part 3

Imelda celingak celinguk, Mencari sosok yang tengah menunggunya, Elvano telah mengabari dirinya bahwa dia telah menunggu di bioskop. Ini bukan pertama kalinya mereka menonton, Mereka memang seperti sepasang kekasih yang menikmati masa pacarannya, Tapi pada kenyataannya tidak begitu.

Elvano melambaikan tangannya pada Imelda, Laki-laki yang memakai Hodie, Dengan celana selutut, Tak lupa topi yang selalu melekat di kepalanya, Hitung-hitung penyamaran agar dirinya tak terlalu mencolok, juga agar tak di ketahui oleh sang papa jika dirinya menghabiskan waktu bersama Imelda.

Di tangannya sudah ada popcorn, Dan dua minuman bersoda untuk dirinya dan Imelda, Imelda yang melihat Elvano kerepotan berinisiatif membanyu membawakan bawaan Elvano.

" Tuan biar saya bantu!" Kata Imelda.

Dengan senang hati Elvano memberikan popcorn yang dirinya pegang pada Imelda.

" Terimakasih Imelda, Ayo masuk sebentar lagi Film nya akan mulai." Kata Elvano.

Imelda mengangguk, Dan seperti biasa dia mengekori Elvano dari belakang.

" Ini bukan di kantor Imelda, Jadi bersikap biasa saja denganku."

" Ahhh baik tuan." Imelda mengangguk, Dia mensejajarkan jalannya dengan Elvano.

Mereka masuk ke ruangan yang tampak gelap, Lampu sudah di matikan, itu artinya Film akan segera di mulai, Elvano memilih film indonesia saja yang berjudul teman tapi menikah.

" Imelda.." Bisik Elvano.

" Ya tuan.." Jawab Imelda masih pelan-pelan. Mereka berbisik karena tak ingin menganggu yang lainnya saat menonton.

" Kau pernah dengar, Ada yang namanya pernikahan tak terduga, Bagaimana perasaanmu jika itu terjadi padamu?" Tanya Elvano sungguh-sungguh.

" Jika itu terjadi padaku, Maka aku akan terima takdir dan memohon tuhan menghadirkan cinta."

"Misalnya gini, Contoh saja. Kau dan aku tiba-tiba menikah, Padahal sebelumnya kita tak pernah pacaran, Namun sebenarnya kita saling mencintai, Kira-kira apa tanggapan kamu." Tanya Elvano.

Imelda terpaku, Tatapannya lurus menatap mata Elvano. Sesaat mereka hanya saling tatap, Imelda menelan salivanya kuat, pertanyaan macam apa itu. Tahukah hatinya bertalu cepat. Bisa kah Elvano mendengar getaran hatinya karena terlalu kuat.

" Ekheemmmm..." Imelda berdehem, Dia memalingkan wajahnya kembali menghadap layar.

" Film nya tak akan seru jika kita tak konsen menonton." Kata Imelda mengalihkan pertanyaan Elvano. Elvano hanya terkekeh, Wajah malu Imelda begitu membuatnya gemas, Satu hal yang Elvano bahwa pastilah Imelda mempunyai perasaan padanya.

" Sampai jumpa hari senin tuan." Ujar Imelda pada Elvano, Laki-laki itu telah mengantarkan Imelda sampai di apartemennya.

" Besok kau mau kemana?" Tanya Elvano.

" Besok Saya hanya mau beres-beres saja di rumah Tuan, tidak akan kemana pun, Paling Sari seperti biasa akan main ke tempat ku." Jawab Imelda.

" Memangnya kenapa tuan.?" Tanya Imelda penasaran.

" Ah tidak aku hanya ingin memastikan saja."

" Emm begitu rupanya." Imelda mengangguk paham.

" Sayangnya besok saya ada pertemuan dengan parternya papa Lary di rumah, Kalau tidak ada mah kita masih bisa jalan ya."

Imelda tersenyum, Menanggapi Elvano.

" Bisa lain kali saja tuan." Ujar Imelda malu-malu.

" Coba tundukan kepalamu."Titah Elvano, Dan Imelda menurut, Dia menundukan kepalanya.

" Ini pakailah."Elvano menautkan topi yang tadi dirinya pakai pada kepala Imelda yang tertutup hijab.

" Apa ini tuan." Tanya Imelda Heran.

" Ini kenang-kenangan dariku."

Imelda terkekeh, Lucu sekali tingkah Elvano. Kenang-kenangannya sebuah topi, Seperti berasa masih bocah SMP saja.

"Terimakasih."

