"Jadi,?"
"Seperti yang kau perintahkan, model itu tidak akan pernah lagi di terima di agensi manapun. Dan juga tidak akan pernah bisa tampil di televisi manapun."
"Bagus." Damaresh terlihat puas dengan laporan Kaivan itu. "Itulah akibatnya bila berani bermain-main denganku." ujarnya dengan sorot mata tajam.
"Dan aku juga menemukan fakta baru."
"Apa?"
"Seperti dugaanmu, model itu adalah simpanan CEO mediatama yang sekaligus adalah orang yang ada di balik semua ini." Kaivan menatap atasan sekaligus sahabatnya itu untuk melihat bagaimana reaksi Damaresh setelah mengetahui kebenaran tersebut.
ternyata lelaki itu tak menunjukkan reaksi apapun, wajahnya tetap terlihat datar, sepertinya ia tak terkejut sama sekali atas kebenaran yang di ungkap oleh Kaivan. Mungkin karna ia memang sudah mengetahui sebelumnya.
"Jadi apa perintahmu selanjutnya?" tanya Kaivan demi di lihatnya Damaresh tetap terdiam.
"Cukup awasi saja dia dulu, jangan melakukan apapun, biar dia merasa kalau aku tak tau menau akan sepak terjangnya."
"Baik." Kaivan mengangguk patuh, meski terbersit tanda tanya dalam dirinya akan sikap Damaresh kali ini.
Menangguhkan hukuman untuk orang yang mengusiknya secara pribadi ataupun dalam hal pekerjaan, adalah bukan tipe Damaresh Willyam sekali.
Biasanya ia akan membabat cepat dan dengan sekali tebas siapa saja yang menyatakan diri menjadi lawannya, baik secara terang atau tersembunyi.
Tapi kali ini lelaki itu seperti berpikir dua kali untuk melakukan tindakan pada dalang hadirnya seorang model papan atas ke Pramudya Corp yang mendekatinya dengan cara yang anggun, beberapa waktu lalu. Dan Ternyata di balik itu ia punya niat tersembunyi ingin menjatuhkan citra Damaresh di mata publik dengan sebuah skandal memalukan.
Tapi sebelum niat itu sepenuhnya terlaksana, kedok sang model terbongkar dan langsung mendapat hukuman yang setimpal menurut hukum yang berlaku di Pramudya Corp seperti yang di sebutkan oleh Kaivan barusan.
Dan faktanya model itu tak bekerja sendiri, ada dalang dibalik semuanya, yaitu Edgard Willyam, CEO mediatama. Edgard adalah sepupu Damaresh yang dulu sempat di gadang-gadang sebagai cikal bakal CEO Pramudya Corp. Dan Mediatama adalah anak perusahaan dari Pramudya Corp.
Mungkin karna masih memandang ikatan saudara sehingga Damaresh masih memberi ampun pada Edgard. Tapi semua orang tau kalau Damaresh dan Edgard tidak memiliki hubungan yang baik, apalagi salah satu alasannya kalau bukan tahta Pramudya Corp
yang ternayata jatuh ke tangan Damaresh Willyam.
"Arra." Damaresh mengalihkan pandangan pada Aura yang duduk anteng di depan meja kerjanya. Damaresh memang menyematkan panggilan tersendiri pada Aura Aneshka. Suka-suka dia dan siapa juga yang bisa menghalangi.
"Ya Pak."
"Apa agendaku setelah ini?"
"Jam sepuluh ada janji bertemu dengan pihak Winata Group di Wijaya hotel, pak."
Damaresh mengangguk. "Kai, kau yang kesana bersama Clara!" ia memberi titah.
"Baik Pak, kami segera bersiap." Kaivan segera undur diri keluar ruangan. Dan seperti biasa, kendati berada dalam satu ruang yang sama dalam tiga hari ini, masih belum ada komunikasi intens antara Damaresh dan Aura.
Karna keduanya sama-sama menyibukkan diri dengan urusan masing-masing, Damaresh hanya akan bicara seperlunya saja, begitu juga Aura.
Jenuh, tentu saja. Apalagi bagi Aura, berdiam lama-lama dalam satu ruang dengan seorang yang tidak begitu di kenal, tidak akrab juga, hal itu sangat membosankan. Apalagi orangnya semacam Damaresh yang merupakan spesies langka di dunia ini.
Benar kata Damaresh, membuat Aura bekerja satu ruang dengannya adalah hukuman, karna gadis itu benar-benar merasa terhukum dengan rasa jenuh dan bosan, namun harus tetap fokus dengan pekerjaan, karna Damaresh yang suka memberi perintah tiba-tiba, dan ia akan murka jika perintahnya tak di laksanakan dengan sempurna.
"Apa itu musik baru?" Akhirnya Damaresh bereaksi setelah cukup lama mendengar Aura mengetuk-ngetukkan ujung pulpennya di atas meja.
"Ah iya Pak, apa?" Aura yang sedang telungkupkan kepalanya di atas meja itu segera beringsut duduk tegak mendengar ucapan Damarezh yang tak sampai dengan utuh di pendengarannya.
Seperti biasa, Damaresh tak mengulang lagi pertanyaannya, ia hanya menatap Aura datar.
