Jerry, Aldan, dan Lisna sudah resmi keluar dari ruang kepala sekolah. Arsya menghela napasnya. Ia lantas berjalan menghampiri kursi yang berhadapan langsung dengan ibu kepala sekolah.
"Silakan duduk!" ucap ibu kepsek kepada Argilla.
Argilla hanya menganggukkan kepalanya sembari tersenym, lantas mendudukkan dirinya di samping Arsya. Kini, mereka berdua tengah berhadapan dengan Ibu kepsek. Bu kepsek menatap Arsya dingin lantas beralih menatap Argilla dengan tatapan yang sama dinginnya.
"Ada masalah apa?" tegas Ibu kepsek, membuat suasana menjadi semakin tegang.
"Seperti yang saya laporkan tadi, dia melakukan penganiayaan sama saya, Bu! Masa tadi dia ngelempar sepatunya ke wajah saya sampai-sampai hidung saya mimisan," adu Arsya.
"Gak sepenuhnya salah saya, Bu! Dia duluan yang ngelempar bola sampai kena kening saya! Sakit, Bu, puyeng rasanya," adu Argilla balik.
"Dia dong yang salah. Tadi dia juga bikin darah rendah saya kumat gegara ngambil sepatunya, Bu!" sahut Arsya.
"Salah siapa dia habis nimpuk saya gak minta maaf sama sekali. Bikin emosi saya meledak, Bu!" timpal Argilla.
"STOOOPPPP!" teriak Bu kepsek.
"Kalian ini, saya suruh jelasin permasalahannya, bukan saya suruh ribut di hadapan saya!" telak Bu kepsek.
"Maaf, Bu!" ucap Arsya dan Argilla bersamaan.
"Karena menurut saya ini hanya masalah kecil, siapa nama kamu?" tanya Bu kepsek seraya mengarahkan pandangannya ke arah Argilla.
"Argilla, Bu," jawab Argilla pelan.
"Nah kamu, Argilla, kamu saya beri hukuman potong rumput di taman sekolah yang udah pada panjang-panjang itu, setiap jam pulang sekolah selama seminggu," ujar Bu kepsek.
"Setuju, Bu!" seru Arsya girang.
"Masalah selesai. Sidang ditutup," ucap Bu Kepsek dengan penuh ketegasan.
"Lah, Bu, kok dia gak dihukum?" protes Argilla seraya menunjuk ke arah Arsya.
"Arsya kan korban," tegas Bu kepsek.
"Bener banget, Bu!" sahut Arsya.
"Gak bisa gitu dong, Bu! Di mana letak keadilan buat saya? Saya kan juga korban!" seru Argilla tidak terima.
"Buktinya kamu gak kenapa-napa kan? Sekali lagi kamu membantah, hukuman saya tambah dua kali lipat," tegas Bu kepsek.
"Iya-iya, Bu, saya terima. Asalkan Arsya juga ikut membantu saya," nego Argilla.
"Baik, kalian lakukan apa saja semau kalian, yang penting, hukuman selesai tepat waktu!" tegas Bu kepsek.
Arsya menatap ke arah Bu kepsek dengan raut wajah kesal. Arsya dengan sigap berdiri dari duduknya. Ia lantas melangkah meninggalkan ruangan kepala sekolah tanpa basa-basi.
"Kalau begitu, saya permisi ya, Bu," ucap Argilla,"dan terima kasih juga karena saya gak di drop out dari sekolah."
Bu kepsek menganggukkan kepalanya. Diam-diam, ia mengulaskan senyumnya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Dasar anak muda jaman sekarang, sok-sokan ributin masalah kecil, padahal juga pada cinta lokasi. Gak kayak kehidupan saya dulu," lirih Bu kepsek seraya memandangi fotonya bersama suami dan anaknya.
***
Arsya dan Argilla yang baru saja keluar dari ruang kepala sekolah langsung saja disambut oleh Jerry, Aldan, dan Lisna yang sejak tadi telah menunggu di luar ruangan. Lisna menyentuh kedua bahu Argilla seraya menatapnya lekat.
"Gil! Gil! Gil! Lo masih aman kan? Masih legal sekolah di sini kan?" seru Lisna panik.
"Gak usah heboh sekali aja bisa gak? Gue gak papa, cuma dihukum gantiin tugasnya Pak kebun aja, untung-untungan deh!" ucap Argilla lega.
"Lo gak dihukum kan, Sya?" tanya Aldan memastikan.
"Gara-gara dia, gue jadi ikutan dihukum tahu gak! Bikin males dan kampr*tnya, emak lo malah nurut-nurut aja! Gimana nasib ketampanan gue coba!" keluh Arsya.
"Tenang, nanti kita buat judul ftv 'Tukang kebun sekolahku ganteng maksimal' deh," cetus Jerry.
"Yang ada bukan ftv, tapi film yang judulnya 'Azab ketimpuk sepatu butut'!" ketus Arsya.
"Udah-udah, kok malah pada jadi korban sinetron sih! Tapi sorry-sorry aja nih ya, Sya, karena ini hukuman buat lo, gue sama Jerry gak bisa ikut campur hehehe," ujar Aldan.
"Yups!" timpal Jerry.
"Wah pada gak setia kawan lo pada!" pekik Arsya kesal.
Sementara itu, Argilla menatap Lisna dengan pandangan memohon.
"Lo bakal bantuin gue kan, Lis?" tanya Argilla memastikan.
"Ehee sorry, Gil, kan lo tahu sendiri kalau sore gue ada les," cetus Lisna.
