“Katakan padaku dengan jelas! Fakta apa yang kau temukan, agar aku bisa menjebloskannya ke dalam penjara sekali lagi” perintah Rachelle tak sabar. “Percuma, Kapt. Ini tidak akan selesai begitu saja, meski dia berada dalam penjara” jelas Philip. Dia agak tercengang, ketika mengetahui sebuah fakta mengejutkan tentang Nicholas.
“Apa maksudmu?!” teriak Rachelle dari dalam ruang khususnya. Dia benar-benar jijik dan tak tahan lagi saat Nicholas berbuat cabul pada Anne. Sementara gadis kecil itu, tampak tak tahan lagi. Dia memejamkan kedua mata, menaruh kepalan tangan sejajar dengan dada. Anne, tampak memanjatkan sesuatu.
“Aku harus menghajarnya sekarang” ucap Rachelle bulat. Dia mengemas beberapa senjata yang dibutuhkan. Tak lupa, Rachelle meraih sebuah hoodie navy kesayangannya. Dia pergi lewat pintu belakang dan memastikan, tak ada seorang pun yang melihat pergerakannya. Rachelle berjalan menuju rumah Anne.
“Jangan gegabah, Kapt. Tenangkan dirimu. Meski dipenjara, dia tetap akan melakukan perbuatan itu. Kau tahu kenapa dia dibebaskan lebih cepat? Itu karena, ada beberapa keluhan dari para penghuni sel lain. Mereka bilang, mereka telah dilecehkan oleh Nicholas ini. Padahal, di dalam sel itu semuanya adalah seorang pria. Dia juga sempat melecehkan seorang nenek tua, saat dalam perjalanan menuju rumahnya usai bebas dari penjara. Oh, ada lagi! Tetangga di sebelah rumah yang ditempati Nicholas saat ini, juga pernah mendapatkan pelecehan yang sama” ungkap Philip melalui sambungan telepon lewat earphone yang dikenakan Rachelle. Langkah Rachelle mendadak terhenti. Dia kaget, setelah mendengar kata “tetangga” Nicholas juga mendapatkan pelecehan.
Rachelle menenangkan pikirannya sejenak. Dia menarik napas dalam-dalam dan mulai berpikir fokus. “Tetangga, itu berarti... bibi pemilik toko?” tanya Rachelle ingin lebih jelas.
“Benar. Aku melihatnya dari rekaman CCTV yang menghadap ke arah kedua rumah mereka” jelas Philip. “Kenapa tidak ada yang melaporkan kejadian ini? Kemana file CCTV itu masuk?” tanya Rachelle makin penasaran. “Ke toko kelontong. Pemiliknya ketakutan. Setiap setelah melakukan itu di dalam toko, dia selalu mengecek CCTV dengan tangan gemetar. Semua terlihat, dari CCTV kasir toko. Wah, memangnya seganas apa Nicholas ini sampai tidak pandang bulu melakukan pelecehan" ujar Philip memperjelas.
Rachelle pun akhirnya sampai. Dia berada di depan rumah Nicholas sekarang. “Kau ingat kode client nomor 211?” tanya Rachelle tiba-tiba. “211? Ah, client yang meminta perlindungan, karena suaminya maniak ****?” jawab Philip langsung teringat sebuah file kasus yang pernah ditanganinya. “Kasus yang sama. Nicholas seorang maniak. Namun bedanya, dia lebih liar daripada suami dari client 211. Semua itu, akibat dari sebuah trauma. Sama seperti suami dari client 211” kata Rachelle yakin akan pemikirannya.
Philip merapikan rambutnya ke belakang. “Wah, menarik sekali. Kapt, kalau kau pergi ke sana, bukankah sama seperti bunuh diri? Kita harus mengecohnya terlebih dahulu. Kita harus benar-benar pastikan, ini trauma atau bukan” tanggapnya sedikit khawatir. “Minta bantuan warga. Kekuatanku di non-aktifkan saat berada di sini” pinta Rachelle mendadak serius dua kali lipat. "Kapten, apa yang akan kau lakukan? Aku akan menghubungi Steve juga!” kata Philip penuh dengan penekanan.
