Chapter 4: Maniak

“Katakan padaku dengan jelas! Fakta apa yang kau temukan, agar aku bisa menjebloskannya ke dalam penjara sekali lagi” perintah Rachelle tak sabar. “Percuma, Kapt. Ini tidak akan selesai begitu saja, meski dia berada dalam penjara” jelas Philip. Dia agak tercengang, ketika mengetahui sebuah fakta mengejutkan tentang Nicholas.

“Apa maksudmu?!” teriak Rachelle dari dalam ruang khususnya. Dia benar-benar jijik dan tak tahan lagi saat Nicholas berbuat cabul pada Anne. Sementara gadis kecil itu, tampak tak tahan lagi. Dia memejamkan kedua mata, menaruh kepalan tangan sejajar dengan dada. Anne, tampak memanjatkan sesuatu.

“Aku harus menghajarnya sekarang” ucap Rachelle bulat. Dia mengemas beberapa senjata yang dibutuhkan. Tak lupa, Rachelle meraih sebuah hoodie navy kesayangannya. Dia pergi lewat pintu belakang dan memastikan, tak ada seorang pun yang melihat pergerakannya. Rachelle berjalan menuju rumah Anne.

“Jangan gegabah, Kapt. Tenangkan dirimu. Meski dipenjara, dia tetap akan melakukan perbuatan itu. Kau tahu kenapa dia dibebaskan lebih cepat? Itu karena, ada beberapa keluhan dari para penghuni sel lain. Mereka bilang, mereka telah dilecehkan oleh Nicholas ini. Padahal, di dalam sel itu semuanya adalah seorang pria. Dia juga sempat melecehkan seorang nenek tua, saat dalam perjalanan menuju rumahnya usai bebas dari penjara. Oh, ada lagi! Tetangga di sebelah rumah yang ditempati Nicholas saat ini, juga pernah mendapatkan pelecehan yang sama” ungkap Philip melalui sambungan telepon lewat earphone yang dikenakan Rachelle. Langkah Rachelle mendadak terhenti. Dia kaget, setelah mendengar kata “tetangga” Nicholas juga mendapatkan pelecehan.

Rachelle menenangkan pikirannya sejenak. Dia menarik napas dalam-dalam dan mulai berpikir fokus. “Tetangga, itu berarti... bibi pemilik toko?” tanya Rachelle ingin lebih jelas.

“Benar. Aku melihatnya dari rekaman CCTV yang menghadap ke arah kedua rumah mereka” jelas Philip. “Kenapa tidak ada yang melaporkan kejadian ini? Kemana file CCTV itu masuk?” tanya Rachelle makin penasaran. “Ke toko kelontong. Pemiliknya ketakutan. Setiap setelah melakukan itu di dalam toko, dia selalu mengecek CCTV dengan tangan gemetar. Semua terlihat, dari CCTV kasir toko. Wah, memangnya seganas apa Nicholas ini sampai tidak pandang bulu melakukan pelecehan" ujar Philip memperjelas.

Rachelle pun akhirnya sampai. Dia berada di depan rumah Nicholas sekarang. “Kau ingat kode client nomor 211?” tanya Rachelle tiba-tiba. “211? Ah, client yang meminta perlindungan, karena suaminya maniak ****?” jawab Philip langsung teringat sebuah file kasus yang pernah ditanganinya. “Kasus yang sama. Nicholas seorang maniak. Namun bedanya, dia lebih liar daripada suami dari client 211. Semua itu, akibat dari sebuah trauma. Sama seperti suami dari client 211” kata Rachelle yakin akan pemikirannya.

Philip merapikan rambutnya ke belakang. “Wah, menarik sekali. Kapt, kalau kau pergi ke sana, bukankah sama seperti bunuh diri? Kita harus mengecohnya terlebih dahulu. Kita harus benar-benar pastikan, ini trauma atau bukan” tanggapnya sedikit khawatir. “Minta bantuan warga. Kekuatanku di non-aktifkan saat berada di sini” pinta Rachelle mendadak serius dua kali lipat. "Kapten, apa yang akan kau lakukan? Aku akan menghubungi Steve juga!” kata Philip penuh dengan penekanan.

Rachelle sudah membunyikan bel rumah Anne. “Minimal, aku bisa menghentikan dia agar tak jadi melakukan apapun pada Anne. Fokus saja dan temui Ken segera. Percayalah padaku!” perintah Rachelle. Belum sempat berbicara lagi, sambungan telepon telah diputus oleh Rachelle. Philip makin panik dengan situasi Rachelle saat ini. Meski, dia sudah percaya seratus persen pada Kaptennya itu.

Hujan tiba-tiba mengguyur Rachelle, bertepatan dengan terbukanya pintu rumah Anne. “Ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang pria 30-an yang muncul dari balik pagar. Dia, Nicholas yang dimaksud. “Saya pelatih Anne. Nama saya Elle. Tadi, ada barang Anne yang sempat tertinggal. Bisakah saya... mengembalikannya pada anda?” jawab Rachelle seratus delapan puluh derajat berubah. Dia berada dalam mode undercover.

