"Ryuu! Tunggu aku!"
Ara dengan kecepatan yang ia punya mencoba mengejar Ryuu yang sudah duluan mengambil sepedanya di tempat parkir sekolah. Namun, sebelum Ryuu menaiki sepedanya, Ara menarik tangan Ryuu.
"Boleh aku ikut pulang bersamamu?" tanya Ara dengan puppy eyes.
Ryuu melirik Ara sinis, "Siapa suruh kau tak bawa sepedamu."
"Ah, kan sudah kubilang tadi pagi! Sepedaku bannya bocor jadi aku tidak bisa membawanya ke Sekolah," jawab Ara agak kesal karna harus menjelaskan lagi.
Ryuu mengangguk, tapi tatapannya itu seperti tak percaya ucapan Ara. Melihat itu, Ara segera mencubit pipi Ryuu gemas. Namun dengan cepat pula di tepis oleh Ryuu.
"Lepaskan. Jangan sentuh-sentuh aku."
Ara tertawa, "Hmm, padahal dulu saat kecil kau sangat senang sekali jika aku mencubit pipimu."
Ryuu membelalakan matanya, "Hah? Kapan?"
"Tuh, kan! Kau selalu saja tidak ingat! Kau dulu pernah mengaku senang jika aku mencubit pipimu, bahkan kau memintanya sendiri," kata Ara sambil melanjutkan mencubit pipi Ryuu.
Ryuu lagi-lagi menepis tangan Ara di pipinya, "Tidak. Kau hanya membual saja. Aku tidak percaya dulu saat kecil aku seperti itu."
"Hahaha, pipimu merah. Kau sebenarnya ingat, kan? Iya kan? Aku tahu jika kau sedang gugup pasti pipimu merah!"
"Ah! Berisik! Cepat naik atau kau ku tinggalkan!" seru Ryuu yang sepertinya sudah mulai kesal.
Ara pun segera naik sepeda Ryuu di jok belakangnya. Namun, sebelum Ryuu mengayuh sepedanya, Ara segera melingkarkan tangannya di pinggang Ryuu. Dan itu tentu saja membuat Ryuu menoleh ke belakang.
"Bisa lepaskan, tidak?" tanya Ryuu sinis.
"Tidak. Hehe," jawab Ara sambil tersenyum lebar.
Ryuu pun memutar bola matanya kesal. Ia akhirnya terpaksa membiarkan Ara memeluknya dari belakang. Dengan rasa hati yang jengkel, Ryuu segera mengayuh sepedanya dengan cepat menuju rumah mereka yang bersebelahan.
***
Malam ini keluarga Ryuu dan keluarga Ara sedang melakukan kegiatan rutin, yaitu makan malam bersama setiap 1 bulan sekali. Ini karna orangtua mereka berdua sudah bersahabat sejak lama. Dan ditengah kesibukan orangtua Ryuu dan Ara, mereka menyempatkan diri untuk sekedar berkumpul dan makan malam bersama.
Sungguh harmonis, bukan?
"Bunda, Ryuu kemana?" tanya Ara pada Yuurin, Bundanya Ryuu.
"Hei, jangan ganggu Bunda Yuu. Dia sedang masak. Lebih baik kau bantu memotong bawang ini. Mommy akan mencuci sayuran di wastafel," ucap Santia cukup kesal pada anaknya seraya pergi dari situ sambil membawa sayuran.
Ara memonyongkan bibirnya, "Bunda Yuu, Ryuu kemana?" tanya Ara sekali lagi.
Yuu pun tertawa, "Dia ada di kamarnya, Ara. Coba panggil saja. Paling dia sedang belajar."
Ara mengangguk bersemangat sambil berlari menuju kamar Ryuu yang letaknya paling ujung dan pojok ruangan. Saat sudah didepan kamar Ryuu, Ara segera membuka pintu kamar Ryuu tanpa permisi.
"Ryuu! Makan malam sebentar lagi siap loh!"
Ara membelalakan matanya saat melihat Ryuu yang ternyata bukan sedang belajar. Melainkan sedang tertidur pulas di kasurnya. Melihat itu, Ara pun tertawa kecil sembari menghampiri sahabatnya tersebut.
