Cyra si Gadis Cerewet

Kamu itu utara. Aku selatan. Kita itu satu paket, timur sama barat gak bisa nikung.

|||

Zaid dan Wawan telah selesai meletakkan semua makanannya. Sedangkan Legi? Dia pergi kebelakang. Ada panggilan alam katanya.

Zaid duduk di kursi kantin para santri biasanya makan. Keringat membasahi dahinya. Zaid mengelap keringat itu.

"Mas, suaranya Mas Adam buat Teh Cyra udah Mas Zaid kasih kan? " Tanya Wawan saat ia sudah duduk di samping Zaid. Zaid mengangguk lemah, lalu kembali memeriksa kantong celananya. Memastikan.

Hingga ia merasa ada sesuatu di dalam saku celananya.

"Eh Wan! "

Zaid buru-buru mengambil sesuatu yang ada di saku celana kanannya itu. Wawan memperhatikan Zaid, matanya membelalak kaget.

"Loh! Itukan suratnya Mas Adam kan? Mas belum kasih ke Teh Cyra? " Tanya Wawan kaget. Zaid menepuk dahinya pelan. Pelan aja, kalau kuat kan sakit.

"Gue lupa Wan! Astaghfirullah! " Ujarnya sambil memandang surat tersebut.

"Pandai lo ngucap? Kerasukan apa? " Ucap seseorang tiba-tiba. Itu Legi. Sepupu kampretnya. Zaid memandangnya sengit. Namun tak ingin lama berbual-bual dengan sepupunya itu. Ia langsung pergi menuju perbatasan.

Surat si Adam, harus sampai. Meski niatnya bukan itu, niatnya mah modus.

Saat diperjalanan menuju perbatasan. Zaid mengingat sesuatu. Cyra. Wajahnya tak asing. Zaid duduk sebentar, mengingat dimana ia pernah bertemu dengan Cyra.

Flashback on

Zaid berjalan-jalan keliling pesantren. Orang tuanya masih berada di rumah kakeknya. Dari pada bosan mendengar obrolan tentang kelakuan jeleknya. Ia memilih mencari pemandangan. Ukhti-ukhti cantik misalnya.

Berjalan sendirian, hingga sampai pada perbatasan. Zaid membaca plang di sana yang bertulis 'BATAS SUCI'

Zaid terkekeh membacanya.

"Batas suci? Nggak sekalian batas surga neraka?" Ucapnya ngawur. Zaid berjalan masuk. Meski ia sudah tau konsekuensinya. Ia tetap masuk.

Berjalan-jalan. Hingga dari arah depan. Ada seorang gadis dengan jilbab coksunya berlari tanpa melihat ke arahnya membuat mereka bertabrakan.

"Astaghfirullah." Ucap gadis itu kaget. Gadis itu dengan segera minta maaf. Awalnya ia pikir yang ditabrak nya adalah seorang perempuan. Gadis itu menoleh ke atas.

"Eh! Cowok? Kok disini? Kan santri di sana. " Ujarnya heran. Zaid mengernyit.

"Lo siapa? Kenapa emangnya? Masalah buat lo gue disini? " Tanya Zaid kesal. Cyra mengangguk polos.

"Salah atuh Mas. Mana Mas pakai celana pendek. Batas aurat laki itu sampai lutut Mas. Celana Mas gak sampai lutut. Terus Mas gak boleh asal pegang aja sama yang bukan mahram-nya. Dosa. " Jelasnya. Zaid memandangi gadis ini.

"Lo cerewet banget sih! "

Cyra menggeleng, namun ia tersenyum simpul.

"Astaghfirullah. Saya bukan cerewet Mas. Saya mengingatkan. Kita sebagai sesama saudara muslim harus saling mengingatkan. Pasti Mas santri baru ya? Yaudah gak apa-apa saya maafkan. Lain kali hati-hati Mas. " Jelasnya lagi yang semakin membuat Zaid memandangnya heran.

"Gue gak ada niat minta maaf tu. Lo cerewet bener dah. Pengen jadi istri gue? Iya? Kalau mau ayok gue ajak KUA. Gak nolak kok gue. Hayok! " Ucap Zaid dan langsung menyeret lengan gadis itu. Gadis itu mencoba melepaskan genggaman tangan Zaid dari lengannya. Sebelum ada ustadz atau ustadzah yang melihat.

"Mas lepas! Bukan mahram! "

Zaid tak mendengar. Tetap berjalan sambil menarik gadis itu. Hingga suara seorang wanita paruh baya yakni Ustadzah Alia memanggil nama gadis itu lantang.

"ASTAFIRULLAHHALAZIM CYRA!!! "

Cyra menepuk dahinya pelan.

Naon iue teh? Batinnya resah.

"Astaghfirullah lepas! Kalian ini bukan mahram juga udah maen gandengan. Kamu! Kamu cucunya Kyai Ibrahim kan? Kenapa kelakuan kamu seperti ini nak? " Ujarnya sembari menepis tangan Zaid, membuat cowok itu melepaskan genggaman tangannya pada Cyra.

