Chapter 3: Anne dan Rahasianya

Ken tidak mengerti, apa yang terjadi di antara kedua wanita itu. Namun usai menyadari ekspresi Miya, dia pun mengerti. Ken menyimpulkan, Miya lagi-lagi merasa cemburu karena Rachelle telah mengambil panggungnya untuk mencari perhatian. Ken paham betul, bagaimana sikap dan tindakan Miya saat benci dengan seseorang.

Usai Miya pergi, Ken segera menatap ke arah Rachelle. Dia hanya ingin tahu, respon dan reaksi Rachelle setelah berhadapan dengan Miya. Hasilnya, Ken merasa Rachelle terlihat tak terganggu ataupun berusaha membalas sikap Miya. Rachelle hanya... mengabaikannya? Ya, mengabaikan Miya secara langsung.

“Kamu tidak perlu kaget juga. Dia... memang sering kali membuat beberapa wanita di desa ini, jengkel. Nanti kalau terjadi sesuatu, katakan padaku. Aku akan memarahinya” kata Ken tiba-tiba. Rachelle tampak kaget, setelah mendengar ucapan Ken barusan. “Jadi kau... sedekat itu ya?” tanggapnya kemudian.

Ken buru-buru menolak. “Dekat, bukan seperti yang kamu pikirkan. Aku hanya...” “Ken?” sela Rachelle. “Ya?” jawab Ken segera merespon. “Waktunya melatih, kan? Apa yang harus ku persiapkan?” tanya Rachelle menanti petunjuk dari Ken.

Ken segera tersadar dan kembali fokus pada perintah dari paman Rachelle. “Hm, hari ini aku akan membantumu” tanggapnya. “Senior, mohon bimbingannya” pinta Rachelle sembari memberi hormat. Ken tersenyum angkuh, bak seorang pelatih profesional. Keduanya segera masuk ke dalam tempat latihan, dimana para murid mereka telah menunggu.

Para murid biasanya akan datang, sepulang sekolah. Rachelle melihat, sudah ada beberapa murid yang datang. Kebanyakan dari mereka berasal dari kelompok murid yang masih anak-anak.

“Hari ini, seperti yang sudah diberitahukan kemarin. Pelatih Ken tidak akan mengajar kalian, karena pelatih Elle yang akan melatih kalian. Coba! Sapa pelatih Elle dulu” pinta Ken ceria, seperti biasa pria yang komunikatif. “Selamat siang, pelatih Elle! Senang bertemu dengan anda! Mohon kerja samanya!!!” teriak anggota kelompok anak-anak dengan kompak. “Selamat siang. Mohon bantuannya, semua” balas Rachelle agak kaku. Cara senyumnya pun, terlihat kaku.

“Pelatih Elle kelihatan seperti robot ya? Jelek sekali balas sapaannya!” olok salah satu murid dalam kelompok tersebut. “Kalau dilihat terus, jadi tambah kelihatan jelek ya?” timpal salah satu dari yang lain. Padahal, mereka masih anak-anak. Entah siapa yang mengajari mereka begitu, hingga membuat Rachelle kesal di pertengahan jam. Namun, tentu demi menghindari hukuman dari sang paman, Rachelle membalasnya dengan senyum tipis. Dia baik-baik saja. Dan ini, masih permulaan. Oke.

Benar, sebelum pergi entah kemana, paman Ron juga memberikan beberapa syarat. Hal itu dia lakukan, usai berdebat gila dengan Rachelle kemarin malam. Sang paman sengaja memasang sebuah CCTV, sebagai bukti jika Rachelle melanggar kontrak. Sepele sih syaratnya.

Pertama, tentu Rachelle tidak boleh menggunakan kekuatannya untuk melakukan kekerasan pada para murid. Senakal apapun dan sekurang ajar apapun, Rachelle harus SABAR. Mengingat, Rachelle bekerja sebagai seorang mata-mata di sebuah biro penyelidikan swasta. Pastinya, dia selalu tidak sabaran saat menghadapi orang yang tak bisa diatur.

Kedua, Rachelle akan mendapatkan poin jika berhasil menyelesaikan misi kecil dari sang paman. Poin tersebut dapat digunakan Rachelle untuk mengurangi masa dirinya menjadi seorang pelatih sementara. Dan terakhir, jika segala tindakan Rachelle ada yang berpotensi merugikan klub bela diri, tentu dia akan secara otomatis diberikan hukuman yang sesuai dengan keadaan saat itu.

