Kasihan Deh Zaid

Karena saat kita susah, disaat itulah wajah asli manusia terlihat. Mana teman susah senang dan mana teman senang senang.

|||

Disinilah Zaid berada, ditengah lapangan yang panas terik sendirian.

Wawan dan Legi memperhatikannya sambil terkikik geli. Awalnya Zaid senang karena Wawan mau membantunya. Namun semua sirna gara-gara si Adam.

Flasback on

Mereka telah selesai melaksanakan shalat Ashar berjamaah. Zaid berniat hati ingin segera lari dan kembali ke kamarnya. Namun ada duak orang yang katanya senior menghadangnya.

"Lo Zaid kan? Cucunya Kakek Ibrahim? " Tanya salah satu cowok itu. Zaid memandang mereka berdua. Tak menjawab dan hendak pergi namun kedua lengannya langsung di pegang oleh kedua senior tersebut.

"Kenalin, gue Kemal. Senior lo di PonPes ini. Panggil gue Bang Kemal. "

Zaid memandang dan mengangguk malas.

"Iya, ******! " Ucapnya membuat Legi dan Wawan terkekeh geli.

Kemal memandang Zaid tak terima.

"Kemal oi! Bukan ******! " Ucapnya kesal.

"Kan udah Bang Kemal disingkat ******! Gitu pon tak tau! " Ucap Zaid meremehkan. Lalu ia berjalan hendak pergi namun lagi lagi ditahan. Zaid menggerutu kesal.

"Apa lagi sehhh??? " Ucapnya tak sabar.

"Gue belum kenalan oi! Kenalin gue Satria, senior lo juga. Panggil suke Bang Satria. " Ucapnya sambil melipat kedua tangannya di dada.

Zaid berdecih.

"Bang Satria kepanjangan. BangSat! Its so simpel. Dah kan? Gue mau balik nih! " Ujarnya lalu dengan segera berlari sambil merapalkan doa dalam hati agar tidak bertemu dengan Kakeknya ataupun Adam.

Saat di depan lapangan. Zaid mengumpat kesal, karena Adam yang telah berdiri sambil memegang sapu ijuk. Ia memandang Zaid sambil tersenyum.

"Zaid. Ini sapunya. Kamu nyapunya setengah aja. " Ucapnya sopan. Mungkin jika orang lain yang mendengarnya merasa dihargai. Adam, cowok itu sangat sopan.

Namun tetap saja, ditelinga Zaid mau semerdu apapun suara Adam tetap membuatnya naik pitam.

Zaid merampas sapu tersebut, kemudian menoleh ke belakang. Dilihatnya Wawan yang tersenyum ke arahnya dan Legi yang tertawa puas. Wawan juga membawa sapu. Untung saja Wawan baik tidak seperti sepupunya itu. Sepupu kampret emang.

"Ayo Mas saya bantuin. " Ujar Wawan. Zaid mengangguk semangat sebelum Adam kembali berbicara dan membuatnya semakin kesal dengan cowok alim itu.

"Irwan. Kamu jangan bantu Zaid. Kan Zaid yang dihukum. Biarin dia aja. " Ucapnya. Dan Zaid semakin kesal dengan Adam saat Wawan malah diam dan mendengarkan perkataan Adam untuk tidak membantunya.

"Wan! Bantuin gue! Ayolah. Kita kan bestfriend! " Ucapnya, Wawan menggeleng lemah. Ia gak bisa membantah Adam. Semua santri ataupun santriwati juga tau bahwa Adam adalah tangan kanan yang sangat dipercayai oleh Kakek Ibrahim.

"Maaf Mas, saya nggak bisa. Saya disini saja semangatin Mas ya. " Ucapnya sendu. Sebenarnya Wawan tak tega melihat Zaid yang sekarang sudah berdiri di tengah lapangan dan menyapu lapangan tersebut dengan wajah kesal.

Flashback off

Tak lama datanglah Kemal dan Satria. Mereka berlima memperhatikan Zaid yang menyapu dengan asal-asalan.

"Jangan gitu nyapunya. Pelan pelan aja dari pinggir. Kalau dari tengah susah. " Jelas Adam. Zaid memandangnya sinis.

"Iya gue tau! Sewot aja lo! " Jawabnya.

Zaid terus menyapu, setengah lapangan hampir bersih. Namun tiba-tiba angin datang dengan dedaunan yang kering membuat Lapangan PonPes Ibrahim itu kembali di penuhi dedaunan.

Zaid berdecak kesal. "Sial banget sih gue hari ini! Udah jatoh ketimpa tangga lagi! Untung gak patah tulang. " Ucapnya kesal.