"Kalian berdua! Cyra kamu bersihkan Ustadzah hukum! Bikin makanan selama seminggu full! " Ujarnya. Cyra memandang Ustadzah Alia kaget. 1 minggu full?

Baru hendak protes. Ustadzah Alia memandangnya tajam membuat Cyra mengurungkan niatnya. Semua gara-gara Zaid.

"Kamu! Kamu santri baru. Nggak baca kata-kata perbatasan tadi? " Tanya Ustadzah Alia pada Zaid. Zaid mengangguk membuat Ustadzah Alia beristighfar karenanya.

"Batas suci? Yang itu? " Tanya Zaid memastikan. Ustadzah Alia mengangguk.

"Yaudahlah. Kamu santri baru jadi saya maklum. Lain kali jangan melewati batas itu lagi ya. Itu batas antara asrama santri dan santriwati! " Jelas Ustadzah Alia. Zaid diam, ia tak mengangguk. Karena ia ingin melewati batas itu lagi. Bertemu dengan sosok gadis cerewet ini. Yang ternyata sudah hampir soldout.

Flashback off

"Nahkan! Pantesan gak asing! Tuh cewek rupanya yang cerewet!" Ujarnya menggebu-gebu.

"Tapi dia mau sama Adam, masa mau sih! Kan gantengan gue! " Ujarnya lagi. Kali ini merasa tak terima.

Sekarang Zaid bimbang. Ia sudah  berada di depan perbatasan. Mau masuk, ya tinggal masuk sih sebenernya. Kan dia cucu yang punya nih PonPes. Gak masalah dong ya.

Tapi jika masuk. Nanti si Cyra bakalan makin gak mau sama dia. Salahnya sendiri tadi ngomong ngawur segala digombalin anak perawan orang. Kan bingung sendiri.

"Arhhh! " Ucapnya kesal. Zaid mengambil batu lalu melemparnya asal. Membuat seseorang mengaduh.

"Aduh! " Pekik seorang gadis. Zaid menoleh. Kaget! Ia memegang pipinya.

Adohhh! Calon bini gue yang kena. Ini belum jadi suami istri gue dah KDRT namanya!

Zaid langsung pergi ke sebelah santriwati mencoba menolong Cyra. Cyra berdiri tak jauh dari perbatasan. Zaid memegang lengannya yang membuat sang gadis langsung mudur dan melepaskan genggaman Zaid.

"Astaghfirullah." Ujarnya. Zaid tersenyum kecut. Ia lupa kalau yang disukainya ini ukhti ukhti yang kalau ditolongin bukannya terpesona malah istighfar karena bukan muhrim.

"Gue bukan setan. " Gumam Zaid membuat Cyra terkekeh.

"Kenapa Mas ke perbatasan? Ada urusan apa? Kok Pak Beno gak ada. Kenapa jalan sendiri Mas? Irwan mana? Kalau Mas nyasar gimana? Terus–! "

"Eh lo diem! Lo calon bini gue apa calon bini si Adam sih! Jangan maulah sama Adam! Sama gue aja. " Ujar Zaid kesal.

Cyra terkekeh kecil.

"Ooo Mas Adam. Calon suami idaman dia Mas. Semua santriwati mah mau sama dia. Shalehnya MasyaAllah. " Jelas Cyra dengan sorot mata berbinar . Zaid berdecih.

"Jangan mau sama Adam! Waktu Allah bilang jangan makan khuldi dia tetep makan! Bagusan sama aku, sama kasur aja sayang banget. Apalagi kamu calon ibu dari anak anaku. Sayangnya pakek hati sepenuh jiwa dan raga. "

Cyra memandang Zaid kagum.

"MasyaAllah. Ada ada aja ya Mas Zaid. Aku itu udah ta'aruf sama Mas Adam. "

Zaid duduk. Amarahnya menggebu-gebu sekarang.

"Oh ngomong-ngomong nih surat dari si Adam! Gue lupa tadi ngasihnya. " Ujar Zaid. Cyra mengambil surat tersebut lalu tersenyum membuat Zaid geram.

"Mas orangnya amanah ya. " Puji nya, entah kenapa mood Zaid langsung berubah senang.

"Makanya! " Ujarnya. Cyra menatap heran.

"Makanya apa Mas? " Tanyanya polos.

"Jangan mau lah sama Adam. Sama aku aja. Dia pas 6 tahun nonton Dora. Mau mau aja nunjuk kalau Dora nanya. Bagusan sama aku! 6 tahun udah nonton P. Ramlee. " Ujarnya lagi.

Cyra menatapnya takjub.

"Kamu ngomong apa sih Mas Zaid. Cyra pamit masuk dulu ya. " Ujarnya tiba-tiba.

Zaid memandang gadis itu kesal. Cyra! Harus jadi miliknya.

Tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!