Rachelle sudah membunyikan bel rumah Anne. “Minimal, aku bisa menghentikan dia agar tak jadi melakukan apapun pada Anne. Fokus saja dan temui Ken segera. Percayalah padaku!” perintah Rachelle. Belum sempat berbicara lagi, sambungan telepon telah diputus oleh Rachelle. Philip makin panik dengan situasi Rachelle saat ini. Meski, dia sudah percaya seratus persen pada Kaptennya itu.
Hujan tiba-tiba mengguyur Rachelle, bertepatan dengan terbukanya pintu rumah Anne. “Ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang pria 30-an yang muncul dari balik pagar. Dia, Nicholas yang dimaksud. “Saya pelatih Anne. Nama saya Elle. Tadi, ada barang Anne yang sempat tertinggal. Bisakah saya... mengembalikannya pada anda?” jawab Rachelle seratus delapan puluh derajat berubah. Dia berada dalam mode undercover.
Tepat seperti dugaan. Nicholas, si pria busuk itu tampak melihat dengan intens penampilan Rachelle. Dari ujung kepala hingga ujung kaki, dia tak sedikitpun melepaskan pandangan. “Saya ayah Anne. Mengenai barang yang anda maksud, bisa langsung anda berikan pada anak itu. Silahkan masuk, sepertinya... hujan tidak akan berhenti begitu saja” pintanya dengan nada biasa, tampak seperti seorang “ayah” yang normal.
Rachelle segera masuk ke dalam rumah itu. Dengan polos dan tak mengerti tentang apapun, Rachelle dipersilahkan duduk di ruang tengah. Ya, walaupun Rachelle adalah orang asing. Harusnya dia berada di ruang tamu, bukan?
Tak lama setelah Nicholas pamit ke dalam dan menyuruh Rachelle untuk menunggu, akhirnya gadis kecil yang sedari tadi dia khawatirkan muncul. Anne tampak kaget. Dia kaget atas dua hal. Pertama, boneka kelinci kesayangannya yang dia pikir hilang, ternyata ada di tangan Rachelle.
Dan kedua, tentu kedatangan Rachelle sendiri di sana. Anne panik, dia tidak ingin Rachelle berada dalam bahaya. "Pulanglah. Kau tidak akan berhasil...” pinta Anne berbisik. Dia terdengar sangat memohon. “Kau baik-baik saja? Aku tahu, tidak. Tapi seperti yang sudah kukatakan padamu sebelumnya, aku akan berhasil melakukannya” balas Rachelle juga turut berbisik.
“Seperti yang kau katakan. Aku menaruh tas yang kau beri sesuatu, tepat di atas meja. Kau mengetahui semua yang dia lakukan padaku?” tanya Anne setengah panik. Rachelle mengangguk pelan. Tentu, dia tak tega. Dan hanya respon itu yang harus dia tunjukkan.
“Wah, jadi pelatih Elle hanya ingin mengembalikan bonekamu? Dia berjalan menuju kemari hanya untuk mengembalikan boneka itu. Anda pasti sangat kelelahan, nona pelatih. Saya buatkan jus ini agar anda kembali segar” ucap Nicholas sembari membawa nampan berisi segelas jus jeruk. Sebelum menjawab, Anne telah terlebih dahulu mencubit paha Rachelle agar tak meminumnya.
Sebuah tanda bahwa minuman itu ada racun di dalamnya. Mungkin Rachelle akan tak sadarkan diri, jika meminumnya. Rachelle tampak tersenyum ramah.
“Sebelumnya, terima kasih banyak ayah Anne. Saya sudah dipersilahkan masuk untuk berteduh hingga dibuatkan minuman enak seperti ini. Terima kasih banyak, saya terlalu merepotkan” balasnya. “Tidak. Anda tidak merepotkan sama sekali. Justru, saya berterima kasih anda telah datang kemari hanya untuk memberikan boneka kelinci itu. Demi Anne. Terima kasih...” kata Nicholas. Rupanya tak hanya pandai berbuat keji, Nicholas juga pandai berbicara.
“Tapi, maaf sebelumnya. Saya merepotkan lagi...” pinta Rachelle terhenti, dia mendadak kelihatan sungkan. “Silahkan, apa yang anda butuhkan?" tawar Nicholas ramah bukan main. “Saya perlu... ke toilet” jawab Rachelle.
