Merasa bersalah

Clara yang baru saja ingin memejamkan mata. Terpaksa bangun dan membuka pintu kamar dengan segera. Setelah kembali ke kantor, ia tak ikut Fani pergi ke club bersama temannya. Hal itu mustahil untuk Clara pergi ke tempat itu.

"Bibi. Ada apa, semalam ini?" tanya Clara.

"Maaf ya. Nyah, eeekh .. Non. Aduuh apa yah .. jadi bingung." menatap lesu.

"Udah bi Inah mau bicara apa. Aku gak apa- apa. Berita buruk atau baik, aku pasti legowo!"

Bi Inah tersenyum, andai saja di rumah ada Nyonya besar. Mungkin suasana rumah tak semenakutkan seperti saat ini yang terasa hampa dan tak bersahabat selalu serba salah.

"Begini.. tadi. Tuan Fandi meminta nona, Euuuh ... besok siang menemuinya di tempat biasa! Ini bibi udah tulis di kertas."

"Oowh. Makasih ya bi, ini berita baik. Udah lama juga kan. Terus terang sebulan lebih ini, besok ketiga kalinya kan Aku ketemu Mas Fandi." senyumnya.

Bi Inah sangat sedih. Menatap senyuman tulus Clara, membuat ia teringat sang anak di kampung yang telah berkeluarga juga. Hanya saja karna kondisi, di mana ia harus tetap bertahan bekerja pada keluarga Ersand.

"Kalau gitu berita buruknya apa Bi?"

Clara menatap wajah bi Inah terlihat kaku dan sedih. Di mana ia jelas tau apa yang ingin di ucapkan sang bibi. Tapi ia tak mau banyak berprasangka buruk dan memikirkan hal aneh.

"Bi .. Ayo cerita!" mengusap punggung bi Inah.

"Anu .. Nyonya besar. Harus melakukan operasi, kata dokter ada hal serius ingin bertemu Tuan atau walinya. Tadi bibi udah kabarin Tuan Fandi, tapi ..,"

"Apaah ... Ya udah bi jangan panik ya! Besok Aku mampir sebelum berangkat kerja. Dokter pasti akan melakukan yang terbaik. Oma Ririn pasti akan sembuh kok bi. Aku berharap cepat sembuh!"

"Amiiin .. mata, ucapan, tulus non Clara. Sungguh di sayangakan tuan Fandi menyianyiakan istri briliant seperti non." benak batin Inah.

"Kok bengong bi?" tanya Clara.

"Gak apa - apa bibi duluan ya. Permisi non."

Di sudut senyuman tipis. Clara sadar, ia telah berkeluarga dan berubah status.

Tapi benar - benar ia merasa masih saja kesepian. Meski keadaan berubah jauh dari kata serat akan langkah hidupnya yang tak berarah. Clara tak ingin bercerita akan kehidupannya yang tak bahagia ini, merasa di abaikan. Meski ingin sekali bercerita pada ka Gilang.

****

Pagi hari Clara ke rumah sakit. Ruangan nomor tujuh kosong satu. Tempat di mana ibu mertua Clara masih dalam keadaan kritis. Kecelakaan membuat ibu mertua yang baik mengenaskan, papa mertua terkena serangan jantung ketika mengetahui kabar melalui sambungan ponsel.

Hal itu masih penuh tanya, mengapa suaminya Fandi masih tak menemukan apa penyebabnya. Jika saja Clara mempunyai wewenang, mungkin ia ingin mencari tau.

Tapi dengan IQ rendah tak mempunyai skill di bidang detektif, ia hanya menyerahkan pada pihak yang berwajib untuk menyelesaikan misteri itu.

Hanya saja, ia masih bingung kejelasan tak berujung. Clara hanya berharap ibu mertuanya bisa kembali sembuh seperti semula dan masalah semuanya cepat selesai.

DI RUANGAN PASEIN 701.

Clara duduk dan memeluk erat tangan sang mama mertua. Lalu menciuminya akan segala hormat.

"Mah. Mama cepat sembuh ya, setelah Fandi pulang. Clara akan meminta persetujuannya. Mama harus berobat ke rumah sakit rujukan terbaik. Clara sedih lihat kondisi mama, tetap bertahan dan semangat ya Mah. Clara janji bakal nemenin Mama sampai kapanpun. Apapun keadaannya, Clara selalu anggap Mama seperti ibu kandung!"

Clara bercerita pada mama Ririn, yaitu bunda Fandi. Ia tak pernah mendapat kasih sayang begitu baik sebelumnya, sesaat ia anak manja tanpa kedua orangtua. Setiada nya Oma, dan kakak yang melanjutkan hidup di penang. Clara harus menikah dengan Fandi tanpa paksaan, yang ia tau Fandi juga menerimanya sebagai adik sebelum ia bersama menjadi pasangan.

