Hari berikutnya, seperti biasa Haruka selalu menyiapkan sarapan di bantu oleh beberapa pelayan rumah.
Pengasuh Azriel datang bersama Azriel untuk ikut sarapan bersama di meja makan yang berada di lantai bawah.
"Semalat pagi... Anakku tercinta," Haruka mencium kening Azriel yang sudah duduk di kursi.
"Mama, hari ini aku sekolah?" Hari ini adalah hari pertama Azriel sekolah.
"Iya... Sayang, Ayah bilang kamu harus mulai sekolah hari ini, nanti mama yang antar," balas Haruka, wanita itu kembali membereskan makanan untuk sarapan.
Nathan datang ke dapur dan secara tiba-tiba memeluk Haruka dari belakang, "Pagi istriku tercinta," ucap Nathan hangat.
"Jangan buatku kaget," Tadi saat Nathan tiba-tiba memeluknya dari belakang Haruka sempat kaget.
Nathan melepaskan pelukannya, dan berjalan menghampiri Azriel ia pun duduk di samping kursi anaknya.
"Ayah... Hari ini aku sekolah?" tanya Azriel menatap Nathan.
"Iyah kau sekolah hari ini, Ayah sudah daftarkan kau di sekolah terbaik di sini, nanti kau akan di antar oleh pengawal ayah juga," jelas Nathan sambil membalas tatapan anaknya.
Wajah ceria dan semangat Azriel entah kenapa berubah menjadi murung dan sedih setelah mendengar ucapan dari Nathan. Ada sesuatu yang tak Azriel setuju mengenai ucapan Nathan, namun ia tak sanggup untuk menolaknya karena ia tau itu percuma.
Beberapa saat kemudian semua anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan dan sarapan pagi pun di mulai tanpa banyak bicara mereka semua hanya fokus pada makanan.
Setelah selesai sarapan Haruka pamit pada Nathan untuk mengantarkan Azriel ke sekolah di hari pertamanya, Nathan mengantar mereka berdua sampai ke depan mobil.
"Hati-hati," ucap Nathan.
"Apa kau yakin mereka harus ikut?" tanya Haruka mengerutkan keningnya melihat begitu banyak pengawal Nathan yang akan ikut mengantar Azriel ke sekolah.
"Yakin," Nathan dengan singkatnya membalas pertanyaan Haruka.
Azriel menggengam erat tangan ibunya, ia juga merasa apa yang Nathan lakukan itu terlalu berlebihan.
"Sudah jangan banyak protes, sebaiknya kau cepat masuk saja ke dalam mobil," Nathan membukakan pintu mobil dan mendorong pelan punggung Haruka agar cepat-cepat naik.
Setelah Haruka dan Azriel naik mobil Nathan kembali menutup pintu mobilnya, "Sehabis pulang sekolah langsung pulang ke rumah, jangan ke mana-mana dulu," ucap Nathan.
"Baik," balas Haruka, setelah itu Haruka menutup kaca mobil dan memerintah supirnya untuk segera pergi.
Di perjalanan Azriel terus menggenggam tangan Haruka dengan erat, "Kau kenapa?" Haruka menatap Azriel.
"Ayah tidak pernah mengerti apa yang aku inginkan," Jelas Azriel tanpa menatap Haruka.
"Memangnya apa yang kau inginkan?"
"Aku tidak mau para pengawal ayah selalu mengikuti ku kemanapun aku pergi."
"Tapi niat ayahmu kan baik, ayah hanya tidak ingin kau terluka atau ada orang yang berbuat jahat padamu," Haruka berusaha menjelaskan mengapa Nathan melakukan ini pada Azriel, yang sebenarnya ia juga tidak setuju dengan Nathan.
Haruka ingin Azriel bebas dengan kehidupan masa kecilnya, tapi di satu sisi ia juga tahu resiko besar apa yang akan Azriel dapatkan jika sampai di bebaskan tanpa pengawalan.
"Tapi Ma.... Aku juga ingin punya teman, ayah selama ini selalu melarangku berteman, awalnya aku senang aku sekolah karena dengan begitu aku akan mendapatkan teman di sekolah, Tapi-" Azriel diam sejenak.
"Tapi.... Tapi ternyata ayah malah meminta pengawalnya mengikutiku bahkan di sekolah, nanti pasti tidak ada yang mau berteman denganku karena takut," sambung Azriel dengan nada suara yang bergetar.
