4. Pekerjaan Baru

Aura terhenyak heran mendapati meja kerjanya sudah tidak ada lagi di tempat biasanya. Gadis itu menoleh ke arah Fadia rekan kerjanya di L&D Foundation.

"Mbak meja kerjaku kok tidak ada ya?"

"Sudah di pindah, katanya kau sudah tidak kerja disini lagi sekarang," jawab Fadia.

"Lho, kata siapa mbak Fadia?"

"Bu Olivia yang bilang."

"Aku di pecat maksudnya?" Aura bertanya dengan suara bergetar.

Fadia menggeleng. "Kau tanya saja langsung pada bu Olivia!" Usul Fadia.

Aura mengangguk dengan perasaan gelisah dan segera menuju ruangan Bu Olivia namun belum lagi ia mengetuk pintu, Bu Olivia keluar dari dalam ruangannya.

"Lho Aura, kok kamu masih disini?" Olivia bertanya heran.

"Itu. Saya mau nanya meja saya kenapa di pindah ya Bu?" Tanya Aura lirih.

"Karna mulai hari ini kau sudah tidak bekerja disini lagi Aura,"

"Tapi kenapa Bu?"

"Kau kan sudah bekerja di Pramudya Corp mulai hari ini."

"Kata siapa Bu?" Aura nampak terkejut.

"Pak Anton yang menelfhon kemarin, katanya kau sudah di angkat menjadi Personal Asistant CEO." Jelas Olivia.

Aura langsung bungkam seketika.

"Wahh!" Fadia yang mendengar itu langsung bangkit dari duduknya dan mendekati Aura.

"Kau jadi asisten pribadinya pak Damaresh, Aura.

Aku juga mau. Kenapa bukan aku saja sih."

Fadia terlihat geregetan sendiri.

"Boleh, jika kau ingin menggantikan." sahut Aura.

"Benarkah?" Fadia terlonjak kegirangan.

"Ya." Aura mengangguk meyaqinkan. "Aku ingin tetap kerja disini," imbuhnya lagi.

"Tapi apa bisa?"

"Tidak bisa," sahut Olivia cepat. "Jika Aura yang di pilih, maka Aura yang harus kesana tidak boleh di gantikan siapapun."

Fadia langsung tertunduk kecewa, Olivia segera berlalu, namun di pintu ia berpapasan dengan seorang lelaki yang sudah sangat ia kenal.

"Pak Kaivan!"

"Permisi bu Olivia, saya di perintahkan pak Damresh untuk menjemput mbak Aura."

"Oo ya, silahkan." Olivia segera memberi isyarat pada Aura yang masih terdiam enggan pergi.

Kenapa ada orang seperti Damaresh Willyam yang memaksakan kehendaknya pada orang lain dengan sesuka hati. Pikir Aura.

Gadis itu sama sekali tak tau apa saja tugas seorang personal Asistant seorang CEO, dan ia juga tak ingin mempelajarinya karna sama sekali tak tertarik dengan posisi itu.

Tak mungkin jika tugasnya hanya duduk diam di samping Damaresh seperti yang dilakukannya dalam rapat kemarin, di mana Damaresh menariknya dengan paksa untuk ikut. Anehnya dalam rapat yang di-ikuti oleh semua petinggi Pramudya Corp itu, tak satupun dari mereka yang menatap pada Aura, apalagi mempermasalahkan keberadaannya di sana. Seakan segala apa saja yang ada di dekat Damaresh semuanya sah saja. Bahkan sekalipun itu adalah kesalahan pasti tetap benar dimata mereka. Setinggi itukah kharisma seorang Damaresh Willyam di depan semua bawahannya.

Atau jangan-jangan sudah tidak ada bedanya lagi, antara benar atau salah di dalam tubuh Pramudya Corp. Dan kini Aura akan menjadi bagian dari mereka.

Tidak. Tidak. Aura menggelengkan kepalanya kuat sampai membentur kaca mobil disampingnya, tempatnya menyandarkan kepalanya dari tadi.

Shifft.. Aura mengaduh kecil.

"Ada apa?" Kaivan bertanya dari balik kemudi tanpa menoleh.

"Tidak ada apa-apa." Sahut Aura cepat sambil mengusap kepalanya yang terbalut hijab.