"Wah, ini baru jam 7 malam. Tapi kau sudah se-pulas ini tidurnya, hihi," gumam Ara sambil memperhatikan wajah Ryuu yang sedang tertidur.
Makin lama Ara memperhatikan wajah tampan Ryuu, makin kencang pula jantungnya berdetak. Menurut Ara, Ryuu 100x lipat lebih tampan saat sedang tertidur. Dan Ara merasa jantungnya itu seperti akan meledak.
Tiba-tiba, Ryuu membuka matanya perlahan. Melihat itu, tentu saja Ara salah tingkah. Namun, Ryuu tidak mengucapkan 1 kata pun. Ia hanya menatap Ara dalam-dalam.
"Ryuu, makan malam sudah si-"
SRETTT!!!
BRUGGHH!!!
Tubuh kecil Ara ditarik Ryuu begitu cepat hingga sekarang posisi Ara sedang berada diatas Ryuu. Mereka saling berpandangan lama. Benar-benar situasi yang sangat canggung dan aneh. Satu hal yang pasti, ada apa dengan dengan Ryuu?
"Ryuu, ayo bangun. Kau mengigau ya? Lagipula kenapa kau menarikku seperti ini?"
Ryuu masih saja diam sambil menatap Ara. Tanpa ekspresi apapun. Dan jujur saja, tatapannya itu membuat Ara merasa meleleh.
"Ryuu?"
SRETTT!!
Ara membelalakan matanya kaget saat kepalanya ditarik begitu saja oleh Ryuu hingga ia menabrak bibir Ryuu. Dengan kata lain..
Ryuu mencium Ara tiba-tiba!
Ara segera melepaskan ciuman Ryuu dan menatap Ryuu kaget. Tapi, yang di tatap hanya memasang ekspresi datar seolah tadi yang ia lakukan itu tidak salah. Perasaan antara senang, marah, dan canggung bersatu. Marah? Ya, karna Ryuu sudah mengambil first kiss-nya Ara.
"Ryuu, apa yang kau lakukan?" tanya Ara lirih.
***
"Lho? Ra? Mana Ryuu?" tanya Santia pada anaknya yang baru saja kembali dari kamar Ryuu.
Ara menggeleng, "Dia sedang tidur mom, tidak bisa dibangunkan."
Yuu pun tertawa, "Ryuu memang seperti itu. Susah sekali bangunnya. Ya sudah, ayo sekarang kita mulai makan malamnya. Semua sudah siap dihidangkan."
"Ara, panggil ayahmu dan ayah Ryuu di teras. Mereka sedang main catur. Ajak mereka ke dalam untuk makan malam," ucap Santia dan dibalas anggukan oleh Ara. Lalu setelah itu Yuu dan Santia pun segera pergi ke dapur untuk mengambil beberapa sisa makanan yang ada disana.
Baru saja Ara akan berjalan menuju teras, tiba-tiba dibelakangnya sudah ada Ryuu yang berdiri tanpa suara. Tentu saja Ara terkejut sambil mundur beberapa langkah. Kehadiran Ryuu yang tiba-tiba membuat Ara merasa bingung.
"Hei, bukankah k-kau tadi su-susah di bangunkan?"
Ryuu menatap Ara sinis, "Apa maksudmu? Aku sudah bangun dari tadi."
"T-tidak. Tadi baru saja aku dari kamarmu untuk membangunkanmu, tapi kau tak bangun-bangun juga."
Bukan menjawab, Ryuu malah mengernyitkan dahinya bingung sambil menatap Ara. Bukan, lebih tepatnya Ryuu menatap bibir Ara.
"Bibirmu berdarah," kata Ryuu seraya menyentuh bibir Ara.
Ara pun segera menepis tangan Ryuu. Ia lalu menutupi bibirnya dengan tangannya, "Bu-bukan urusanmu." ucap Ara seraya berlari menuju teras.
"Kenapa sikapnya seperti itu? Aku kan hanya bertanya saja," gumam Ryuu bingung.
***
"SELAMAT MAKAAAANNN!!!"
Semua sudah berkumpul di depan meja makan. Ada Santia dan Bram (Orangtua Ara), juga ada Yuurin dan Vino (Orangtua Ryuu). Tentu saja anak mereka yaitu Ara dan Ryuu juga ada disana.
