Permintaan Wasiat

"Clara. Aku gak sangka, kita akan bertemu lagi. Dan aku sekarang menjadi atasanmu. Apa hidupmu bahagia, tak menungguku dan menikah dengan pria teman kakakmu. Bagaimana kabarmu Cla, kabar Oma juga bagaimana?" bisik Tino.

"Tino, kita bukan lagi seperti dulu. Jadi profesional lah!" ketus Clara. Lalu pergi mengambil tas dan tumpukan pekerjaannya.

Karna waktu telah sore, Alea segera pamit untuk bergegas pulang. Berpisah dari Fani yang lembur. Bagus saja, ia tak ada kuliah malam saat ini. Saat ini, hati Clara hancur. Andai ia tak kecewa Tino pergi begitu saja, mungkin pernikahan paksa tak mungkin terjadi.

Sehingga Clara yang berjalan dengan menyetir mobil, ia mengingat masa dirinya kenapa bisa menikah dengan Fandi. Semua kecewanya karna Tino pergi begitu saja tanpa pamit sekedar bertemu, atau menjelaskan.

FLASHBACK DUA BULAN LALU.

Clara sampai di pelataran rumah. Ia terkejut akan semua orang yang sudah ramai. Terlihat semua pakaian hitam dan bendera kuning terpampang jelas di pinggir halaman gerbangnya.

"Ada apa ini?" lirih Clara.

Semua mata menatap Clara dan menoleh ke arah Fandi, yang berdiri terkejut dengan baju yang basah lembab. Semua orang melihatnya dengan Expresi tak suka menggelengkan kepala, karna terlihat tidak bermoral disaat duka.

"Mas Fandi, pakaian kamu basah? Ada apa ini mas?"

Clara berlari mencari keberadaan titik seseorang. Ia menatap jelas seseorang yang telah ditutupi selimut batik dan tudung putih.

"Ka, Gilang ada di rumah. Ada apa ini kak?"

Arumi menghampiri Clara dan memeluknya. Ia menenangkan dan meminta Clara beganti baju karna bajunya sangat lembab dan membuat tontonan tersendiri karna terkena hujan berdiri di luar.

"Enggak kak, biar Clara disini aja. Oma kenapa secepat ini pergi. Oma bangun.. Oma bilang jemputnya besok atau lusa. Kenapa Oma bohongi Clara. Huhuuu."

Clara menangis tersenggal senggal, banyak tetangga yang berkunjung mencomooh akan pakaian Clara. Fandi langsung masuk ke kamar berganti pakaian. Tak lama ia menghampiri Clara dan memakaikan Sweater hitam agar Clara kenakan.

"Cla, pakai ini. Supaya kamu ga masuk angin. kamu harus sabar!" menutupi punggung Clara yang tercetak bra.

Clara menutupi bajunya dengan sweater yang beresleting hitam. Arumi menatap Fandi yang memang benar apa ada masalah hubungan serius antara mereka. Karna sikapnya terlihat aneh dan berbeda tak seperti biasanya.

OMA UDAH PERGI, CLARA KAMU HARUS SABAR!!! LIRIH FANDI.

Clara meski hanyut karna tatapan mas Fandi yang berbeda, membuat ia tenang kala Oma telah tiada. Oma memang sedang sakit berobat bersama ka Arumi di penang. Tapi tak sangka, jika hari ini hari terakhirnya menatap Oma.

"Oma. Huhuuu .. Oma bangun Oma. Oma bangun, Clara di sini!" menggoyangkan tubuh Oma. Fandi ikut menenangkan, di bantu Arumi.

Beberapa jam kemudian, Gilang memakamkan Oma seiyen dengan cepat. Banyak tetangga yang ikut mendampingi hingga ke tempat peristirahatan. Clara yang masih terdiam dan menangis pun hanya mampu menahan sakit.

"Oma, kenapa secepat itu pergi. Bahkan kita hanya bisa bicara melalui sambungan ponsel. Jika saja Clara tau, sudah pasti Cla akan banyak mengantar Oma berbelanja dan bertemu Teman sosialita Oma. Cla,Huhuuu.. Clara janji ga akan banyak alasan lagi saat Oma minta antar. Huhuuuu."