Menapaki gedung Pramudya Corp, tak ada lagi tatapan aneh seperti yang didapatinya kemarin, justru mereka semua yang berpapasan mengangguk hormat disertai

senyum ramah. Awalnya, Aura mengira semua penghormatan itu hanya di tujukan pada Kaivan, orang kepercayaan Damaresh. Tapi begitu dilihatnya dengan seksama, ternyata dirinya juga mendapatkan senyuman dan keramahan yang sama.

Penting untuk dicatat, kenal dengan orang besar atau penguasa apalagi dekat dengannya, akan ikut mendapatkan penghormatannya. Kenal dan dekat dengan orang baik, akan ikut mendapatkan kebaikannya. Maka pilihlah orang berkuasa yang baik,

karna kebaikan tetap di atas segalanya. Aura berkhotbah pada dirinya sendiri.

"Selamat datang, Mbak Aura." Aura berjengit kaget mendapat sapaan seramah itu dari Clara. Ternyata semuanya memang sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Lagi-lagi karna kharisma sang CEO.

Apakah sebentar lagi, Damaresh juga akan menyambutnya dengan lebih ramah, sepertinya tidak, jangan lupa kalau Damarest terlahir tanpa senyum.

"Terima kasih, Bu Clara," sahut Aura tak kalah ramah.

Selanjutnya Clara dan Kaivan sama-sama mengiringi Aura untuk masuk kedalam ruangannya Damaresh.

"Selamat pagi, Pak." Clara dan Kaivan menyapa bersamaan ke arah Damaresh yang sedang duduk di singgasananya dan tengah memeriksa beberapa berkas.

Damaresh mengangguk tanpa perlu repot-repot melihat pada siapa yang datang.

"Aku sudah membawa Mbak Aura kemari pak, sesuai perintahmu." Kaivan melaporkan.

"Ya. Kau beritaukan padanya, di mana ruangannya."

"Baik Pak."

"Dan Clara."

"Saya Pak."

"Kau ajari Arra, apa saja tugasnya sebagai asisten pribadiku."

"Ya Pak." Clara menjawab sigap.

semua perintah itu diberikan Damarest tanpa melihat pada lawan bicaranya. Aura menatap kesal pada lelaki angkuh yang duduk tak jauh di depannya itu.

Gadis itu maju beberapa langkah lebih mendekat pada meja di depan Damarest.

"Pak Damaresh, saya belum menyutujui untuk bekerja di sini sebagai asisten Bapak." Aura menyatakan protesnya dengan berani, membuat Kaivan dan Clara saling pandang.

"Aku sudah memutuskan kau bekerja di sini, dan aku tidak perlu persetujuanmu untuk itu." Damaresh menanggapi dengan santai, dan masih tak mengalihkan tatapannya dari berkas-berkas di tangannya. Sepertinya keindahan wajah Aura yang terbalut hijab tak seindah tulisan yang tertera di atas kertas yang ia baca. Juga kecantikan wajah Clara yang selalu terawat dengan skincare mahal, juga tak lebih menarik dalam pandangan Damaresh ketimbang berkas-berkas di tangannya.

"Baik. kalau persetujuan saya tidak di perlukan, artinya saya juga tidak perlu berada disini," sahut Aura

dengan berani.

Barulah kalimat itu yang mampu membuat Damaresh mengalihkan perhatiannya. Sepasang mata pekatnya menatap Aura dengan tajam. "Kamu mau melawan keputusanku?"

"Saya punya hak untuk menerima ataupun menolak keputusan bapak tentang diri saya." sahut Aura.

Waahh sepertinya Aura belum begitu tau siapa Damaresh Willyam, dia menggali kuburannya sendiri dengan melawan lelaki itu, demikian pasti yang tersirat dalam pikiran Clara yang terlihat tegang.

Berbeda dengan Kaivan yang justru menyimpan senyum melihat keberanian gadis itu di depan Damaresh.

"Benar juga." Damaresh meletakkan berkas di tangannya. ternyata bukan keindahan wajah Aura, tapi keberaniannya yang di nilai Damaresh lebih menarik dari pada berkas yang di pegangnya dari tadi, hingga lelaki itu kini memusatkan perhatian sepenuhnya pada Aura Aneshka. "Kau tau apa akibatnya bila melawanku?"

"Pasti ... buruk." Aura menjawab lirih.

"Bagus kau tau, dan kau tidak takut rupanya." Damaresh menyeringai kecil.