"Lissss, kok lo tega sih! Emang lo les apaan sampai seminggu?" seru Argilla dengan wajah memelas.
"Gue…gue lesnya banyaklah, Gil! Les musik, les balet, ya pokoknya les-les gitu deh…emm ya udah yuk balik ke kelas. Bentar lagi pulang nih," ujar Lisna.
"Ya udah, yuk," ucap Argilla lesu.
"Duluan ya, Bye!" seru Lisna kepada cowok-cowok itu.
"Bye juga anti virusku!" seru Aldan girang.
"Najis!" pekik Arsya.
"Balik ke kelas yuk!" ajak Arsya dengan nada dingin.
"Yuk," sahut Jerry dan Aldan bersamaan.
****
TELOLET TELOLET!!!
Suara aneh ini muncul di saat bel pulang sekolah seharusnya berbunyi. Tidak seperti biasanya yang selalu meriah ketika jam satu siang tiba.
"Itu apaan dah? Kek bukan bel pulang sekolah," cetus Argilla.
Seluruh murid pun meledakkan tawanya. Namun, ketika melihat bu Darmi menampilkan raut wajahnya yang masam, seluruh murid sontak menghentikan tawanya begitu saja. Takut kena omel :(.
"Perhatian-perhatian, berhubung jam pembelajaran sudah berakhir, anak-anak boleh dipulangkan!"
Tiba-tiba, terdengar suara susulan yang menyeruak hingga ke seluruh ruangan. Seperti biasa, murid-murid pun berseru girang. Mereka dengan cepat membereskan barang bawaannya. Lantas dilanjutkan dengan doa bersama. Setelahnya, mereka pun bubar setelah Bu Darmi meninggalkan kelas terlebih dahulu.
Sesosok cowok yang sedari tadi mengheningkan cipta di samping Argilla pun diam-diam melirik Argilla sekilas. Cowok itu mengernyitkan dahinya. Padahal biasanya, cewek di sampingnya ini adalah orang pertama yang paling bersemangat pulang. Namun hari ini, dia malah diam tertegun di tempatnya, seakan tak mau beranjak dari tempat ternyamannya itu.
"Gak pulang?" tanya Farel. Argilla melirikkan pandangannya ke arah Farel dengan mata berbinar.
"Kenapa? Mau ngajak pulang bareng ya?" tebak Argilla. Sementara Farel malah memutar bola matanya malas.
"Gak usah kepedean!" ketus Farel.
Farel bergegas mengambil ponselnya di laci meja lantas memasukkan ponselnya di saku. Tak lupa juga, ia menyalakan musik dari ponselnya itu lantas menyumpal kedua telinganya dengan headshet. Farel memutuskan bangkit dari duduknya. Sedetik kemudian, ia melangkah, meninggalkan Argilla sendirian begitu saja.
"Farel, tunggu!" seru Argilla.
Argilla bergegas mengejar Farel. Tepat selangkah sebelum keluar kelas, Argilla terkelinjat ketika terdapat tangan kekar yang dengan cepat menghalanginya untuk keluar kelas.
"Eittsss! Lo mau kemana?"
Tentu saja Argilla sangat-sangat-sangat mengenali suara itu. Suara cowok resek yang tadi membuat Argilla sampai dihakimi di ruang kepala sekolah. Dengan penuh amarah, Argilla menepis tangan itu. Keras sekali, hingga cowok itu mengaduh sembari memegangi lengannya.
"Gue mau kejar Farel!" ketus Argilla dengan penuh penekanan.
Argilla lantas berjalan tanpa menghiraukan Arsya. Langkahnya semakin cepat mengejar Farel yang kurang beberapa langkah lagi sukses membelokkan diri ke arah gerbang sekolah.
"FAREL, TUNGGU AKU!" teriak Argilla lantang.
Farel menghentikan langkahnya. Menunggu selama beberapa detik agar Argilla berada sejajar di sisinya. Namun, karena dirasa lama, Farel pun menolehkan kepalanya. Namun, bukannya mengejarnya, eh Argilla malah sekarang tengah berhadapan dengan seorang cowok. Namun Farel tak begitu mengenal cowok itu karena cowok itu memunggunginya. Farel mendengus kesal. Ia lantas melanjutkan kembali langkahnya yang sempat tertunda itu.
Di samping itu, Arsya yang mendengar Argilla berteriak memanggil nama Farel dengan sigap berlari menghadangnya. Arsya merentangkan tangannya. Tak memberi celah sedikitpun kepada Argilla untuk kabur.
"Lo ngapain sih! Tuh lihat, Farel jadi pergi kan!" marah Argilla. Diam-diam, Arsya melirik sekilas ke arah Farel yang saat ini nyaris berbelok menuju ke arah gerbang itu.
"Siapa dia? Cowok lo?" tanya Arsya menginterogasi.
"Bukan urusan lo!" ketus Argilla, "Dah lah, minggir lo!"
"Eittss, lo lupa ya kalau lo lagi dalam masa hukuman? Lo selesaiin dulu hukuman lo baru lo bisa keluar dari sini!" ujar Arsya.
"Gak mau!" ketus Argilla sembari menepis rentangan tangan Arsya. Argilla lantas berjalan mendahului Arsya.
"Sekali lo berani keluar dari sekolah ini, gue pastiin lo besok gak akan diterima masuk di sekolah ini lagi," ancam Arsya.
Arsya membalikkan tubuhnya sembari melipat tangannya di depan dadanya. Bibirnya mengulas senyum miring. Ia yakin seribu persen bahwa Argilla akan tunduk pada ancamannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments