menambahi.
Diana tersenyum tipis, "Iya rencananya begitu, tapi begitu sampai rumah ibu merasa kesepian jadi, ibu putuskan untuk menyusulmu ke sini." Diana menyelipkan anak rambut Cinta ke telinganya. "Tapi ibu lupa kalau ibu sudah dua puluh tahun tidak pernah ke sini. Jalanan dan bangunannya sudah banyak yang berubah, jadinya ibu nyasar deh." kini dia tersenyum geli.
"Nyasar?" tanya mereka berbarengan.
Diana mengangguk, "Tapi untungnya ada pemuda baik hati yang menolong ibu, dia menunjukkan jalan menuju ke sini."
"Syukurlah," ucap Cinta. "apa Ibu mengenal pemuda itu?"
"Emm, sebenarnya tidak, tapi sudah tanya siapa namanya." Diana menatap putrinya. "Namanya Adipati." Diana tersenyum lebar.
Adipati? Rasanya nama itu tidak asing di telingaku. Seperti baru saja pernah mendengarnya? Tapi di mana?
Cinta nampak mengingat-ngingat, dan yah, dia langsung menutup mulutnya.
Mungkinkah yang dimaksud ibu adalah pria mesum itu?
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Wakgoes Encuzse
hem,,, bapak kita ulang tahun, bapak leader
2022-02-25
0
YuRà ~Tamà💕
Kenapa Diana gak kenal Rangga??? pisahkah dia sm Reyhan??
2022-01-05
2
Reiva Momi
seru
2021-11-14
1