"Saya hanya menyuarakan hak saya saja." Aura tetap berkata tegas meskipun perasaannya sudah tidak nyaman, ketika pandangannya dapat menangkap adanya ketidak sukaan di wajah Damaresh

Lelaki itu bangkit berjalan pelan menghampiri Aura,

tanpa melepaskan sedikitpun tatapannya dari wajah lembut Aura. Langkahnya semakin dekat dan dekat, hingga membuat Aura mundur beberapa langkah.

"Bapak mau apa?" Aura bertanya dengan sikap waspada.

"Aku ingin tau, sebatas apa keberanianmu padaku."

Damaresh menjawab dingin sambil terus menghampiri Aura yang juga terus menghindarinya dengan melangkah mundur hingga kini tubuhnya membentur dinding.

Aura terhenyak, menoleh ke kanan kekiri.

Sedangkan Damaresh terus mendekatinya hingga kini tubuh mereka saling berdekatan, bahkan Damaresh mengunci tubuh gadis itu dengan kedua tangannya yang bertumpu pada tembok di samping kanan-kiri Aura.

"Apa yang mau Bapak lakukan?" Aura menatap wajah lelaki yang sangat dekat di depannya itu dengan nafas turun naik.

"Kau tadi bicara tentang hak. Hakmu menolak dan menerima keputusanku. Aku juga mau bicara tentang hak. Hakku sebagai penguasa di Pramudya Corp.

Di sini aku berhak melakukan apapun, bahkan di ruanganku ini aku punya hak atas siapapun yang datang kesini, termasuk kau, Arra."

Damaresh kian mendekatkan wajahnya, bahkan sapuan nafasnya terasa hangat menyapu wajah Aura.

Seringai liciknya tampil sempurna di wajah tampannya ketika terlihat Aura yang mulai tertekan dan ketakutan.

Kaivan hanya mengalihkan pandang melihat itu, sedang Clara menelan salivanya berkali-kali, seakan dirinya yang berada di posisi Aura dan akan menerima ciuman dari Damaresh.

"Pak lepaskan saya." Aura berkata dengan suara tercekat.

"Tidak. Sebelum aku dapatkan apa yang aku mau."

Damaresh seakan berbisik di telinga Aura karna dekatnya jarak wajah keduanya, bahkan jika Aura bergerak sedikit saja, ujung hidung mancung Damaresh pasti mengenai wajahnya.

"Bapak mau apa?"

"Kau pasti sudah bisa menebaknya." Damaresh mengangkat satu tangannya hendak membelai wajah Aura.

"Jangan sentuh saya!" Aura coba membentak, tapi suaranya justru terdengar bergetar. Damaresh menyeringai senang. Dan kembali melanjutkan niatnya untuk menyentuh wajah mulus itu.

"Cukup! Oke, baik. Saya mau jadi asisten pribadimu, tapi lepaskan saya." ucap Aura dengan cepat.

Damaresh mundur dua langkah menatap Aura yang tengah mengatur nafasnya berkali-kali. "Kau tau, kalau aku selalu mendapatkan apa yang aku mau." dia berkata dengan pongahnya.

Aura terdiam, dia mengaku kalah. Baginya tak apa bekerja pada lelaki pemaksa itu, dari pada kesucian wajahnya ternodai, karna ia sudah menjaganya sejauh ini, dan akan di persembahkannya pada lelaki halalnya nanti.

Enak saja, seorang Damaresh ingin mengambilnya begitu saja tanpa mengucapkan ijab qabul lebih dulu.

"Kai, perintahkan orang untuk memindahkan meja kerja PA ke dalam ruangan ini," titah Damaresh berkata

pada Kaivan.

"Maksudnya, Aura bekerja dalam satu ruang dengan Bapak?" tanya Kaivan.

"Ya. Itu adalah bentuk hukuman untuknya yang sudah terlalu berani padaku."

Kaivan mengangguk dan segera keluar untuk menjalankan titah sang bos besar.

"Dan Clara, aku akan pergi ke Blanc Compani, dalam dua jam aku akan kembali. Aku harap saat itu, Arra sudah tau, apa saja tugasnya sebagai Personal Asistant ku."

"Baik Pak." Clara menjawab sambil menghela nafas.

Artinya dia hanya di kasih waktu dua jam untuk mengajari Aura sampai gadis itu faham.

