Kata orang, sikap dan keshalihan kita tergantung pada teman. Bener gak sih? - Azzam Zaid Ibrahim
|||
"Jadi lo temen sekamar gue? " Tanya Zaid pada seseorang yang tengah menunduk.
Zaid sekarang telah diantarkan oleh Kakeknya menuju kamarnya di asrama Pondok Pesantren ini. Zaid menatap cowok culun yang sedari tadi menunduk tanpa menjawab pertanyaannya.
"Woy! Lo denger gak? Punya kuping kan? Selo aja sama gue. Zaid kembarannya Zain. Bedanya dikit aja. Dia artis gue bukan. Dia terkenal gue kagak. Dia ganteng gue lebih ganteng. " Ujar Zaid membuat cowok itu langsung menatapnya.
"Ya kagak ditatap juga keles. Serem gue. " Ucapnya lagi.
"Jadi saya harus gimana kang? " Ucap cowok itu.
"Gue bukan akang lo. Kang kang . Ganteng gini dipanggil kang. " Jawabnya sambil membenarkan gaya rambutnya.
Cowok itu tersenyum, meski agak canggung. Namun ia yakin bahwa cucu dari pemilik pesantren ini baik.
"Jadi, ehmm gue manggil lo sapa nih? Masa gue harus manggil lo tanpa nama. " Ujarnya sambil menatap cowok itu heran.
"Nama saya Irwan Mas. " Ujarnya santun. Zaid menggeleng. Cowok itu mengubah panggilannya terhadap Zaid menjadi Mas.
"Nggak! Gak cocok! Irwan kebagusan buat lo! " Ucapnya lalu berfikir sebentar.
"Nama lo tu cocoknya! Ehm...ohh gue tau! Wawan! " Ucapnya bersemangat.
"Apa? Bakwan? " Sahut seseorang dari depan pintu kamar asrama mereka. Zaid mengernyit tak suka lalu melihat ke arah cowok itu.
Seketika raut wajahnya berubah!
"WALAU RUPAMU TIDAK KU KENAL! TETAPI LUBANG HIDUNGMU TETAP MENJADI PUJAAN HATIKU! " Ucapnya lalu berlari kearah cowok yang sejak tadi memperhatikan Zaid dan Wawan.
"Tepung Regi! " Pekik Zaid bersemangat.
"Ragi bahlul! " Balasnya kesal.
Zaid berlari kearahnya lalu memeluk Legi erat. Memang aneh. Namanya Regi panggilannya Legi.
"Yaampun Legi! Temen shohibku onani sampe pagi! Kini bertemu lagi! " Ujarnya senang. Legi memukul kepala Zaid pelan.
"Dari orok, otak lo keknya gak berpindah tempat!" Ucapnya kesal
"Gak mungkin pindah dong Mas. Masa otak bisa pindah. " Sahut Wawan. Legi lalu mengalihkan pandangannya dari Zaid dan memandang Wawan.
"Bertiga disini? " Tanyanya pada Zaid, Zaid mengangguk.
"Ohh Gue Rega Muhammad Sultan. Panggil aja Legi. " Ucapnya. Wawan tersenyum sopan sambil mengiyakan pernyataan Legi.
"Saya Irwan, Mas. " Jawabnya.
"Oh nama lo Irw—"
"Panggil dia Wawan! Lebih cocok kek lo tepung Legi! " Ucap Zaid dengan wajah sumringah.
"Sepupu gue kok kampret bener! Nama orang Irwan bagus bagus lo panggil Wawan! " Ucapnya dengan nada tegas membuat Wawan terdiam. Baru kali ini ada yang membela dan memuji bahwa namanya bagus.
"Gak apalah! Gue ikut bae. " Namun ternyata salah. Mereka berdua sama saja.
Wawan menggeleng lemah. Bagaimana nasibnya satu kamar asrama dengan dua sepupu aneh yang sayangnya cucu dari pemilik Pondok Pesantren.
|||
Hari ini adalah jadwal bagi Wawan untuk mengambil lauk pauk di perbatasan antara santri dan santriwati.
Jika ini adalah jadwal Wawan berarti juga jadwal Zaid dan Legi.
"Mas, besok siang kita ke perbatasan ya. Mau ambil lauk untuk makan santri. " Jelas Wawan. Zaid yang sedang asik rebahan di kasurnya langsung duduk.
"Beda banget rasanya, kalau di rumah pacar gue itu empuk banget kek ulat sutra. Terus ada efek magnet jadi lengket bangett. Ini kasur kok kek gak ada efek efek lembut sama magnet! " Protes Zaid sambil menepuk kasurnya beberapa kali supaya empuk.
"Eh Zaid! Lo pikir pesantren ini bakalan kasih lo kamar VVIP cuma gegara lo cucunya Kakek? Gak akan! Buktinya kita di sini! " Balas Legi. Ia duduk dengan perasaan bosan.