Dulu, Fandi berusaha mengejar jambret di gang samping kuliahnya. Saat itu gang itu memang di kenal sering berhilir di tempat mencari korban.

Bermodal keberanian, Clara berlari dan kilat keberuntungan memihak. Ia berteriak segerombol warga datang. Untungnya lagi ia bisa mengenal bu Ririn dan mendiang suaminya.

Hal itu pun membuat Clara jatuh cinta pada Fandi. Sekian lama mereka sering bertemu. Fandi yang dingin, ia bisa sepatah dua kata tersenyum dan bicara padanya.

Ciiiiieh .. hal begitu saja aku bisa hanyut dan berkata Fandi tipe suami idaman dan setia. Meski aku sadar dia selalu sibuk dan gila kerja.

Karna saat itu, Fandi bersahabat dengan Gilang sang kakak.

"Eeekh .. tunggu. Kenapa senyum kaya gitu kamu Cla?" tanya Fani. Yang tiba saja datang ke rumah sakit.

Clara terkejut kedatangan Fani tak jauh. Ia duduk di samping ranjang pasein. Lalu kembali dengan gaya kepo ketika dirinya menggeleng.

"Lah. Sekarang sedih kenapa sih Cla. Cerita dong!"

"Fan kamu nih ya. Aku cuma lagi inget masa awal pertemuan aku aja sama Mas Fandi. Tapi ... "

"Eeekh kok tapi.. kenapa Cla?" serius Fani.

"Mas Fandi minta aku datang tadi pagi. Tapi pas aku datang, aku terlambat dia diemin aku dan ga natap aku langsung pergi ninggalin. Padahal aku mau ijin buat mindahin Mama, Fani. Aku harus apa. Huuuuuhuuuu?"

Fani menatap dan memeluk Clara yang tiba saja mellow. Ia meminta Clara untuk tegar, untuk rileks. Ia tau jika Clara menyayangi bu Ririn yang kini menjadi mamah mertuanya.

Karna Fani pernah mengenal beberapa kali bertemu, saat perjamuan akhir tahun. Hanya saja ia tak mengenal sosok Fandi si pria misterius.

"Cccccuuup ... Ya. Kamu ga boleh nangis lah Cla! Aku tau, tapi kamu coba buat ketemu lagi nanti jam makan siang. Bertemu Mas kamu, bawain makanan dan ... Mmmm apa ya? Kartu ucapan maaf gitu!"

"Heuuuumph ... ide kamu Fani. Good banget, Mmmmuaaaach .. lope .. lope deh. Makasih Ya."

Fani melirik senyum dan menutup mata, kembali membuka mata dengan wajah sok dan sombong. Mirip wanita yang cerdas mempunyai ide briliant yang tak di miliki sahabatnya itu.

"Jiiiiieaaah .. mulai deh. Udah dapat pencerahan kabur dia. Woooiy .. Cla tungguin!!. Mo kemana, jam kerja masih lama?"

Fani berdiri terkejut menatap punggung Clara yang berjalan semakin menjauh. Ia juga ikut menyudahi menjenguk bu Ririn yang semasa hidupnya telah baik padanya.

****

DI KANTOR FANDI.

"Honey. Kamu yakin ga mau aku temani?" tanya Elvira.

"Ra. Udah kamu kembali pulang, nanti malam aku pulang sebentar. Aku bakal pulang kerumah istriku tersayang ini kok. Jadi jangan cereweet ya!" titah Fandi.

"Oke. See you Honey ... Mmmmmuaaach. Good Luck, semangat ya!" Kecup Elvira.

"Pasti. Hati - hati Ra. Kabari aku kalau udah sampai rumah!" pinta Fandi.

Clara yang tiba di lantai Ground. Ia memencet tombol lift dan menunggu tombol merah berubah hijau. Pertanda ia cepat segera masuk dan tak sabar keruangan di mana ia harus bertemu janji pada suaminya.

Tliiiing .. Suara pintu Lift.

Clara masuk, membalikan tubuhnya dan menatap seseorang yang berjalan lurus melirik menatapnya dengan alis menyamping. Clara yang berdiri di tengah lift hanya bisa kembali menatap dengan senyum, hingga pintu Lift tertutup. Tapi wanita itu masih menatap seperti tak suka padanya.

"Haaaah .. kenapa wanita glamour itu menatap aku kaya tadi ya?" berpikir lola Clara kala itu.

Karna ini pertama kalinya. Clara menatap wanita pirang tak asing di kantor suaminya. Berbeda hal dengan Elvira yang seperti melihat wajah Clara tak asing di suatu tempat.

"Apa dia benar si benalu itu?" lirih Elvira.

Terpopuler

Comments

Ratna

Ratna

Next

2022-01-11

0

penjual online

penjual online

Next

2022-01-11

0

KumiKimut

KumiKimut

hy kak like hadir untukmu, mampir Novelku strong mowen nea , ♥️

2021-10-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!