Berharap saja Clara, kalau Aura adalah gadis yang cerdas, yang bisa kau ajari dengan cepat. Karna jika tidak, itu akan sangat tidak baik terhadapmu.

Terpopuler

Comments

Ria

Ria

suka keren ayo thor

2021-12-09

1

Andri Sukaro

Andri Sukaro

mohon ditinjau kembali ada kalimat yg harus disambungkan bukan dipisahkan.

2021-11-13

1

🌹Dina Yomaliana🌹

🌹Dina Yomaliana🌹

wahh suka banget sama khotbah nya Aura🤩🤩🤩 bisa jadi reminder diri sendiri😘😘😘😘😘

Pas lahir kayaknya Damaresh ngak nangis ya kak🤣🤣🤣🤣 sampe ngak punya senyum gitu, atau pas keluar dari perut ibunya muka Damaresh langsung dingin kek sekarang 🤣🤣🤣 absurd sekali si bos bermuka tembok ini😘

enak banget jadi bos🤣🤣 bisa ngatur sana sini tanpa banyak komat kamit, tinggal ngangguk, nunjuk terus kasih tatapan super tajam pada bawahan🤭🤭🤭🤭 dah lah, bawahan langsung tunduk sama si bos muka tembok 🤣🤣🤣🤣 terus satu lagi, enak banget ganti nama orang🤣🤣🤣 nama gadis itu Aura, Resh😌😌😌 bukan Arra🤭 atau itu panggilan kesayangan mu ya buat Aura🤣

berharap banget Damaresh bakal curi first kiss nya Arra🤣🤣🤭🤭 tapi ngak mungkin karna Arra cewek baik-baik😘😘😘 haduh pikiran mulai melalang buana nih