Setelah pamit, Imelda turun dari mobil Elvano. Dia melihat mobil Elvano sampai hilang dari tatapannya. Senyumnya tak berhenti berkembang, Berbunga-bunga hatinya. Imelda sendiri tidak mengerti apa arti dari kebaikan yang Elvano berikan padanya. Bahkan Imelda selalu berpikir bahwa tak apa hanya dirinya saja yang mencintai Elvano. Meski pun sebelah tangan Namun cintanya sangat indah Dia rasakan.

.

.

.

kring...Kriinggg..Kringg... Bunyi telepon Memaksa Imelda untuk mengangkat telepon genggam miliknya.

" Hallo." Ucapnya parau.

" Hei Nona, Sudah solat belum Ayo bangun." Kata Sari dari sebrang telepon.

" Belum." Jawab Imelda, matanya kembali terpejam bahkan sesekali berlayar ke alam mimpi kembali.

" Aduhh gimana sih, Udah jam lima nih.." Gerutu Sari.

" Iya iya Sar aku bangun nih." Kata Imelda, Perlahan dia mendudukan tubuhnya.

" Nah gitu dong, BTW aku punya tiket ke dupan nih nanti. Ayo dong Imelda temenin aku ke dupan yah." Kata Sari Sedikit memohon.

" Dupan."

" Iya Imelda, Ini pertama kalinya aku ke sana, Ya ya Imelda temenin aku." Mohon Sari.

" Dasar kau sari, Niatnya aku hari ini mau beres-beres, Dan tidur." Kata Imelda.

" ***** luh mah dasar, Yaudah deh." Gerutu Sari berlagak marah.

" Iya iya Sari gua temenin dah nanti, Jemput saja ke rumah."

" Oke sip."

Sari menutup teleponnya. Imelda menggeleng, Dasar sari ini, dia memang ketus orang nya, Dan itu bisa saja membuat Imelda tak enak hati untuk menolak. Apa enaknya ke dupan, Di sana panas, Belum lagi, Harus bertemu banyak orang, Lebih Enak tiduran di rumah, Menikmati masa libur.

Imelda beranjak dari tempat tidur, dia melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim yang taat, Mengambil air wudhu dan solat, Selepas itu ia sematkan Doa, memohon kepada Allah agar secepatnya mempertemukan dirinya dengan kedua orang tuanya. Itulah doa yang tak pernah bosan Imelda minta kepada sang pencifta.

Dia duduk di depan kaca rias, sebelum ke luar untuk memasak sarapan untuknya. Mengambil gadget pintar miliknya, Nomor Elvano yang Dia tekan. Imelda berniat memberikan kabar pada Elvano bahwa dirinya akan pergi ke Dupan menemani Sari, Karena semalam Elvano bertanya Padanya akan kemana, Namun Imelda menghentikan Niatnya. Siapa dirinya, Mau kemana pun Elvano pasti tidak akan perduli. Akhirnya dia memutuskan untuk menelpon Ibu syamsiah saja, Ingin berkabar dengan sosok ibu yang telah mengurusnya dari sejak kecil.

" Hallo Bu.."

" Hallo nduk, Ada apa? Tumben sekali nelpon pagi-pagi begini." Tanya Ibu Syamsiah lembut, dia memang bagai sosok ibu yang penyayang, selama Imelda di rawat oleh ibu syamsiah, perempuan itu tak pernah marah padanya.

" Imel hanya rindu sama Ibu, Gimana kabarnya bu?, Anak-anak gimana?" Tanya Imelda.

" Ibu alhamdulillah sehat nak, Anak-anak juga. Mereka lagi siap-siap dan buat sarapan. Karena hari ini libur sekolah, Ibu dan anak-anak punya kegiatan bercocok tanam sekarang."

" Wahh serunya, Maaf tapi Imelda tak bisa bantu ya bu. Temannya Imelda ngajak Imelda pergi hari ini."Sesal Imelda.

" Tidak apa-apa Nduk, Bersenang-senanglah."

" Iya bu, Oh iya. Bu, Uang yang Imel transfer sudah masuk belum ke rekening ibu?" tanya Imelda.

" Sudah nduk, tapi ibu mohon sekali sama kamu, Berhentilah memberikan gajihmu untuk anak-anak. Simpanlah nduk, Nanti kau pasti membutuhkannya, Lagi pula, Sekarang sudah ada donatur, Lumayan anak-anak jadi bisa sekolah."

Mata Imelda sedikit berlinang, lantas jika bukan dengan itu, Bagaimana Imelda membalaskan Budi kepada Bu Syamsiah.

" Imel akan tetap mengirimkan Uang pada Ibu, imel Harap, Ibu tak menolaknya."

Ibu Syaamsiah bernapas pasrah.

" Baiklah Ndu, Terserah kamu saja, Asal kamu tidak merasa terbebani ya." Jawab Buk Syamsiah.

" Terimakasih bu..."

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!