Haruka sudah berbaring di kasur bersama Nathan, kedua tangan panjang Nathan melingkar di leher Haruka, cahaya kamar yang hanya di terangi lampu tidur membuat suasanan semakin hanyut dalam kesunyian.
"Ah sakit," entah mengapa saat Nathan tanpa sengaja memegang paha Haruka, Haruka sedikit merintih seperti orang yang sedang menahan rasa sakit.
Nathan mendadak bangun dan meminta Haruka untuk ikut bangun, "Bangunlah," titah Nathan dengan suara yang dingin.
Haruka menuruti permintaan Nathan untuk duduk dan menghadap ke arah Nathan, "Ada apa suamiku?" tanya Haruka.
"Bukan celana!" titah Nathan dengan ekspresi yang sama.
"Kau mau bermain denganku? Aku ingin tidur saja malam ini," Haruka malah menganggap perintah Nathan adalah ajakan untuk bermain malam ini.
"Jangan terlalu pede, aku bilang buka celana mu sekarang juga."
"Baiklah akan ku buka."
Haruka berdiri di kasur dan membuka celana tidurnya setelah itu ia kembali duduk di tempat semula sambil melebarkan kedua kakinya, "Kau mau lihat apa?" Haruka menaikkan satu alisnya.
"Lihat, paha mu memar seperti ini... Aku harus segera mengobatinya," Nathan mengelus memar di paha kanan Haruka.
Haruka terdiam sejenak untuk memikirkan apa yang membuat pahanya memar, sejujurnya ia lupa kenapa pahanya bisa memar.
"Aku akan mengambilkan es untuk membuat memarnya membaik," Nathan turun dari kasur untuk membawa air Es.
Haruka malah menahan tangan Nathan, "Tidak usah, nanti lukanya bisa sembuh sendiri," Haruka merasa memar di pahanya nanti akan sembuh dengan sendirinya tanpa harus di obati.
Nathan menghempaskan tangannya Haruka, "Aku masih tidak suka penolakan, walaupun sekarang kau sudah menjadi istriku tapi kau tidak boleh menolak apa yang ingin ku lakukan padamu."
"Ya sudah terserah kau saja?"
Nathan kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur yang ada di samping kamarnya, di rumah Nathan setiap lantai memiliki dapurnya masing-masing. Beberapa menit kemudian Nathan pun kembali sambil membawa mangkuk besar berisikan air es dan juga sebuah handuk.
Nathan menyimpan mangkuk itu di meja sedangkan dirinya kembali duduk di hadapan Haruka.
"Aku baru ingat kenapa aku bisa memar," dengan polosnya Haruka akhirnya ingat kenapa kakinya memar.
"Kenapa?" Nathan melebarkan kembali kaki Haruka agar ia bisa leluasa mengompres paha Haruka.
"Jangan terlalu lebar," Haruka memukul tangan Nathan karena terlalu lebar membuka kaki Haruka.
"Biasanya juga lebih lebar dari ini," Nathan mengambil kompresannya lalu menekan perlahan ke paha Haruka yang memar.
"Kalau itu beda cerita, sudah jangan menggoda ku, aku malu saat ini," Haruka menidurkan tubuhnya membiarkan Nathan mengobati memar di pahanya.
"Jangan terlalu keras menekannya, sakit," tambah Haruka memandangi Nathan.
Nathan masih fokus mengobati Haruka dengan hati-hati, "Lain kali kalau sedang melakukan sesuatu itu hati-hati," ujar Nathan tanpa menatap ke arah Haruka.
"Baiklah suamiku, aku akan hati-hati lain kali," balas Haruka tersenyum manis melihat perhatian Nathan padanya.
"Jangan hanya bicara saja, kau juga harus membuktikan itu."
"Iyah suamiku."
Di kamar lain Herry dan Tasya juga belum tidur, Harry memegang kedua tangan Tasya dengan erat karena saat ini Tasya tengah belajar berjalan kembali.
Gorden jendela kaca mereka terbuka, "Satu langkah lagi kau pasti bisa," Herry menyemangati istrinya dengan setulus hati.
Tasya berusaha keras menggerakkan kedua kakinya agar dapat berjalan kembali, atau setidaknya dapat bergerak. Perlahan-lahan kedua kaki Tasya mulai dapat di gerakkan untuk melangkah ke depan, "Injakkan kakimu di atas kakiku," titah Herry.
Tasya menatap Herry yang kini benar-benar ada di depannya, "Memangnya tidak masalah? Sebaiknya sekarang kita tidur saja. Kau pasti lelah karena sudah bertugas dengan Nathan tadi," Tasya ingin segera tidur tak mau membuat Herry kelelahan.