“Tenang semuanya! Kalian tidak boleh bertindak begitu pada pelatih Elle. Dia orangnya baik lho. Baiklah, kembali fokus! Sebelum pemanasan, seperti biasa kita absen dulu ya?” ujar Ken sebagai pembuka. “Pelatih, boleh Anne bertanya?” celetuk seorang gadis berusia kurang lebih, tujuh tahun. “Anne semangat sekali ya? Tumben, nih! Pelatih jadi makin bersemangat juga! Anne mau tanya apa?” tanggap Ken senang.

Akan tetapi saat melihat Ken yang begitu berlebihan, gadis enam tahun bernama Anne tersebut mendadak mengurungkan niatnya. “Tidak ada yang saya tanyakan, pelatih” ucapnya dengan muka normal alias datar tanpa ekspresi. Anne juga tampak kembali memainkan boneka kelincinya sendirian.

Ken langsung merasa bersalah pada Anne. Meski berusaha menanyakan, Ken tidak mendapatkan hasil. Anne, gadis itu tetap memainkan boneka kelinci putihnya. Ken menatap ke arah Rachelle, dia seperti berusaha meminta bantuan. Sayangnya, Rachelle pun tak dapat melakukan sesuatu. Ini kali pertamanya bertemu dengan Anne.

“Baiklah, kita mulai latihannya ya?! Semuanya baris! Ayo, baris!” seru Ken mencoba menghidupkan suasana. Rachelle pun kembali fokus melatih bersama dengan Ken. Latihan kali ini, di dahului dengan pemanasan.

Sambil melakukan pemanasan, Rachelle juga tampak mengamati segala tingkah laku Anne. Ekspresi gadis itu, cukup mengusiknya. Dia seakan, mengenal ekspresi tersebut di suatu tempat. Entah di mana, tapi hal itu cukup familiar.

“Anne?” panggil Rachelle tiba-tiba. Gadis itu tentu terlihat kaget. Dia sedang bersiap untuk pulang, usai latihan telah usai. Tanpa menjawab dan hanya menoleh ke arah Rachelle, Anne langsung kembali fokus bermain boneka kesayangannya.

Ketika Rachelle mendekatinya, Anne perlahan mundur. Dia seperti, sedang menghindari Rachelle. Masih terlihat kaku, Rachelle mencoba mendekati gadis itu. “Mau ku antarkan pulang?” tawarnya mengejutkan. Bukannya menjawab, Anne malah terlihat bengong.

“Ayo” ucap Rachelle canggung sembari mengulurkan tangannya. Dalam hitungan sepersekian detik, Anne segera meraih tangan Rachelle. Keduanya tampak melangkah bersama menuju rumah Anne yang lumayan jauh dari tempat klub bela diri. Ketika melihat keduanya berjalan sama-sama, Ken terlihat sedikit cemas.

"Rumahmu jauh. Kau biasa pulang sendiri?” tanya Rachelle berbasa-basi. Perjalanan mereka cukup sunyi, mengingat Rachelle bukanlah tipe orang yang mudah berteman dengan banyak orang. Dan seperti mudah sekali ditebak, Anne hanya mengangguk pelan sebagai respon. Kupikir, keduanya adalah tipe orang yang sama-sama tertutup.

Oh ya, murid yang mengikuti klub bela diri tidak hanya dari anak-anak yang tinggal di panti asuhan paman Ron. Ada beberapa murid dari luar panti asuhan juga, yang memutuskan untuk ikut klub. Seperti, Anne contohnya.

Tak beberapa lama kemudian, mereka akhirnya sampai. “Di sini saja. Rumahku yang itu” kata Anne sambil menunjuk ke arah sebuah rumah yang ada di ujung jalan. “Aku bisa mengantarmu sampai depan rumah” ujar Rachelle. “Dah!” pamit Anne dengan berlari begitu saja.

Melihat reaksi Anne, tentu semakin membuat Rachelle curiga akan satu hal. Diam-diam, Rachelle melangkah ke arah rumah yang tadi sempat ditunjuk oleh Anne. Dia ingin sekali memastikan sesuatu.

Ketika berada tepat di depan rumah yang ditunjuk oleh Anne, Rachelle bersembunyi di balik pepohonan. Untungnya, depan rumah Anne adalah sebuah tanah kosong dengan berbagai pohon menjulang tinggi di sana. Dan seperti yang sudah diduga oleh Rachelle sejak awal. Anne menyembunyikan sesuatu.

Rachelle melihat Anne menunggu cukup lama di depan pagar rumahnya yang menjulang tinggi. Saat pintu pagar terbuka, tampak seorang pria berumur sekitar 35-an tengah menyapa Anne. Tak lama setelah itu, Anne dibawa masuk ke dalam rumah dengan cara di gendong oleh pria tadi.

“Benar-benar ada yang tidak beres” pikir Rachelle. Dia segera melangkah menuju ke sebuah rumah yang tempatnya, berada tepat di samping rumah Anne. Rumah tersebut rupanya membuka sebuah toko kelontong. Rachelle mampir sebentar ke dalam toko itu dan membeli sekaleng minuman. Tentu, sambil berbasa-basi tentunya.

“Oh, anda yang baru pindah itu ya? Keponakannya Pak Young” tebak si penjaga toko kelontong yang Rachelle singgahi, seorang wanita paruh baya. “Wah, bahkan beritanya sampai ke sini ya? Ya, benar. Saya Elle, keponakan pak Young. Ternyata, paman Ron cukup populer juga ya?” tanggap Rachelle sembari memberi hormat. Wanita penjaga toko tersebut terlihat tersenyum ramah.

Rachelle kembali meneguk minumannya, usai meminta izin untuk singgah sebentar karena kelelahan. “Bibi sudah lama ya tinggal disini?” tanya Rachelle memulai pencarian. “Ya, lumayan. Ibu saya sudah membuka toko ini, sebelum pak Young mendirikan sebuah panti asuhan. Cukup lama juga sih” jawab wanita penjaga toko itu. Rachelle mengangguk paham.

“Ah ya, anda barusan mengantar Anne ya?” tanya wanita penjaga toko tersebut. Baru saja Rachelle memikirkan pertanyaan yang tepat untuk mencari informasi tentang Anne, namun wanita itu lebih dulu membahasnya. “Ah, benar. Saya pelatih baru di klub bela diri Youth. Kebetulan, saya sedang senggang dan ingin jalan-jalan sebentar. Biar agak ramah jalannya, soalnya pak Young nggak membantu saya sama sekali untuk mengenali desa ini” terang Rachelle. Wanita penjaga toko itu, tampak merespon dengan anggukan bersemangat. Seakan, sedang mendengarkan Rachelle dengan seksama.

“Dia masih kecil, tapi harus pulang sendirian. Karena saya satu-satunya pelatih wanita, jadi saya antarkan saja dia” tambah Rachelle mempermanis. “Ah, begitu rupanya. Orang tua Anne memang cukup sibuk. Dia diasuh oleh pengasuhnya” ujar wanita penjaga toko. "Kata Anne, dia bersama dengan ayahnya?” pancing Rachelle. Seketika, wajah si wanita penjaga toko tersebut mendadak panik.

Wanita itu terlihat memukul-mukul pahanya dengan tangan. “Ya. Ayah Anne... sangat baik sekali. Dia sangat mencintai Anne” ucapnya kemudian. Rachelle yang berlagak akan meneguk minumannya pun, mendadak urung. “Mencintainya?” ulang Rachelle menekankan kalimat aneh. “Tidak! Maksudnya... menyayangi Anne. Kamu tahu kan, itu...” seru wanita penjaga toko segera membenarkan. Rachelle segera mengangguk.

Setelah puas berbincang, Rachelle pun pamit pulang. Setibanya di rumah, dia segera mengunci pintu, menutup tirai, mematikan lampu, dan berganti pakaian. Dia segera masuk ke dalam sebuah ruangan dan menguncinya pula.

Dalam ruangan, Rachelle menghidupkan saklar lampu dan surprise! Ruangan itu telah Rachelle sulap sebagai ruangan khusus. Semua penuh dengan beberapa komputer dan alat pendukung lainnya.