2021-11-01

1

lihat semua
Episodes
1 1. Prolog
2 2. Terlahir tanpa senyum.
3 3. Menjadi PA dadakan.
4 4. Pekerjaan Baru
5 5. Muka Tembok
6 6. Detak Jantung
7 7. Dilamar
8 8. Ada Apa Dengan Damaresh...
9 9. Sebagai umpan
10 10. Arti sebuah pernikahan
11 11. Ancaman
12 12. Penyakit langka.
13 13. Terjebak
14 14. Kesalah pahaman.
15 15. libur khusus
16 16. Harapan terus bersama.
17 17. Patah
18 18. Keputusan Lukman.
19 19. Menyerah
20 20. Menikah.
21 21. Jangan saling jatuh cinta
22 22. Terasa Hangat.
23 23. Jangan Tersenyum.
24 24. Istri, Dan Calon Istri.
25 25. Kecelakaan itu...
26 26. Insiden
27 27. Bukan Syarat Tapi Kewajiban.
28 28. Laki Laki Dalam Keluarga Besar Willyam Pramudya
29 29. Bukan Malaikat
30 30. Setitik Rindu.
31 31. Aresh...
32 32. Rencana Yeslin.
33 33. Perebutan Hak
34 34. Yang Ketinggalan
35 35. Senyummu Sungguh Indah.
36 36. Bukan Personal Asistant Biasa
37 37. Kepingan Masa Lalu.
38 38. Dia Istriku.
39 39. Terlalu Manis.
40 40. Perubahan Rencana.
41 41. Pengawal Bayangan.
42 42. Luka Yang Dalam
43 43. Air Mata Clara.
44 44. Sebentuk Perlindungan.
45 45. Tentang Keluarga Willyam. Bagian 1
46 46. Tentang Keluarga Willyam. Bagian 2
47 47 Kerinduan Yang Sama.
48 48..Satu Kebenaran Yang Terungkap.
49 49. Terbelenggu Dalam Ikatan Tanpa Cinta Atau Terjerat Dalam Cinta Tanpa Ikatan.
50 50. Janji Hati Untuk Aura.
51 51..Genggaman Tangan Itu.
52 52..Romansa Di Dalam Mobil.
53 53. Bulan Melihat Bulan.
54 54 Kode Alam.
55 55 . Kesempatan Dalam Kesempitan.
56 56. Kau Sangat Berharga Bagiku.
57 57. Kejutan Untuk Yeslin.
58 58. Mempermalukan Diri Sendiri.
59 59. Aresh Dan Arra.
60 60. Aresh Dan Arra 2
61 61. Olahraga Malam Dan Olahraga Pagi.
62 62. Hadiah Dari Syurga.
63 63. Penguasa Kata
64 64. Hal Kecil Yang Tak Biasa.
65 65. Tempat Bersandar.
66 66. Pengakuan.
67 67. Pantaskah Diperjuangkan...
68 68. Mawar Di Tangan Melati Di Pelukan.
69 69. Pelukan, Dan Kawan Kawannya.
70 70. Gagal Total.
71 71. Mencuri Waktu.
72 72. Putra Mahkota.
73 73. Tangisan Claudya.
74 74. Satu Target Lagi.
75 75. Numpang Lewat Saja
76 76. Istri Anakku.
77 77. Hanya Untuk Aura Saja.
78 78. Wanita Halal.
79 79. Studying & Learning
80 80. Persiapan Meeting.
81 81. Trik.
82 82. Angin Dan Api.
83 83. Tekad Yang Sama.
84 84. Permintaan Maaf Damaresh.
85 85. Percaya Dan Doa.
86 86. Kalah Satu Langkah.
87 87. Tantangan.
88 88. Arra-ku.
89 89. Gebrakan Damaresh.
90 90. Penculikan Atau Bukan??
91 91. Bertemu Jua
92 92. Karena Takdir.
93 93. Pemenang Yang Sebenarnya.
94 94. Cerita Aura.
95 95. Memenuhi Undangan.
96 96. Acara Penghargaan.
97 97. Senjata Makan Tuan
98 98. Untuk Bersama, Tak Harus Sama.
99 99. Mobil Tak Bergerak.
100 100. Tempat Kembali.
101 101. Hantaman..
102 102. Cintaku Terhalang Tahtamu.
103 103. Beda Cara Menyayangi.
104 104. Insiden Di Ruang Rapat.
105 105. Aura.
106 106. Memaknai Kehilangan.
107 107.
108 108. Hadiah ulang Tahun.
109 109. Melepaskan Tahta.
110 110. Sebuah Misi.
111 111. Senyum Di Balik Tangis.
112 112. Karna Kau Cintaku.
113 113. Jatuhlah Di Pelukanku.
114 114. Aroma Bantal.
115 115. Lebih Manusia.
116 116. Tidak Dapat Jatah.
117 117..Joana Liem.
118 118. Dua Pilihan.
119 119. Misi Menyelamatkan Pramudya.
120 120. Pemilik Alpha DMC.
121 121. Melepas Tirani William.
122 122. Tak Melewati Aturan Dan Undang Undang.
123 123. Tanggung Jawab Yang Utama.
124 124. Karena Cinta.
125 125. Garis Dua.
126 126. Cinta Terhalang Tahta.
127 Extra Part.
128 Extra Part 2
129 Extra Part 3
130 Extra Part 4
131 Extra Part 05
132 Extra 6
133 Extra 7
134 Extra 8
135 Extra 9
136 Extra 10
137 Extra 11
138 Extra 12
139 Extra 13
140 Cerita Yang Tertinggal
Episodes