"Mom, aku tidak berselera makan." Ujar Ara sambil menyimpan kembali piring berisi nasi dan lauk yang diberikan Santia.
"Ra, kok kamu begitu sih? Tidak biasanya loh kamu menolak makan malam seperti ini." Tegur Bram pada anaknya.
"Jangan-jangan, kamu diet ya?" tanya Vino tiba-tiba.
"Ti-tidak kok, Om!" jawab Ara cepat.
Vino dan Yuurin pun tertawa, "Ryuu, apa Ara sedang dekat dengan seseorang?" tanya Yuurin penasaran.
Ryuu yang sedang makan hanya diam sambil melirik Ara. Dilirik seperti itu, Ara segera membuang muka.
"Loh, memangnya kenapa Bun?" tanya Santia pada Yuu.
"Haha, tidak. Hanya saja biasanya jika seorang cewek menyukai seseorang, dia pasti akan mengurangi porsi makannya," jawab Yuu lalu dibalas tawa oleh Santia.
"Kau sedang jatuh cinta ya, Ra? Gelisahmu itu terlihat mencurigakan sekali," ujar Bram pada anaknya yang masih saja diam.
Ara menatap semua yang ada disitu. Lalu, pandangannya terhenti tepat di 1 orang. Siapa lagi kalau bukan Ryuu? Namun, yang ditatap malah asyik melahap makan malamnya tanpa membalas tatapan Ara sedikitpun.
"Sepertinya Ryuu tidak perduli aku suka pada siapa," batin Ara sedih.
Ara pun menarik nafasnya dalam-dalam. Ia mencoba menetralisir semua yang dirasakannya sekarang. Bagaimanapun, dia harus menjawab pertanyaan Daddy-nya agar tak bertanya apapun lagi.
"Iya, Daddy benar. Aku sedang jatuh cinta pada seseorang. Tapi, sepertinya aku bertepuk sebelah tangan," kata Ara yang tak mengalihkan pandangannya dari Ryuu sedikitpun. Sedangkan Ryuu masih sibuk dengan makanannya.
Santia menatap Ara penuh arti, "Sudah, sudah. Tidak usah dibahas lagi, Daddy. Kau membuat anak kita semakin sedih."
Bram mengangguk dan memutuskan untuk kembali melanjutkan makan. Melihat suasana canggung seperti itu, Vino pun mencoba mencari ide.
"Ah, iya! Bun, bagaimana jika minggu depan kita camping? Bram, ajak keluargamu juga. Kita camping bersama, bagaimana?" tanya Vino dengan penuh semangat.
Yuu mengangguk, "Untuk urusan makanan, serahkan padaku dan Santia ya. Untuk urusan transportasi dan biaya tempat camping, itu urusan suamiku dan Bram."
Santia dan Bram pun mengangguk. Kedua pasang orangtua tersebut kini menatap anak mereka masing-masing. Ditatap seperti itu, Ryuu berhenti mengunyah makanannya. Sama seperti Ara yang juga berhenti menunduk.
"Iya, iya. Aku ikut," ujar Ryuu sinis yang mengerti arti tatapan dari Vino dan Yuu.
"Ara? Bagaimana? Sudah lama loh keluarga kita tidak berlibur bersama. Terakhir kita liburan bersama sekitar 2 tahun yang lalu, ya?" tanya Santia pada semua yang ada disitu.
Ara pun akhirnya mengangguk, "Hmm, iya deh. Aku juga ikut," jawab Ara malas lalu dibalas canda tawa oleh sepasang kedua orangtua tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Pembacaaaa_
lanjut
2020-08-27
0
boyfriend✌
aku hadir meoww😊😍
udh bawa like juga😘😘
mangatse.
oh iya salam dari
"BADGIRL WITH LOVE" &"BIDADARI TAK BERSAYAP PENCURI SEPASANG SAYAP MALAIKAT"
2020-06-17
4
boyfriend✌
aku hadir meoww😊😍
udh bawa like juga😘😘
mangatse.
oh iya salam dari
"BADGIRL WITH LOVE" &"BIDADARI TAK BERSAYAP PENCURI SEPASANG SAYAP MALAIKAT "
2020-06-17
5