Rachelle telah mempersiapkannya, semenjak dirinya datang ke desa ini. Karena itu, dia membeli beberapa perabot yang cukup banyak dari toserba. Termasuk, membeli perangkat komputer untuk membantunya. Dan dia pikir paman Ron pasti punya rencana, mengapa dirinya dipanggil secara tiba-tiba ke desa ini untuk menggantikan paman Raph. Mungkin karena itulah paman Raph tidak bisa meninggalkan desa ini begitu saja dan harus susah payah menghubunginya.

Rachelle mengaktifkan perangkatnya. Tampak sebuah ruang tamu dalam rumah terlihat di layar komputer Rachelle. Sebenarnya itu, rumah Anne. Jadi itulah mengapa Rachelle dengan semangatnya, mengantar Anne pulang. Tak lupa, dia menyelipkan sebuah kamera pengintai di tas Anne.

Rupanya, benar cerita dari Ken. Setelah Ken menyadari Anne mulai bereaksi saat bertemu Rachelle, Ken akhirnya memutuskan sesuatu. Ken bercerita tentang keadaan Anne pada Rachelle. Ken bilang, ada yang tidak beres dengan perlakuan seorang pria di rumah Anne. Yang semua orang tahu, pria itu mengatasnamakan dirinya adalah ayah dari Anne.

Namun, Ken tak bisa mempercayainya begitu saja. Bukan tanpa alasan tentunya. Ken diam-diam mengamati perlakuan “ayah” Anne itu, pada Anne sendiri. Semuanya, Ken anggap tak normal. Mulai dari menyentuh tubuh Anne hingga caranya berbicara pada Anne. Terutama, saat menggendong Anne.

Disertai pula, dengan respon Anne yang agak sedikit takut dan ingin sekali menghindar. Sudah beberapa kali Ken mencoba menyelidikinya, tapi dia selalu kurang bukti bahwa “ayah” Anne adalah seorang pria dengan penyimpangan.

Rachelle kini mengerti apa yang dimaksud Ken. Dia juga paham, mengapa Anne selalu berekspresi datar dan mengacuhkan orang-orang. Bukan karena dia bersifat angkuh atau sombong, dia hanya seorang gadis kecil yang mengalami pelecehan seksual oleh seorang pria yang dinamainya sebagai, seorang "ayah”.

“Hai, Phil! So sorry membuatmu terbangun dari istirahat panjang” ucap Rachelle melalui alat komunikasi. “Kapten! Wah, bagaimana harimu di sana? Kau benar-benar tidak bisa dihubungi nih! Tapi kalau sudah begitu, tandanya kau sangat menikmatinya. Salahkah aku?” sapa Philip bersemangat. “Jangan membahas yang itu. Aku sudah cukup kesal di hari pertama. So, Phil jika kau tidak keberatan, bisakah kau mencarikan aku sesuatu?" jawab Rachelle mengalihkan topik. "Misi?! Katakan, apa itu?!” seru Philip makin bersemangat.

“Not a mission, just playing. Phil, coba cari nama ini di pangkalan datamu. Nicholas Poole” pinta Rachelle. “Wah, impressive! Benar-benar sebuah misi nih! Oke, wah... lihat ini. Banyak sekali fakta yang terungkap di sini. Dia bekerja di sebuah bank. Namun ditendang sekitar tiga tahun yang lalu, karena sebuah alasan pribadi” jawab Philip usai dengan kecepatan kilat, berhasil menemukan fakta tentang “ayah” dari Anne. “Hanya itu?” tanya Rachelle sembari masih mengamati apa yang didapat si kamera pengintainya dari tas Anne.

“Wuah! Dia di-out karena masalah pelecehan seksual. Dia melakukannya saat bekerja dengan seorang karyawan lain di bank itu. Dalam keterangannya di kepolisian, dia melakukan hal itu atas dasar saling suka. Namun, korbannya menyangkal dan menyatakan itu adalah paksaan. Dia dipenjara sekitar setahun. Setelah bebas, dia pindah ke satu rumah ke rumah yang lain” jelas Philip dengan data lain. Saat Philip menjelaskan dengan detail “ayah” Anne dari datanya, Rachelle mengamati kelakuan “ayah” Anne yang terlihat melakukan hal yang tak pantas pada Anne. Dia memang sedang makan bersama Anne, namun tangannya mengarah pada paha Anne.