Seketika, wajah Nicholas bak diterjang durian runtuh. Tentu, dia langsung menunjukkan letak toilet. Nicholas juga terlihat mengabaikan Anner yang hendak mengantar Rachelle ke toilet terdekat. Dia mengantar Rachelle ke toilet yang berada di dalam kamarnya, dengan alasan toilet yang ditunjukkan Anne sedang rusak.
Anne berusaha mengurungkan niat Rachelle berkali-kali. Namun tetap saja, Rachelle terpaku pada tujuan awalnya. Usai Rachelle masuk ke dalam toilet yang ditunjuk Nicholas, Anne ditendang hingga terjatuh di depan pintu. Setelah menyingkirkan Anne yang mencoba untuk menyelamatkan Rachelle, Nicholas mengunci pintu dari dalam.
-Tok! Tok! Tok!-
Suara pintu yang diketuk sekeras mungkin. Bergegas, si pemilik rumah setengah berlari membukakan pintu. Si pemilik rumah, mendapati seorang pria sekitar berumur setahun lebih muda darinya.
“Ada yang bisa saya bantu?” tanya si pemilik rumah. “Anda pasti pelatih Ken, kan?” jawab pria yang bertamu ke rumah Ken malam-malam. Si pemilik rumah itu adalah Ken. Dan yang mengetuk rumah Ken dengan keras itu...
“Saya Philip, adik sepupu Rachelle. Apa anda tahu kemana Rachelle pergi? Sudah seharian ini dia tidak membalas pesan ataupun panggilan dari saya. Dia hanya bilang, jika terjadi sesuatu saya harus mencari anda” jelas pria yang bertamu di rumah Ken. Ya, dia Philip. Karena merasakan firasat yang tak enak, Philip langsung segera menemui Rachelle. Semenjak Rachelle mencari tahu latar belakang Nicholas Poole, Philip langsung mengendarai mobilnya dan melaju dengan ekspres menuju tempat Rachelle.
“Benarkah? Sudah coba ketuk pintunya?” tanya Ken mencoba tak panik. “Sudah! Dia tidak menjawab. Sepertinya, dia tidak ada di rumah. Sebelum tidak membalas pesan, Rachelle bilang akan mengantarkan muridnya yang bernama...” “Anne! Tidak!” potong Ken setelah teringat kejadian tadi siang. Ken segera berlari ke arah rumah Anne secepat mungkin. Kekhawatiran Ken memuncak drastis.
Melihat Ken berlari, Philip segera menyusulnya dengan mobil. “Pelatih Ken, naik!” seru Philip lewat kaca pintu mobil yang terbuka. Ken segera menaiki mobil yang dikendarai Philip. Mereka melaju menuju rumah Anne yang lumayan jauh dari tempat Ken berada. Sepanjang perjalanan, Ken terus berdoa agar Rachelle selamat.
“Anda sepertinya sangat panik sekali. Memangnya, ada apa dengan rumah Anne?” tanya Philip penasaran. Ken terdengar menunduk sembari menghela nafas panjang. “Apa kakakku... berada dalam bahaya?” tebak Philip to the point.
Nicholas bersiap berada di depan pintu toilet. Ketika pintu terbuka, Nicholas segera menyerang Rachelle dengan sebuah suntikan. Sayangnya, Rachelle langsung menangkis dengan tangan kiri. Dia menyerang balik Nicholas dengan menggunakan tangan kanan yang telah dihiasi sebuah jam tangan khusus. Lewat jam tangan itu, Rachelle meluncurkan sebuah jarum berisi cairan obat.
Kala jarum menusuk tepat di leher Nicholas, seketika itu tubuhnya ambruk. Keinginan untuk membuat Rachelle tak sadarkan diri sebelum melecehkannya pun, gagal. Sebenarnya tak akan gagal, bila dia mengetahui pekerjaan Rachelle yang sebenarnya.
Nicholas hanya salah sasaran. Dia cuman peduli pada nafsu, namun tidak berhati-hati. Atau mungkin, dia tidak peduli meski dia kembali dipenjara? Toh meski dipenjara pun, dia masih melakukan hal keji itu pada napi lainnya.