"Eh! Nanti jam berapa kita ngambil lauknya Wan? Gak bisa sekarang aja apa? Bosan gue nih! " Ucap Zaid. Ia sangat bosan berasa di dalam kamarnya. Biasanya kalau jam segini, ia pasti akan menonton film P. Ramlee kesukaannya itu.
"Gak bisa Mas. Udah mau shalat Ashar. Gimana kalau Mas Zaid sama Mas Legi mandi aja dulu. Sebelum kamar mandinya ramai. " Jelas Wawan dengan sopan.
"Emangnya air disini limited ya Wan? Kok gue gengsi ya nyamperin airnya duluan. " Ucap Zaid ngawur membuat Legi terbahak.
"Bodoamat! Gue mau ngantri ajalah. Harusnya lo tuh denger saran dari Wawan!" Ucap Legi sambil mencari handuk miliknya. Zaid juga tak ingin ketinggalan. Ia juga langsung mencari handuk miliknya.
"Wan! Anterin gue ke kamar mandinya! " Ucap Legi. Wawan mengangguk sambil membawa handuk yang disampirkan di pundaknya.
"Ayok Mas, nanti keburu rame. " Ucapnya. Legi tersenyum. Mereka berdua pergi menuju kamar mandi. Sementara Zaid masih mencari handuk biru dongker kesayangannya.
"Eh buset gue ditinggal! " Ucapnya sambil kelabakan mencari handuknya.
"Sayangku. Mana kamu nak!" Ucap Zaid sambil mencari handuknya tak lelah. Hingga akhirnya ia menemukannya.
Zaid langsung berlari mengejar Wawan dan Legi.
"Woy! Tunggu! " Pekiknya sambil berlari mengejar ketertinggalannya. Sunggu tega sepupunya itu meninggalkannya. Wawan juga. Mereka berdua tega pada Zaid.
Gimana mau betah kalau punya temen sekamar aja kek gini! Batinnya kesal.
|||
Mereka bertiga mengantri di depan kamar mandi. Zaid memasang wajah kesal.
"Perginya dah cepet aja masih ngantri! Tau gini gue ngedate aja bareng selingkuhan! " Ucapnya kesal. Legi yang berdiri di depan Zaid mengernyit.
"Emang lo punya pacar? " Tanyanya kepo. Zaid mengangguk semangat.
"Pacarku tuh lembut. Halus. Pokoknya top deh! Gue suka tidurin dia! "
"Eh goblok sia teh! Anak orang lo tidurin! ASTAGHFIRULLAH ZAID! " Pekik Legi kaget. Zaid langsung menjewer telinga sepupunya itu.
"KASUR WOY! KAN KASUR EMANG DITIDURIN! PIKIRAN LO INI OMES BANGET! UDAH MAU PUASA JUGA! " Balas Zaid tak kalah. Wawan yang melihat itu hanya terkekeh. Ia berdiri diantara Zaid dan Legi. Wawan mencoba memasang telinganya menjadi mode kebal.
"Yaelah kasur! Gue kirain anak orang. Muka cakep pacarnya kasur gak elit banget! " Ucap Legi meremehkan. Zaid langsung saja hendak mencambak sepupunya itu, namun dihalang oleh Wawan sehingga Zaid malah menjambak Wawan.
"ADUH MAS SAKIT MAS! MAS LEPAS RAMBUT SAJA MAS. SAKIT ATUH! " Pekik Wawan kesakitan.
Astaghfirullah, baru sehari aja udah kek gini Ya Rabb. Batin Wawan.
Zaid langsung melepaskan jambakannya. Zaid menyengir memandang Wawan.
"Yaampun Wan! Maap Wan maap! Lagian lo kenapa nolongin si tepung Legi! " Ucap Zaid sinis.
"Apa lo? Mau gelud? Sini sok atuh! " Balas Legi tak kalah sinis. Mereka berdua terus beradu suara hingga seseorang melerainya.
"Astaghfirullah, nggak boleh kelai sesama saudara. Kita harus saling memaafkan. " Ucapnya membuat Zaid dan Legi sontak menoleh.
Zaid dan Legi kaget.
"Irwan jangan biarin mereka kelai ya. " Ucapnya pada Wawan. Wawan mengangguk lalu tersenyum simpul.
"Iya Mas Adam. Udah Irwan coba lerai tadi tapi malah Irwan yang kena jambak " Ucap Wawan santun. Zaid yang mendengar itu memandang Wawan tak enak hati.
Lalu Zaid memandang cowok yang melerainya dengan Legi sinis.
Nih cowok mukanya ganteng amat! Kalah gue kalau gini ni! Batinnya kesal.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
★Tasha~
dahlah klau ini ,mau gimana lgi . kata mujarab ya “PASRAH”🤣🤣
2022-12-31
0
★Tasha~
setuju kk
2022-12-31
0
istrinya jungkook
wkwkwkw
2022-10-20
0