"Tenang saja, setelah ini aku janji kita akan segera tidur," tapi Herry tetap memaksa Tasya untuk melakukan apa yang ia perintahkan tadi.
Herry, kau harus tau. Walaupun kau adalah suamiku, tetapi aku masih merasa canggung melakukan kegiatan manis bersamamu.
Tasya dengan perlahan menginjakkan kedua kakinya di atas kaki Herry, setelah itu Herry memeluk Tasya dan mulai melangkah kakinya bersamaan dengan kaki Tasya di atasnya.
"Aku akan terus menjadi pijakan untukmu sampai kapanpun," bisik Herry di telinganya Tasya.
Jleb, sudah bagai sebuah petir meyambar hatinya Tasya saat ini, tanpa sadar wanita yang kini sudah memiliki pujaan hati itu pun tersenyum sangat lebar mendengar ucapan manis yang di ucapkan suaminya.
Dalam balutan malam yang sunyi mereka berpelukan cukup lama, dengan tanpa menghentikan langkah Herry membawa Tasya ke arah kasur. Setelah sampai di dekat kasur, Herry menidurkan Tasya dengan perlahan.
Herry juga mengangkat kaki Tasya agar tidurnya berada dalam posisi yang benar, kemudian Nathan berganti posisi ke arah lain Tasya dan ikut tidur di samping Tasya.
"Tidur yang nyenyak, karena masih banyak kegiatan yang harus kita lakukan besok," ucap Herry sambil mencium kening Tasya lalu memejamkan matanya setelah itu.
Tasya yang melihat Herry sudah tertidur ikut memejamkan matanya, sedangkan itu di lantai bawah tanah. Marion tengah mengecek semua uang yang baru saja di turunkan dari mobil box, uang itu nantinya akan di masukan ke dalam brangkas pribadi Nathan yang hanya Nathan lah yang bisa membukannya dan juga menutupnya.
Marion mengecek uang itu di takutkan ada uang palsu di dalamnya, jika sampai ia tidak teliti memeriksa semua uang itu maka Nathan akan marah besar padanya.
"Semuanya sudah saya periksa, dan semua uang itu memang uang asli. Kalian bereskan di ruangan pribadi Tuan Nathan saja saat ini, kita akan masukan uangnya ke dalam brangkas setelah Tuan Nathan datang," perintah dari Marion yang menugaskan orang-orang yang ada di sana untuk membawa uang itu ke kamar pribadi Nathan di lantai bawah tanah ini.
"Baik," balasan dari semua orang yang ada di sana, mereka pun langsung berbondong-bondong memindahkan uang itu ke kamar Nathan.
"Maaf, ada beberapa hal yang harus saya katakan saat ini," seorang anggota Nathan mendatangi Marion untuk membicarakan beberapa informasi yang ia dapatkan.
"Bicaralah," Marion menyuruh orang itu untuk bicara.
"Besok para ketua dari setiap divisi akan datang kemari untuk menemui Tuan Nathan, karena besok adalah hari pertemuan yang biasa di adakan setiap satu tahun sekali," pria itu ternyata hanya ingin mengingat tentang hari esok.
"Benar juga, aku besok pagi akan bicarakan semuanya bersama Tuan Nathan," Marion hampir lupa dengan acara itu.
"Baik," setelah menyampaikan hal itu si pria kembali pergi untuk melanjutkan pekerjaannya memindahkan uang.
Setiap tahun Nathan selalu mengadakan pertemuan dari setiap Divisi yang ia punya, dari mulai Divisi pembunuh bayaran, mata-mata, hacker, dan Divisi lainnya lagi. Nathan menempatkan setiap ketua di negara yang berbeda, makannya setiap tahun akhirnya Nathan mengadakan pertemuan itu, walaupun tahun kemarin Nathan tidak mengadakan pertemuan besar itu karena beberapa hal yang tak memungkinkan dirinya mengadakan pertemuan itu.
Tapi saat ini Nathan dapat melakukan pertemuan setiap ketua dari masing-masing Divisi sambil memperkenalkan Haruka yang kini telah menjadi Nyonya Smith. Dan anaknya yang nanti akan menjadi penerus Nathan di kemudian hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Nur Aini
makin seru Thor 🤔
2021-07-21
0
Aydha Ahmad
ya inti nya yang meninggal itu bukan Haruka atau Nathan dan it udh pasti
2021-06-23
0
Ria Oktora
kayaknya anaknya Natan yg akan jd korban Krn natankan menyalahkan haruka
2021-06-17
0