Saat ini, Rachelle menyandarkannya ke dinding kamar. Nicholas sungguh sudah tak lagi berdaya. Akan tetapi, obat yang mengenai dirinya tak membuat tubuhnya kehilangan kesadaran secara penuh. Dia dalam keadaan setengah sadar, seperti orang mabuk.
“Yaahh... Nicholas Poole. Are you okay? Calm down, ini cuman sedikit gertakan untukmu. Kenapa? Kaget ya?” ucap Rachelle menyapa dengan logat seorang agent. “Kau... polisi? Mau... memenjarankanku... ya? Silahkan saja. Aku... malah... sang...at senang” balas Nicholas agak terbata. “Penjara? Kau terlalu berharap. Ngapain juga aku harus mengirimmu ke penjara sekali lagi? Keenakan nanti malah. Aku nih... cuman mau... itu” kata Rachelle sembari menunjuk ke arah bagian bawah Nicholas. “Ini?” jawab Nicholas diikuti tawa nakalnya.
“Apa katamu?! Ayah Anne mantan napi yang cabul? Auh, Rachelle... semoga kau baik-baik saja. Sudah tahu cabul, kenapa warga malah diam dan tidak bertindak apapun?!” amuk Philip usai mendengarkan penjelasan Ken. “Karena itulah, kita harus cepat! Kali ini, akan ku pastikan dia jera. Kakakmu pasti akan ku selamatkan!” kata Ken dengan nyali penuh. “Kita tidak bisa pergi berdua saja. Kita harus menghubungi para warga” ujar Philip. Ken mengangguk dan segera menelpon beberapa orang.
Tak hanya warga, Ken juga menghubungi pihak kepolisian setempat. Kebetulan, salah seorang anggota polisi di sana adalah teman dekat Ken. “Luke, cepatlah ke tempat keluarga Poole. Seorang pelatih klub Youth dalam bahaya!” pinta Ken panik. Luke, si polisi teman Ken tersebut langsung bergegas dan mematikan sambungan telepon.
Asumsi Philip sementara, baik warga maupun pihak polisi selama ini sedang dalam kebingungan. Untuk bisa membuat Nicholas jera, tidak semudah yang mereka pikirkan. Belum lagi fakta, Nicholas tak takut dipenjara. Karena di sana, dia bakal membuat para napi ketakutan dengan kebrutalannya melecehkan siapa saja. Di sisi lain, Anne sedang dalam bahaya dan mereka nggak tahu harus berbuat apa.
Seperti yang Ken bilang, beberapa orang yang mencoba untuk melawan Nicholas, akan menerima akibatnya segera. Entah anak perempuan mereka dilecehkan olehnya atau dengan ancaman lain yang lebih buruk. Salah satu ancaman yang paling mengerikan adalah saat seorang menolak untuk dilecehkan, Nicholas nggak segan untuk menunjukkan senjata rahasianya. Ya, Nicholas punya gudang khusus senjata yang dia beli secara ilegal untuk menganiaya korbannya.
Beberapa waktu ini, Nicholas jarang menunjukkan senjatanya. Mungkin terlalu banyak memakan biaya. Jadi, Nicholas memilih korban anak kecil agar lebih mudah untuk dianiaya. Anne awalnya merupakan putri dari pemilik rumah yang Nicholas tempati itu. Namun, entah kenapa tiba-tiba ayah dan ibu Anne pergi dan tak pernah kembali. Saat itulah, Anne “diasuh” oleh Nicholas.
Rachelle membuka pintu kamar Nicholas. Anne yang mendengar pintu terbuka, buru-buru berlari ke arahnya. Dia agak takut, setelah tadi sempat mendengar suara gaduh dalam kamar. Ketika melihat Rachelle baik-baik saja dan Nicholas dalam keadaan lemas, Anne menangis sejadi-jadinya sembari memeluk erat Rachelle.
