4. Arsya yang Menyebalkan

"Iya, gue mau!" cetus Argilla dengan penuh kekesalan.

"Yaudah, cepetan sana!" suruh Arsya.

"Ya lo temenin lah, ya kali gue sendirian di sana. Lagian lo juga tadi dihukum, kalau lo gak mau, gue bakal laporin lo juga ke bu kepsek!" ancam Argilla balik.

"Gak-ta-kut!" sahut Arsya dengan penuh penekanan.

Argilla mendengus kesal. Beberapa detik kemudian, ia mendapatkan ilham dari Tuhan. Ia pun segera melepas sepatunya begitu saja.

"Eh lo ngapain pake acara copot-copot sepatu segala!" komen Arsya saat melihat cewek di depannya itu beraksi melepas sepatunya.

Argilla menerbitkan senyum di wajahnya. Bukan, bukan senyum manis namun lebih cenderung ke senyuman sinis. Tangan kanan Argilla lantas mengangkat sepatu sebelah kanannya tinggi-tinggi.

"Kalau lo gak mau, gue pastiin sepatu ini bakalan bikin wajah lo gak ganteng lagi," ancam Argilla.

Arsya menatap tajam ke arah Argilla. Pandangan mereka pun saling berbenturan.

"O-ke!" ujar Arsya penuh penekanan.

Arsya maju selangkah lebih dekat dengan Argilla. Tangan kanannya bergerak, mencengkeram lengan Argilla.

"Awww…sakit tau!" keluh Argilla seraya meronta-ronta.

Bukan Arsya namanya, jika bukan berhati batu. Melihat Argilla semakin meronta-ronta, semakin pula Arsya memperkuat cengkeramannya. Tanpa pikir panjang, Arsya menggeret Argilla. Menuntutnya untuk membuntuti arah langkahnya.

***

Di sinilah mereka berada. Di kebun belakang sekolah. Letaknya berada tidak jauh dari "langganan persembunyian" Argilla. Berada searah dengan belakang ruang kelas Argilla. Sudah tentu, kebun ini sangat jarang ditandangi oleh warga sekolah, kecuali: tukang kebun sekolah, anak-anak yang sedang praktikum dengan melibatkan alam, anak-anak bandel yang sedang menjalani hukuman membersihkan lingkungan, dan anak-anak kampr*t yang pengen pacaran ngumpet-ngumpet.

Arsya dan Argilla menghentikan langkahnya. Dengar-dengar, tukang kebun di sekolah ini sedang pulang kampung. Mungkin karena ibunya sakit atau ada masalah yang harus segera diselesaikan, makanya diizinkan cuti meski bukan pas liburan sekolah. Arsya menghela napasnya. Tidak mungkin juga kan, cowok keren nan kece seperti Arsya harus membasmi rumput-rumput yang hidupnya tak diharapkan beserta tanaman-tanaman liar yang merugikan itu. Bisa jadi trending topik entar!

"Lo yakin?" tanya Argilla.

"Ya yakinlah! Lo kira bu kepsek ngehukum kita di sini itu tipu-tipu hah?" sewot Arsya.

"Tapi…."

"Gak usah banyak omong, basi tahu gak! Cepetan kerjain, lo bagian selatan dan gue bagian utara. Biar cepet!" ketus Arsya.

"Iya deh," sahut Argilla pasrah.

Arsya beranjak mendahului Argilla. Seperti yang ia katakan tadi, Arsya memutuskan untuk pergi ke kebun bagian utara. Kebun yang hanya dipisahkan oleh semak-semak yang menjulang lumayan tinggi.

Arsya mendudukkan tubuhnya di balik semak-semak. Ya iyalah, ngapain juga Arsya harus membantu Argilla. Jelas-jelas, yang salah itu Argilla. Yang dihukum seharusnya Argilla dong ya, bukannya Arsya. Arsya mendengus kesal. Ia lantas mengambil ponsel dari saku celananya.

Arsya diam-diam mengintip dari balik semak-semak. Dilihatnya, Argilla tengah asyik berjongkok membelakanginya. Gadis itu rupanya tengah antusias menjalani hukumannya.

"Ketimbang gue bantuin dia, mending gue main games aja," pikir Arsya.

Tanpa banyak berpikir lagi, Arsya segera mengetuk icon aplikasi games miliknya. Sebelum itu, ia mengatur player-nya terlebih dahulu sebelum memulai games tersebut. Setelah dirasa cukup, ia pun mulai menenggelamkan diri dalam pertarungan games tersebut.

Di sisi lain, ada Argilla yang saat ini tengah mengusap peluhnya berkali-kali. Kedua tangannya sudah kotor terbalut oleh tanah. Rumput yang ia cabut pun sudah mulai menggunung. Lumayan banyak. Diam-diam, Argilla penasaran dengan hasil pekerjaan Arsya. Ia pun lantas bangkit dan beranjak mendekati area Arsya.