Menyadari tindakan sang “ayah”, Anne tampak mulai tak nyaman. Rachelle terus mengamati pergerakan “ayah” Anne hingga petang datang. Saat itulah, sikap sebenarnya si “ayah” Anne mulai terlihat jelas. Dia tak sungkan mengelus tubuh Anne dengan ekspresi “menikmati” sentuhan itu. Sementara diperlakukan tak wajar, Anne terlihat membuang muka dengan kedua tangan mengepal.

“Aih, lihatlah pria busuk ini. Dia tak hanya busuk, tapi baj*n*an!” umpat Rachelle mulai terbawa. Dia melihat seluruh kejadian itu lewat kamera pengintai, dari mulai awal hingga Anne ditidurkan ke atas sofa. “Dia ini... pedofil?!” serunya. “Astaga... Kapt, lihatlah apa yang kutemukan” ucap Philip dengan nada syok.

Terpopuler

Comments

idawati

idawati

waaaw

2021-11-06

1

Maryani

Maryani

waaaa, pedofil

2021-11-05

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Dunia Baru
2 Chapter 2: Beradaptasi
3 Chapter 3: Anne dan Rahasianya
4 Chapter 4: Maniak
5 Chapter 5: Misi Kecil
6 Chapter 6: Tipe Priaku?
7 Chapter 7: Si Anak Tunggal
8 Chapter 8: Menghilang
9 Chapter 9: Rencana Rachelle
10 Chapter 10: Kesempatan Luke
11 Chapter 11: Kebenaran yang Salah
12 Chapter 12: Dokter di Klinik Kecil
13 Chapter 13: Rival
14 Chapter 14: Aura Seorang Pembunuh
15 Chapter 15: Langkah Rachelle
16 Chapter 16: Misi untuk Meyakinkan
17 Chapter 17: Perasaan Paman Ron
18 Chapter 18: Perasaan yang Nyata
19 Chapter 19: Teman Lama
20 Chapter 20: Orphen
21 Chapter 21: Memancing Si Pemimpin
22 Chapter 22: Sahabat Luke
23 Chapter 23: Dua Sisi dalam Ken
24 Chapter 24: Masalah Ray
25 Chapter 25: Menyelesaikan Geng Sampah
26 Chapter 26: Satu Serangan
27 Chapter 27: Drama Perebutan Orphen
28 Chapter 28: Dal Slater dan Rancangan Serangannya
29 Chapter 29: Mereka adalah Keluarga. Tapi...
30 Chapter 30: Pria dalam Ring Pertarungan Bawah Tanah
31 Chapter 31: Nyali Si Anak Jagoan, Ray
32 Chapter 32: Hugo Si Penggoda
33 Chapter 33: Kekacauan yang Sengaja Dibuat
34 Chapter 34: Pria yang Berbeda
35 Chapter 35: Menyerang dalam Bayangan
36 Chapter 36: Kemungkinan Dari Sebuah Hubungan
37 Chapter 37: Catatan Raphael Young
38 Chapter 38: Nona Young dan Tuan Robert
39 Chapter 39: Tato Mawar
40 Chapter 40: Kebaikan yang Dimanfaatkan
41 Chapter 41: Perasaan yang Mengganggu
42 Chapter 42: Suara dari Masa Lalu
43 Chapter 43: Sebuah Keraguan
44 Chapter 44: Aku Bukan Lagi Keponakanmu
45 Chapter 45: Situasi Sulit
46 Chapter 46: Kunci dari Sebuah Aset
47 Chapter 47: Dua Liontin
48 Chapter 48: Kisah Romantis yang Tertunda
49 Chapter 49: Kejutan Bukan Main
50 Chapter 50: Syarat dari Kai
51 Chapter 51: Lengah
52 Chapter 52: Sebuah Umpan dari Ron Young
53 Chapter 53: Daya Tarik Magnet
54 Chapter 54: Intuisi dari Si Pembual
55 Chapter 55: Tuan Muda Robert
56 Chapter 56: Kejujuran yang Terdalam
57 Chapter 57: Sisi Lain Sahabatku
58 Chapter 58: Sebuah Persoalan yang Mudah
59 Chapter 59: Percaya Padaku
60 Chapter 60: Percakapan Serius di Tengah Hujan