Mereka yang sedari tadi memperhatikan Zaid langsung terbahak ketika dedaunan itu kembali memenuhi Lapangan. Kecuali Wawan, cowok itu menatap iba cucu dari pemilik pesantren ini sekaligus teman sekamarnya.

"Ayok Mas! Semangat! " Pekik Wawan. Zaid memandang cowok itu. Ia tersenyum dan mengangguk.

Zaid dengan cepat membersihkan lapangan itu lagi. Kurang lebih 30 menit sudah ia berpanas-panasan untuk membersihkan lapangan.

"SELESAI! " Pekik Zaid senang. Sebelum keadaan kembali tak berpihak padanya.

Angin kembali tertiup kencang, kembali membawa dedaunan kering bahkan lebih banyak dari tadi. Lalu awan hitam datang, menyebabkan gerimis sebelum akhirnya turun hujan yang deras.

Zaid berdiri di tengah lapangan. Memandang lapangan yang sudah di bersihkannya dua kali. Kalau gini sih udah jatoh ketimpa tangga patah kaki patah tangan.

Memasang raut wajah marah. Zaid berdiri, membiarkan tubuhnya diguyur hujan. Seakan tubuhnya sedang beruap. Emosinya disiram air hujan.

Kemal, Satria, dan Legi menggeleng kasihan.

"Kasihan deh Zaid. " Ujar Kemal.

"Kasihan deh Zaid. " Sambung Satria.

"Kasihan deh Zaid. " Sahut Legi.

Lalu mereka saling menoleh satu sama lain. Hingga akhirnya kembali memandang Zaid.

"Betul! Betul! Betul! " Ucap mereka serempak.

Adam menggeleng melihat kelakuan mereka bertiga. Sedangkan Wawan langsung berlari dan menyeret Zaid untuk berteduh.

"Mas kok main hujan-hujanan. Nanti sakit Mas. Nggak lama lagi kita akan menyambut Bulan Suci Ramadhan. Kita akan puasa, jadi Mas gak boleh sakit. " Ucap Wawan cemas. Memang hati cowok itu lembut, selembut sutra. Bahagia yang punya suami seperti Wawan. Aku padamu Wawan.

Zaid memandang Wawan yang menatapnya khawatir.

"Gue ngerasa lo ini sebenarnya cewek Wan. Cuma pas lahirnya kelamin lo laki. " Ucap Zaid sambil memandang Wawan yang masih mencemaskannya.

"Nggak gitu Mas. Kalau nanti Mas Zaid sakit. Siapa yang repot? Saya sama Mas Legi juga kan? " Elaknya. Ekspresi Zaid seketika berubah dari senang melihat jadi kesal.

"Tega lo sama gue Wan! Lo tau, gue ini tahan banting. Kena air hujan gak akan bikin gue sakit! Tenang aja lo! " Ucapnya lalu ia segera pergi meninggalkan kelima cowok yang menatap Zaid bingung.

"Woy kutil anoa! TUNGGUIN GUE! " Pekik Legi, ia langsung menarik tangan Wawan dan mengejar Zaid yang sudah berjalan duluan dengan cepat.

Adam menggeleng heran. Ia tak percaya bahwa cucu pemilik PonPes ini sifatnya seperti itu. Lalu Adam menoleh kepada Kemal dan Satria.

"Masuk Mas. Hujan gak baik kita diluar. " Ucap Adam.

Kemal dan Satria memandang Adam kesal. Kemal dan Satria, dua santri yang dikategorikan sebagai santri abadi. Tak pernah lulus ujian pesantren. Maka dari itu mereka disebut senior.

"Iya gue tau! Sewot amat! " Ucap Kemal kesal lalu berjalan menuju kamar asramanya diikuti dengan Satria.

Adam menghela nafasnya berat. Lalu beberapa kali beristighfar. Hari ini lumayan berat di laluinya.

Baru saja hendak melangkah. Tiba-tiba seorang santri memanggilnya membuatnya menoleh.

"Kenapa Cup? " Tanya Adam pada salah satu Santri disini. Yusuf atau dipanggil Ucup itu memberikan Adam sebuah surat.

"Dari Teh Cyra Mas Adam. " Ujarnya seraya memberikan sepucuk surat itu pada Adam. Adam tersenyum menerimanya.

Ia berterima kasih pada Ucup, Ucup pun pamit untuk ke kamarnya. Adam mengangguk. Lalu kembali memandang surat yang ada di tangannya ini.

"Cyra." Gumamnya senang.

Tbc

Terpopuler

Comments

istrinya jungkook

istrinya jungkook

Zaid semangat hehe

2022-10-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!