Namun ia malah dikejutkan dengan Arsya yang tidak terlihat. Juga tidak ada gunungan rumput liar yang berhasil ia cabut. Argilla menghela napasnya. Berusaha berpikir positif dan tidak mau berprasangka buruk dulu terhadap Arsya.

Karena penasaran, Argilla pun mulai memasuki area Arsya. Suatu hal yang sangat-sangat-sangat membuatnya marah pun ia ketahui. Argilla tengah mendapati Arsya yang dengan asyiknya malah bermain ponsel di balik semak-semak. Pantas saja saat Argilla mengintip tadi, Arsya tidak kelihatan. Ternyata eh ternyata, si cecunguk satu itu bersembunyi di balik semak-semak dan berusaha mengelabuinya. Argilla sungguh merasa tidak terima.

Karena terlalu asyik bermain games online, Arsya pun tidak menyadari keberadaan Argilla. Hal ini membuat Argilla menuai ide yang sangat bagus untuk memberi Arsya pelajaran. Argilla bergerak melepas sepatu sebelah kanannya. Dengan penuh rapalan mantra, Argilla melempar sepatunya kuat-kuat.

"ADUH!"

Dan tepat sasaran! Sepatu itu mengenai lengan Arsya hingga tanpa sengaja Arsya menjatuhkan ponselnya ke tanah begitu saja. Tersadar akan sesuatu, Arsya secepat kilat mengambil ponselnya yang terkapar di tanah.

"Anj*ng! Gue kena bantai!" umpat Arsya.

Arsya lantas menatap tajam ke arah seseorang yang baru saja mengacaukan games-nya. Arsya bangkit dari duduknya, tak lupa juga mengambil sepatu butut yang telah mengacaukan permainannya. Arsya berjalan mendekati Argilla. Semakin dekat. Dekat dan kini hanya berjarak dua langkah dari Argilla.

Arsya mengangkat sepatu Argilla tinggi-tinggi dihiasi dengan tatapan mata tajam dan senyum miring dari Arsya. Dengan kekesalan tingkat dewa, Arsya melemparkan sepatu itu kuat-kuat hingga sepatu itu terlempar jauh ke arah belakang Argilla.

"Bisa gak sih lo jauhin sepatu butut lo jang jelek dan bau itu dari hidup gue hah? Gue benci sama sepatu lo yang ngerusak hoki gue mulu!" ketus Arsya.

"Pertama, lo bikin gue mimisan dan darah rendah gue kumat. Kedua, lo bikin gue ikut-ikutan dihukum sama bu kepsek. Ketiga, lo bikin gue mati dan turun level di games online gue. Keempat, lo bikin gue marah untuk kesekian kalinya. Mau lo apa sih sebenernya?" marah Arsya.

"Sadar gak sih lo? Ini semua terjadi karena kesalahan lo sendiri! Pertama, lo nimpuk gue pake bola sampai kepala gue kliyengan. Kedua, lo bikin gue untuk pertama kalinya bermasalah sampai dipanggil ke ruang kepsek. Ketiga, lo bikin gue kena hukuman gak jelas kek gini. Keempat, dan lo malah nyalahin gue atas kesalahan lo sendiri! Gue juga muak kali sama lo!" marah argilla.

"Gak usah ngotot gitu ngomongnya. Biasa aja bisa gak!" kesal Arsya.

"Lo yang bikin gue harus ngotot kayak gini, anj*ng!" pekik Argilla.

"Salah siapa lo nimpuk lengan gue pakai sepatu! Lo kira gak sakit apa? Dan lo udah bikin gue kalah dan malu-maluin gue tadi!" ketus Arsya.

"Terus dengan lo ngelempar sepatu gue entah kemana, semua masalah kelar hah? Oh atau mungkin, lo ngerasa lega karena berhasil ngebuang sepatu gue jauh-jauh?" marah Argilla.

"Lo salah! Lo malah bikin gue semakin benci sama lo!" pekik Argilla.

"Dan…gue pastiin, sepatu gue gak bakal lepas dari kehidupan lo, biar lo sial seumur hidup!" cibir Argilla kemudian.

"Beraninya!" Pukulan tangan Arsya tertahan di udara.

"Pukul? Ayo pukul aja! Jangan kira, gue takut sama lo hanya gegara gue ini cewek!" cetus Argilla.

Bukannya memukul, Arsya malah membelokkan pukulan tangannya ke udara. Arsya menatap Argilla dengan sorot mata tajam.

"Gue pergi, terserah lo mau tetep stay di sini atau ikut pergi bareng gue," ucap Arsya.

Arsya berlalu meninggalkan Argilla sendirian. Argilla merenung sejenak. Ia menolehkan pandangannya ke kanan dan kiri. Sepi. Membuat Argilla menjadi parno sendiri.

Terpopuler

Comments

puja_surya

puja_surya

Ceritanya bagus ka.
Semangat untuk selalu up.
Aku udah kasih boom like ya ka
Aku tunggu feedbcak nya ka .

2020-05-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!