61 Chapter 61: Arti Sebuah Keluarga
62 Chapter 62: Perjanjian Ayah Rachelle
63 Chapter 63: Bukan Anak Ayah
64 Chapter 64: Kualifikasi Circle of Diable
65 Chapter 65: Berdiri Sendiri
66 Chapter 66: Wajah yang Penuh Kepedihan
67 Chapter 67: Menjadi Orang Normal
68 Chapter 68: Pengkhianatan Besar
69 Chapter 69: Perdebatan yang Menyebalkan
70 Chapter 70: Menjadi Umpan
71 Chapter 71: Kejutan yang Menegangkan
72 Chapter 72: Mereka, Selangkah Lebih Cepat
73 Chapter 73: Reuni
74 Chapter 74: Reuni_ Hal yang Sering Kuanggap Tak Adil
75 Chapter 75: Reuni_ Pertemuan yang Berakhir Kacau
76 Chapter 76: Kejutan yang Membuat Hilang Akal
77 Chapter 77: Dua Wanita Tangguh
78 Chapter 78: Sekelumit Harapan Kyra
79 Chapter 79: Tetaplah di Sampingku
80 Chapter 80: Cinta Lokasi
81 Chapter 81: Apa Kabar?
82 Chapter 82: Tempat yang Seharusnya
83 Chapter 83: Pengangguran
84 Chapter 84: Wajah yang Berbeda
85 Chapter 85: Tato Baru
86 Chapter 86: Petunjuk Darinya
87 Chapter 87: Permohonan untuk Tuhan
88 Chapter 88: Warisan
89 Chapter 89: Tolong, Berhenti Ikut Campur
90 Chapter 90: Melemahkan Diri
91 Chapter 91: Keluarga Gray
92 Chapter 92: Fabien dan Eleanor
93 Chapter 93: Target yang Sebenarnya
94 Chapter 94: Kita adalah Kita
95 Chapter 95: Pertemuan Pertama Mereka
96 Chapter 96: Kenangan Buruk
97 Chapter 97: Circle X Lironvein
98 Chapter 98: Foto Lama
99 Chapter 99: Misi untuk Mengalihkan
100 Chapter 100: Circle dan Tiga Wanita Penting
101 Chapter 101: Kapten Gavin
102 Chapter 102: Perubahan Sistem
103 Chapter 103: Rencana Rachelle Part 2
104 Chapter 104: Sosok yang Tak Terduga
105 Chapter 105: Nasib Circle
106 Chapter 106: Akhir Dari Sebastian
107 Chapter 107: Penghalang Baru
108 Chapter 108: Sebelum Maut Menjemput
109 Chapter 109: Dua Pilihan
110 Chapter 110: Hari Eksekusi
111 Chapter 111: Epilog
112 Chapter 112: Next
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Chapter 1: Dunia Baru
2
Chapter 2: Beradaptasi
3
Chapter 3: Anne dan Rahasianya
4
Chapter 4: Maniak
5
Chapter 5: Misi Kecil
6
Chapter 6: Tipe Priaku?
7
Chapter 7: Si Anak Tunggal
8
Chapter 8: Menghilang
9
Chapter 9: Rencana Rachelle
10
Chapter 10: Kesempatan Luke
11
Chapter 11: Kebenaran yang Salah
12
Chapter 12: Dokter di Klinik Kecil
13
Chapter 13: Rival
14
Chapter 14: Aura Seorang Pembunuh
15
Chapter 15: Langkah Rachelle
16
Chapter 16: Misi untuk Meyakinkan
17
Chapter 17: Perasaan Paman Ron
18
Chapter 18: Perasaan yang Nyata
19
Chapter 19: Teman Lama
20
Chapter 20: Orphen
21
Chapter 21: Memancing Si Pemimpin
22
Chapter 22: Sahabat Luke
23
Chapter 23: Dua Sisi dalam Ken
24
Chapter 24: Masalah Ray
25
Chapter 25: Menyelesaikan Geng Sampah
26
Chapter 26: Satu Serangan
27
Chapter 27: Drama Perebutan Orphen
28
Chapter 28: Dal Slater dan Rancangan Serangannya
29
Chapter 29: Mereka adalah Keluarga. Tapi...
30
Chapter 30: Pria dalam Ring Pertarungan Bawah Tanah
31
Chapter 31: Nyali Si Anak Jagoan, Ray
32
Chapter 32: Hugo Si Penggoda