Updated 140 Episodes

1
1. Prolog
2
2. Terlahir tanpa senyum.
3
3. Menjadi PA dadakan.
4
4. Pekerjaan Baru
5
5. Muka Tembok
6
6. Detak Jantung
7
7. Dilamar
8
8. Ada Apa Dengan Damaresh...
9
9. Sebagai umpan
10
10. Arti sebuah pernikahan
11
11. Ancaman
12
12. Penyakit langka.
13
13. Terjebak
14
14. Kesalah pahaman.
15
15. libur khusus
16
16. Harapan terus bersama.
17
17. Patah
18
18. Keputusan Lukman.
19
19. Menyerah
20
20. Menikah.
21
21. Jangan saling jatuh cinta
22
22. Terasa Hangat.
23
23. Jangan Tersenyum.
24
24. Istri, Dan Calon Istri.
25
25. Kecelakaan itu...
26
26. Insiden
27
27. Bukan Syarat Tapi Kewajiban.
28
28. Laki Laki Dalam Keluarga Besar Willyam Pramudya
29
29. Bukan Malaikat
30
30. Setitik Rindu.
31
31. Aresh...
32
32. Rencana Yeslin.
33
33. Perebutan Hak
34
34. Yang Ketinggalan
35
35. Senyummu Sungguh Indah.
36
36. Bukan Personal Asistant Biasa
37
37. Kepingan Masa Lalu.
38
38. Dia Istriku.
39
39. Terlalu Manis.
40
40. Perubahan Rencana.
41
41. Pengawal Bayangan.
42
42. Luka Yang Dalam
43
43. Air Mata Clara.
44
44. Sebentuk Perlindungan.
45
45. Tentang Keluarga Willyam. Bagian 1
46
46. Tentang Keluarga Willyam. Bagian 2
47
47 Kerinduan Yang Sama.
48
48..Satu Kebenaran Yang Terungkap.
49
49. Terbelenggu Dalam Ikatan Tanpa Cinta Atau Terjerat Dalam Cinta Tanpa Ikatan.
50
50. Janji Hati Untuk Aura.
51
51..Genggaman Tangan Itu.
52
52..Romansa Di Dalam Mobil.
53
53. Bulan Melihat Bulan.
54
54 Kode Alam.
55
55 . Kesempatan Dalam Kesempitan.
56
56. Kau Sangat Berharga Bagiku.
57
57. Kejutan Untuk Yeslin.
58
58. Mempermalukan Diri Sendiri.
59
59. Aresh Dan Arra.
60
60. Aresh Dan Arra 2
61
61. Olahraga Malam Dan Olahraga Pagi.
62
62. Hadiah Dari Syurga.
63
63. Penguasa Kata
64
64. Hal Kecil Yang Tak Biasa.
65
65. Tempat Bersandar.
66
66. Pengakuan.
67
67. Pantaskah Diperjuangkan...
68
68. Mawar Di Tangan Melati Di Pelukan.
69
69. Pelukan, Dan Kawan Kawannya.
70
70. Gagal Total.
71
71. Mencuri Waktu.
72
72. Putra Mahkota.
73
73. Tangisan Claudya.
74
74. Satu Target Lagi.
75
75. Numpang Lewat Saja
76
76. Istri Anakku.
77
77. Hanya Untuk Aura Saja.
78
78. Wanita Halal.
79
79. Studying & Learning
80
80. Persiapan Meeting.
81
81. Trik.
82
82. Angin Dan Api.
83
83. Tekad Yang Sama.
84
84. Permintaan Maaf Damaresh.
85
85. Percaya Dan Doa.
86
86. Kalah Satu Langkah.
87
87. Tantangan.
88
88. Arra-ku.
89
89. Gebrakan Damaresh.
90
90. Penculikan Atau Bukan??
91
91. Bertemu Jua
92
92. Karena Takdir.
93
93. Pemenang Yang Sebenarnya.
94
94. Cerita Aura.
95
95. Memenuhi Undangan.
96
96. Acara Penghargaan.
97
97. Senjata Makan Tuan
98
98. Untuk Bersama, Tak Harus Sama.
99
99. Mobil Tak Bergerak.
100
100. Tempat Kembali.
101
101. Hantaman..
102
102. Cintaku Terhalang Tahtamu.
103
103. Beda Cara Menyayangi.
104
104. Insiden Di Ruang Rapat.
105
105. Aura.
106
106. Memaknai Kehilangan.
107
107.
108
108. Hadiah ulang Tahun.
109
109. Melepaskan Tahta.
110
110. Sebuah Misi.
111
111. Senyum Di Balik Tangis.
112
112. Karna Kau Cintaku.
113
113. Jatuhlah Di Pelukanku.
114
114. Aroma Bantal.
115
115. Lebih Manusia.
116
116. Tidak Dapat Jatah.
117
117..Joana Liem.
118
118. Dua Pilihan.
119
119. Misi Menyelamatkan Pramudya.
120
120. Pemilik Alpha DMC.
121
121. Melepas Tirani William.
122
122. Tak Melewati Aturan Dan Undang Undang.
123
123. Tanggung Jawab Yang Utama.
124
124. Karena Cinta.
125
125. Garis Dua.
126
126. Cinta Terhalang Tahta.
127
Extra Part.
128
Extra Part 2
129
Extra Part 3
130
Extra Part 4
131
Extra Part 05
132
Extra 6
133
Extra 7
134
Extra 8
135
Extra 9
136
Extra 10
137
Extra 11
138
Extra 12
139
Extra 13
140
Cerita Yang Tertinggal

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!