“Kau adalah teman pertamaku. Aku tidak ingin kau terluka, karena itulah... jangan melakukan hal yang seburuk ini. Aku takut, dia akan melukaimu seperti dia melukaiku. Pelatih Elle... aku... sangat menyayangimu...” ucap Anne sambil tersedu. Rachelle mengacak rambut Anne dengan lembut. “Aku bukan seperti yang kau pikirkan, Anne. Sekarang, buka pintu depan. Karena sebentar lagi, seseorang pasti akan menyelamatkan kita” kata Rachelle menenangkan. Anne hanya mengangguk dan menuruti perintah Rachelle.
“Syukurlah, dia tidak menyukai Nicholas dan menjadi anteknya. Jika begitu, semuanya akan agak sulit. Sekarang...kembali ke b*jing*an satu itu” batin Rachelle. Kini, saatnya Rachelle bersungguh-sungguh memberi Nicholas pelajaran. Dia kembali berjongkok dan memberi Nicholas beberapa pilihan.
“Aku ingin itu. Berikan padaku” tegas Rachelle. “Wah, tidak kukira ternyata... pelatih Elle juga menyukai hal-hal yang seperti ini ya?” tanggap Nicholas yang mulai kehilangan efek obat Rachelle. “Oh, tentu. Banyak sekali orang yang sudah kucabut itu-nya. Kebetulan, aku maniak mencabut itu” ungkap Rachelle terus terang.
Nicholas makin menyukai kepribadian Rachelle yang tidak normal. Dengan suka rela, dia melepaskan celananya. Semua hingga hanya tersisa baju bagian atas. “Aku siap!” serunya girang.
“Oke, tenang ya? Lihat ini. Saat aku bilang, tidur kau harus tidur dalam hitungan tiga. Satu dan tiga, wush! Abracadabra!” kata Rachelle sembari menunjukkan sebuah trik hipnotis yang membuat Nicholas mendadak tak sadarkan diri. Trik yang Rachelle gunakan untuk beberapa target dengan kasus residivis pelecehan seksual.
“Kau mendengarku?” bisik Rachelle. “Ya” jawab Nicholas. “Namamu?” tanya Rachelle. “Nicholas Poole” ucap Nicholas masih dalam keadaan tidur. “Kau sangat menyukai hal-hal yang berbau kotor ya?” ujar Rachelle. Dia tampak mengasah sebuah pisau bersarung hitam.
“Itu dia rumahnya!” seru Ken sembari menunjuk ke sebuah rumah. Mobil Philip berhenti, tepat di depan pagar rumah Anne. Saat Ken keluar dari mobil dan berada di depan pagar, Anne berlari keluar sambil membukakan pintu pagar.
“Pelatih Ken!!!” teriak Anne histeris. “Anne! Kau baik-baik saja?!” teriak Ken tak kalah keras.
Pagar berhasil Anne buka dengan lebar. Dia segera berlari memeluk Ken yang juga memeluknya dengan erat. “Pelatih Elle... masih ada di dalam! Pelatih Ken, tolong selamatkan dia!!" pinta Anne diikuti tangisnya yang mendadak pecah.
Philip hendak berlari masuk ke dalam rumah, namun polisi lebih dulu datang. Luke, teman Ken telah tiba dengan beberapa senjata. “Di mana tepatnya, wanita yang sedang di sekap di dalam?” tanya Luke. “Dia ada di kamar nomor dua dari ruang tengah” jawab Anne yang sedang digendong Ken. “Aku akan masuk!” seru Luke bersiap. “Aku ikut!” teriak Ken.
Tak lama juga, para warga telah berkumpul di depan pagar rumah Anne. Mereka berbondong-bondong ingin masuk ke dalam rumah Anne untuk menyelamatkan Rachelle. Ken menitipkan Anne pada Philip. “Tolong, kau jaga Anne dulu. Aku, Luke dan para warga akan masuk ke dalam. Kau tidak perlu khawatir, aku akan menyelamatkan kakakmu. Aku janji, dia akan keluar dengan selamat” ucap Ken bersungguh-sungguh.
Philip mengangguk mengerti. Dia juga terlihat menggendong Anne, menggantikan Ken. Ketika Ken, Luke dan para warga berada di ambang pintu masuk, mereka dikejutkan oleh sesuatu.
-Arrgggggghhhh!!!!!!-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
idawati
bagus aku suka cerita beginiaann
2021-11-06
1
Maryani
Ooooo penjahat kelamin
2021-11-05
1