33
Chapter 33: Kekacauan yang Sengaja Dibuat
34
Chapter 34: Pria yang Berbeda
35
Chapter 35: Menyerang dalam Bayangan
36
Chapter 36: Kemungkinan Dari Sebuah Hubungan
37
Chapter 37: Catatan Raphael Young
38
Chapter 38: Nona Young dan Tuan Robert
39
Chapter 39: Tato Mawar
40
Chapter 40: Kebaikan yang Dimanfaatkan
41
Chapter 41: Perasaan yang Mengganggu
42
Chapter 42: Suara dari Masa Lalu
43
Chapter 43: Sebuah Keraguan
44
Chapter 44: Aku Bukan Lagi Keponakanmu
45
Chapter 45: Situasi Sulit
46
Chapter 46: Kunci dari Sebuah Aset
47
Chapter 47: Dua Liontin
48
Chapter 48: Kisah Romantis yang Tertunda
49
Chapter 49: Kejutan Bukan Main
50
Chapter 50: Syarat dari Kai
51
Chapter 51: Lengah
52
Chapter 52: Sebuah Umpan dari Ron Young
53
Chapter 53: Daya Tarik Magnet
54
Chapter 54: Intuisi dari Si Pembual
55
Chapter 55: Tuan Muda Robert
56
Chapter 56: Kejujuran yang Terdalam
57
Chapter 57: Sisi Lain Sahabatku
58
Chapter 58: Sebuah Persoalan yang Mudah
59
Chapter 59: Percaya Padaku
60
Chapter 60: Percakapan Serius di Tengah Hujan
61
Chapter 61: Arti Sebuah Keluarga
62
Chapter 62: Perjanjian Ayah Rachelle
63
Chapter 63: Bukan Anak Ayah
64
Chapter 64: Kualifikasi Circle of Diable
65
Chapter 65: Berdiri Sendiri
66
Chapter 66: Wajah yang Penuh Kepedihan
67
Chapter 67: Menjadi Orang Normal
68
Chapter 68: Pengkhianatan Besar
69
Chapter 69: Perdebatan yang Menyebalkan
70
Chapter 70: Menjadi Umpan
71
Chapter 71: Kejutan yang Menegangkan
72
Chapter 72: Mereka, Selangkah Lebih Cepat
73
Chapter 73: Reuni
74
Chapter 74: Reuni_ Hal yang Sering Kuanggap Tak Adil
75
Chapter 75: Reuni_ Pertemuan yang Berakhir Kacau
76
Chapter 76: Kejutan yang Membuat Hilang Akal
77
Chapter 77: Dua Wanita Tangguh
78
Chapter 78: Sekelumit Harapan Kyra
79
Chapter 79: Tetaplah di Sampingku
80
Chapter 80: Cinta Lokasi
81
Chapter 81: Apa Kabar?
82
Chapter 82: Tempat yang Seharusnya
83
Chapter 83: Pengangguran
84
Chapter 84: Wajah yang Berbeda
85
Chapter 85: Tato Baru
86
Chapter 86: Petunjuk Darinya
87
Chapter 87: Permohonan untuk Tuhan
88
Chapter 88: Warisan
89
Chapter 89: Tolong, Berhenti Ikut Campur
90
Chapter 90: Melemahkan Diri
91
Chapter 91: Keluarga Gray
92
Chapter 92: Fabien dan Eleanor
93
Chapter 93: Target yang Sebenarnya
94
Chapter 94: Kita adalah Kita
95
Chapter 95: Pertemuan Pertama Mereka
96
Chapter 96: Kenangan Buruk
97
Chapter 97: Circle X Lironvein
98
Chapter 98: Foto Lama
99
Chapter 99: Misi untuk Mengalihkan
100
Chapter 100: Circle dan Tiga Wanita Penting
101
Chapter 101: Kapten Gavin
102
Chapter 102: Perubahan Sistem
103
Chapter 103: Rencana Rachelle Part 2
104
Chapter 104: Sosok yang Tak Terduga
105
Chapter 105: Nasib Circle
106
Chapter 106: Akhir Dari Sebastian
107
Chapter 107: Penghalang Baru
108
Chapter 108: Sebelum Maut Menjemput
109
Chapter 109: Dua Pilihan
110
Chapter 110: Hari Eksekusi
111
Chapter 111: Epilog
112
Chapter 112: Next

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!