Fandi hanya menggeleng kepala, dasar bocah manja. Sudah tau disaat genting sedih, masih saja bisa bikin orang tertawa lucu. "Cla, kapan kamu dewasa?" lirih Fandi. Ingin sekali dia menjambak satu helain rambut Clara saat jahil.

Arumi yang sedikit menatap Fandi. Di bawah bibirnya terluka apa benar ada hubungannya dengan Clara. Soal gosip pak Rt saat itu...? Arumi hanya menggelengkan kepala. Ia tak ingin banyak berfikir, ia dan Gilang akan menanyakannya setelah semua selesai dan suasana tenang. Jelas di fikiran Arumi penuh tanda tanya ketika Fandi selalu tersenyum menatap Clara.

 

Dua hari kemudian.

Clara yang selalu mengurung, ia masih membaca wasiat Oma dengan sebuah kertas. Sementara Fandi berbicara dengan Gilang.

"Lo kan tau, gue selalu anggap Cla kaya adik. gimana bisa, gw takut ga bisa adil dalam hak batin. Lo tau isi hati gw kaya apa sama Elvira?"

"Fandi, Gw percayain penuh Clara sama lo. karna gw tau elo tipikal cowo setia. Tapi mata lo harus terbuka, Elvira udah nikah sama Sahabat gila lo. Bantu Cla buat ngelupain Tino cowok playboy. Bantu urus peninggalan Oma. gue ga bisa stay disini kan elo tau. Please!"

FANDI HANYA BERDECAK KESAL.

Masih jelas ia ingin menolak pernikahan Wasiat Oma. Tapi Oma sudah berada di peristirahatan yang tenang. Ia masih membelakangi Gilang dan menatap arah balkon.

"Gw harap. lo juga peduli dengan jati diri lo Fand, gw percayain sama lo. Nasib Clara adik gw ada ditangan lo. Gue ga minta banyak, Clara berhak bahagia dan elo juga!"

Gilang mencari keberadaan sang istri, sementara Danzel yang bermain bersama baby sister terlihat termenung sedih ditinggal sang nenek. "Bibi, kenapa Oma pergi jauh. apa Danzel bisa berkunjung?"

Sang baby sister merasa iba, ia terlihat mengelus pipi Danzel dan berkata." Kalau kangen, doain Oma ya sayang. kita yang masih bernyawa menghirup nafas. Ga bisa berkunjung ke tempat Oma. Tapi Danzel bisa doakan, mungkin Oma bisa datang ke mimpi Danzel!"

 

"Ka Arumi masih ga percaya, kalau aku sama ka Fandi itu udah kaya adik kakak!"

"Ya ka Arumi percaya. tapi Oma kena serangan jantung karna mendapat telefun dari Pak Rt. Katanya kamu ditegur dan akan di arak. Jadi ka Arumi pikir...,, Cla tunggu kamu mau kemana?"

"Ke Pak Rt sialan itu. Dia harus bertanggung jawab atas meninggalnya Oma."

"Clara. tunggu ini buka sepenuhnya salah mereka, Oma udah lama sakit jantung. Mangkanya Oma lama tinggal bersama ka Arumi. Di penang niatnya Oma mau beri kejutan, tapi."

"Tapi pak Loyou si loyo bin sontoloyo itukan. yang bikin Oma jadi sesak kepikiran. Jantung Oma jadi kumat." Clara menatap Arumi dengan kesal.

"Tapi Cla..?" Arumi yang ingin menjelaskan, tiba saja di potong oleh Clara.

"Kalau aja, Clara orang penting. Udah Clara copot tuh Rt. Biar kehilangan gelar di komplek ini!"

Arumi hanya menatap rasa sedih Clara. Ia pun sama, tapi bagaimana mungkin. Ia hanya bisa membujuk Clara untuk mau menikah dengan Fandi. Dengan begitu ia dan Gilang akan aman tinggal di penang, dengan begitu Gilang tak perlu khawatir akan tetangga yang selalu menggosipkan aneh.