Damaresh bukan tak tau kalau Aura merasa bosan berada dalam satu ruang ini bersamanya, namun melihat gadis pembangkang itu cukup patuh pada setiap perintahnya dalam tiga hari ini, membuat Damaresh cukup merasa senang juga.
"Apa kau ingin bekerja di luar ruangan ini?"
Mendapat tawaran yang tak pernah di sangka-sangka itu, Aura jadi mengembangkan senyum sumringah ke arah Damaresh, yang sayangnya lelaki itu hanya tetap menatapnya datar saja.
Sadar diri, Aura segera menarik senyumnya kembali agar tak keluar sia-sia. Meskipun senyum itu sedekah, tapi tak akan bernilai begitu jika senyum itu di berikan pada Damaresh yang tak kan pernah bisa menghargai sedekahmu. Jadi jangan pernah tersenyum pada si muka tembok itu. Aura mewanti-wanti dirinya sendiri.
"Ya pak. Saya ingin bekerja di luar ruang ini saja."
Aura menjawab dengan antusias. Karna bila pertanyaannya tak segera dijawab, Damaresh akan segera melupakan kalau pernah bertanya demikian.
"Aku akan lihat kinerjamu dalam satu minggu ke depan, jika tetap sebaik beberapa hari ini, aku akan mempertimbangkan untuk memberi ruangan lain kepadamu," ucap Damaresh dan kembali fokus lagi pada pekerjaannya.
Aura mendesah kecewa. Baru saja akan di puji kebaikannya, ternyata dia memang tak bisa di harapkan. Dasar si muka tembok, ia menggerutu dalam hati.
Aura bangkit dari duduknya, ia sudah bertekad untuk berani menyampaikan hal apa yang sudah di pikirkannya dari tadi.
"Pak." Aura sudah berdiri di depan meja si muka tembok itu.
"Hmmm." Tak dilihat dan tak dijawab, itu nasib yang di dapatkan Aura sekarang. Hanya deheman kecil.
"Saya ijin tidak masuk kerja selama dua hari, Pak. Saya mau pulang kerumah saya, ada acara keluarga yang tak bisa saya lewatkan." Aura menjelaskan maksud ucapannya dengan jelas, ringkas dan padat. Sebuah cara komunikasi yang di sukai oleh Damaresh.
Namun ia kembali mendapatkan nasib yang sama tak dilihat dan tak dijawab. Boleh gak sih hukumnya menggampar muka Damaresh yang menyebalkan ini.
Batin Aura. Tapi ganteng, lanjutnya kemudian dalam hati saja.
Setelah ucapannya berlalu hampir lima menit, barulah Damaresh menjawab. Eh salah bukan menjawab, tapi balik bertanya. "Kalau aku tidak mengijinkan?"
"Saya berharap di ijinkan Pak, karna ini sangat penting bagi saya dan keluarga," sahut Aura. Acara keluarga kali ini memang sangatlah penting bagi keberlangsungan masa depannya. Ayahnya sendiri sudah mewanti-wanti sejak seminggu lalu, agar pulang
tepat waktu.
"Sepenting apa?"
"Sangat penting, karna ini menyangkut masa depan saya, Pak." Sahut Aura.
"Lihat saja nanti."
"Maksudnya, Pak?"
"Aku akan memberi keputusan nanti, akan memberimu ijin atau tidak." lelaki itu malah menggantungkan jawaban. Dia pikir Aura itu jemuran yang belum kering apa ya, pakai di gantung segala.
"Jadi apa yang bisa saya lakukan, agar bapak mau memberi ijin?" tanya Aura, kali ini ia benar-benar berharap bos angkuhnya itu akan berbaik hati memberi ijin. Padahal itu bukan hal yang tepat lho Aura, bisa jadi Damaresh akan menyulitkanmu dengan perintah yang tak wajar. (Upps..Damaresh atau aku ya, si Author ini?)
"Akan aku pikirkan," sahut Damaresh lalu mengkibaskan tangannya menyuruh gadis itu duduk lagi di tempatnya.
Kalau sudah begini, Aura bisa apa, selain patuh. Tapi tenang saja, Aura pasti masih punya cara lain agar si muka tembok mengijinkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Maria Lamur
pas udah cinta, bucinnya minta ampun. gak bisa jauhan lah, pokoknya pengen nempel Mulu kayak perangko. dasar damaresh
2022-11-09
1
Andri Sukaro
tanda petik " maksudnya
2021-11-13
0
🌹Dina Yomaliana🌹
kalau jadi Arra mungkin aku langsung ngerengek aja lah🤣 ngerengek minta dijadiin istri aja langsung dari pada harus dihukum ngak jelas kek gitu🤣🤣 haduhhh halusinasip ku mulai kumat karna pesona Damaresh🤩
bayangin... Arra yang cantik, anggun dan murah senyum, cerdas dan pasti pesona kecantikan nya bisa menghipnotis semua orang LALU berhadapan dengan Damaresh yang mahal banget senyumnya, dingin, cuek, datar buanget🤔🤔🤔🤔🤔 aahh udahlah, emang ngak bisa ngebayangin gimana jadinya Arra tiap hari ketemu bos tembok🤣🤭
2021-11-01
0