Haruka menggengam tangan Azriel menggunakan ke-dua tangannya, "Sayang... Suatu saat nanti kau akan mengerti mengapa ayah melakukan ini," ucap Haruka dengan tulus memandangi anaknya.
Di rumah Nathan malah sedang sibuk membereskan uangnya ke dalam brangkas, Marion dan Herry ikut membantunya.
"Tuan ini catatan yang kemarin ada minta," Marion memberikan sebuah map yang berisikan catatan mengenai musuhnya kemarin.
"Polisi tau kita yang melakukan?" tanya Nathan menatap Marion dan Herry bergantian.
"Mereka mengetahuinya, cuman Tuan tenang saja semuanya sudah saya bereskan," balas Marion.
"Bagus."
"Maaf Tuan, mengenai pertemuan para ketua Divisi akan di adakan pada hari apa?" Marion menanyakan pertemuan besar pada Nathan.
"Kita adakan hari Kamis saja, dua hari lagi. Bagaimana? Tidak masalahkan?" Jawab Nathan.
"Tidak Tuan, saya akan siapkan semuanya secepatnya," Marion lah yang akan bertanggung jawab dalam pertemuan besar itu.
"Herry kau bantu Marion, karena sepertinya minggu ini tidak akan ada kegiatan lain lagi," Nathan memerintah Herry agar membantu Marion.
Nathan menyimpan map tadi di meja lalu berjalan ke arah brangkas besarnya untuk mengunci pintu brangkas itu, karena semua uangnya sudah tersimpan di sana.
"Pengiriman kokain, dan morfin ke Paris sudah sampai?" tanya Nathan sambil mengunci brangkas.
"Sudah Tuan," balas Marion.
"Kemarin saat penembakan apa ada korban jiwa lain selain musuh kita?" Tanya Nathan kembali.
"Ada Tuan, 5 orang meninggal dan 10 orang luka-luka, mereka adalah penjudi yang sedang melakukan perjudian besar di sana," jelas Marion sambil membuka catatan kematian dan korban yang ia tulis di buku pribadinya.
Jadi gedung kemarin tempat pertemuan Nathan dengan seorang mafia lain adalah gedung tempat perjudian dan tempat para lelaki hidung belang bersama para pelac*r. tidak tanggung-tanggung para wanita di sana mematok harga jutaan hanya dalam waktu beberapa jam saja.
Nathan yang sudah mengunci brangkasnya berjalan menuju keluar, "Aku akan pergi ke kamarku untuk bersantai sambil mengecek semua data para client yang baru bergabung," ucap Nathan.
Di tempat lain, Haruka dan Azriel sampai di sekolah, Azriel bahkan sudah masuk ke kelas dan belajar bersama dengan teman-temannya, sedangkan Haruka menunggu Azriel di luar kesal. Para pengawal Haruka menunggu Azriel dan Haruka di luar sekolah, mereka semua hanya berdiri tegak sambil memperhatikan orang-orang yang bersikap mencurigakan.
Di dalam kelas Azriel terlihat pendiam dan tidak mau berbaur dengan teman yang lainnya, Haruka khawatir mengenai Azriel yang tak mau berteman dengan murid lainnya.
Hingga ada seorang wanita yang mengajak Azriel berkenalan, "Halo, namaku Angel," gadis kecil itu menyodorkan tangannya untuk berkenalan dengan Azriel, gadis itu juga menampilkan senyuman terbaiknya pada Azriel.
Bukannya membalas uluran tangan dari Angel, Azriel malah memalingkan wajahnya ke arah lain. Karena ini hari pertama masuk sekolah, guru yang mengajar di kelas Azriel membiarkan para anak-anak untuk saling mengenal dulu.
Angel tidak langsung menyerah, gadis kecil itu merangkul pundak Azriel, "Kau hari ini boleh menolak ku, tapi tidak untuk nanti," goda Angel.
Azriel melepaskan rangkulan Angel dari pundaknya, sebenarnya Azriel bukan tak ingin berteman dengan Angel. Hanya saja ia takut nanti Angel menjauh setelah tau siapa orang tuanya, bagaimana bisa anak sekecil ini yang harusnya hanya tau main memikirkan hal berat mengenai orang tuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Desi Ratna Sari
chapter 4 mna,kok ngak Smpai2,lgi seru2 baca
2021-06-18
0
Fitri Kurnia Sari
lanjuttt thor
2021-06-18
0
bee
semangat thor
2021-06-17
0