Dengan begitu Gilang akan tenang jika hidup Clara, bisa di awasi kebebasannya yang liar bersama teman ga baik, di batasi oleh Fandi yang akan melindunginya.

"Cla. Ka Fandi bisa bicara denganmu!"

"Apa lagi ka, soal nikah wasiat Oma ya. Clara ga setuju soalnya Cla menunggu si Tin.."

Mulut Clara dibungkam, ia ditarik oleh tangan Fandi yang seputih susu itu. Jelas tak bisa dipungkiri kulit ka Fandi memang lebih putih dan sakin putihnya jika disentuh sedikit akan merah seperti kulit ayam yang fresh. Arumi dan Gilang hanya menatap dan tersenyum.

"Honey. Aku yakin ada sesuatu yang mereka sembunyikan?"

"Tidak sayang. Aku tau hati Fandi masih ada Elvira. Tapi dengan begitu bisa saja cinta mereka akan tumbuh setelah menikah, aku hanya percaya pria model Fandi. Karna dia tipikal setia dan bertanggung jawab dari sederetan pria yang dekat dengan Clara. Hanya Fandi yang no satu."

Arumi berdecak kesal, ia mengekor Gilang dengan bergerutu. Ya aku tau karna dia sahabatmu kan? Gilang mengecup kilat bibir Arumi yang sedikit marah dan berkata." Ada saatnya kamu akan mengetahui kebenaran sayangku!"

***

"Jadi beneran kita bakal nikah?"

"Heuuump... kita ikutin kemauan Kakakmu. Dan Wasiat oma. Dengan begitu tetangga akan bungkam. Ini kertas yang pernah kamu berikan ke kakak."

Clara menatap kertas ide konyolnya. Dan ia menatap tanda ceklis setuju saat menatapnya.

"Jadi ka Fandi bakal lepasin Clara. Saat Franstino kembali dan kita tidur di masing masing kamar sendiri?"

"Heuuump.. berlagalah seperti istri sungguhan di depan orang lain termasuk Gilang!"

Clara menelan salivanya. Terasa sedikit gugup jika harus dengan menikah, tapi...?

"Cepat tanda tangani. Jika ada hal lain tulis saja di kertas itu hal yang kamu minta akan kaka turuti. Tapi ingat kemanapun kamu pergi jangan menghilang atau mengelabui. Keselamatanmu jadi taruhan nyawa kaka pada kakakmu jika kamu terluka!"

Clara tertawa kecil, ia masih bingung dan mengambil ponselnya dan memencet tombol dengan nama My Sweet.

Fandi yang melirik ke arah ponsel Clara. Dengan sadar Clara langsung mengumpatnya agar Fandi tidak mengintip.

Dengan gaya cool Fandi berdiri, menyumpatkan kedua tangan di saku celana meledek.

"Paling juga ga akan diangkat atau ga tersambung lagi tuh si Tin.. Tin..Tin. Udah sih lupain aja, dia lagi sibuk markir di lampu merah Cla!"

Clara kesal saat nama kekasihnya di panggil dengan mirip klakson mobil oleh Fandi. Ia hanya menjulurkan lidah dan menatap tidak suka pada Fandi yang meledek.

"Ga usah ngambek, udah terus aja telfon Si Tin..Tin..Tin..Ngeeeeeung...Ngeuuuuuung. Uppppsss!" Fandi bergaya meledek seperti mengendarai mobil.

Clara melempar vas bunga plastik ke arah Fandi. Hampir mengenai kakinya. Fandi pun menutup pintu kamar Dan berlalu pergi.

Dibalik pintu Fandi hanya tertawa lucu meledek Clara.

"Lo kenapa senyum senyum gitu, habis dari kamar adik gw?"

Terpopuler

Comments

Mommy Gyo

Mommy Gyo

2 like hadir thor

2021-09-29

0

Mr Azusi

Mr Azusi

Wow nikah paksa.🤔

2021-07-24

0

Little Peony

Little Peony

Like like like

2021-07-05

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!