Tepat seperti dugaan. Nicholas, si pria busuk itu tampak melihat dengan intens penampilan Rachelle. Dari ujung kepala hingga ujung kaki, dia tak sedikitpun melepaskan pandangan. “Saya ayah Anne. Mengenai barang yang anda maksud, bisa langsung anda berikan pada anak itu. Silahkan masuk, sepertinya... hujan tidak akan berhenti begitu saja” pintanya dengan nada biasa, tampak seperti seorang “ayah” yang normal.

Rachelle segera masuk ke dalam rumah itu. Dengan polos dan tak mengerti tentang apapun, Rachelle dipersilahkan duduk di ruang tengah. Ya, walaupun Rachelle adalah orang asing. Harusnya dia berada di ruang tamu, bukan?

Tak lama setelah Nicholas pamit ke dalam dan menyuruh Rachelle untuk menunggu, akhirnya gadis kecil yang sedari tadi dia khawatirkan muncul. Anne tampak kaget. Dia kaget atas dua hal. Pertama, boneka kelinci kesayangannya yang dia pikir hilang, ternyata ada di tangan Rachelle.

Dan kedua, tentu kedatangan Rachelle sendiri di sana. Anne panik, dia tidak ingin Rachelle berada dalam bahaya. "Pulanglah. Kau tidak akan berhasil...” pinta Anne berbisik. Dia terdengar sangat memohon. “Kau baik-baik saja? Aku tahu, tidak. Tapi seperti yang sudah kukatakan padamu sebelumnya, aku akan berhasil melakukannya” balas Rachelle juga turut berbisik.

“Seperti yang kau katakan. Aku menaruh tas yang kau beri sesuatu, tepat di atas meja. Kau mengetahui semua yang dia lakukan padaku?” tanya Anne setengah panik. Rachelle mengangguk pelan. Tentu, dia tak tega. Dan hanya respon itu yang harus dia tunjukkan.

“Wah, jadi pelatih Elle hanya ingin mengembalikan bonekamu? Dia berjalan menuju kemari hanya untuk mengembalikan boneka itu. Anda pasti sangat kelelahan, nona pelatih. Saya buatkan jus ini agar anda kembali segar” ucap Nicholas sembari membawa nampan berisi segelas jus jeruk. Sebelum menjawab, Anne telah terlebih dahulu mencubit paha Rachelle agar tak meminumnya.

Sebuah tanda bahwa minuman itu ada racun di dalamnya. Mungkin Rachelle akan tak sadarkan diri, jika meminumnya. Rachelle tampak tersenyum ramah.

“Sebelumnya, terima kasih banyak ayah Anne. Saya sudah dipersilahkan masuk untuk berteduh hingga dibuatkan minuman enak seperti ini. Terima kasih banyak, saya terlalu merepotkan” balasnya. “Tidak. Anda tidak merepotkan sama sekali. Justru, saya berterima kasih anda telah datang kemari hanya untuk memberikan boneka kelinci itu. Demi Anne. Terima kasih...” kata Nicholas. Rupanya tak hanya pandai berbuat keji, Nicholas juga pandai berbicara.

“Tapi, maaf sebelumnya. Saya merepotkan lagi...” pinta Rachelle terhenti, dia mendadak kelihatan sungkan. “Silahkan, apa yang anda butuhkan?" tawar Nicholas ramah bukan main. “Saya perlu... ke toilet” jawab Rachelle.

Seketika, wajah Nicholas bak diterjang durian runtuh. Tentu, dia langsung menunjukkan letak toilet. Nicholas juga terlihat mengabaikan Anner yang hendak mengantar Rachelle ke toilet terdekat. Dia mengantar Rachelle ke toilet yang berada di dalam kamarnya, dengan alasan toilet yang ditunjukkan Anne sedang rusak.

Anne berusaha mengurungkan niat Rachelle berkali-kali. Namun tetap saja, Rachelle terpaku pada tujuan awalnya. Usai Rachelle masuk ke dalam toilet yang ditunjuk Nicholas, Anne ditendang hingga terjatuh di depan pintu. Setelah menyingkirkan Anne yang mencoba untuk menyelamatkan Rachelle, Nicholas mengunci pintu dari dalam.

-Tok! Tok! Tok!-

Suara pintu yang diketuk sekeras mungkin. Bergegas, si pemilik rumah setengah berlari membukakan pintu. Si pemilik rumah, mendapati seorang pria sekitar berumur setahun lebih muda darinya.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanya si pemilik rumah. “Anda pasti pelatih Ken, kan?” jawab pria yang bertamu ke rumah Ken malam-malam. Si pemilik rumah itu adalah Ken. Dan yang mengetuk rumah Ken dengan keras itu...

“Saya Philip, adik sepupu Rachelle. Apa anda tahu kemana Rachelle pergi? Sudah seharian ini dia tidak membalas pesan ataupun panggilan dari saya. Dia hanya bilang, jika terjadi sesuatu saya harus mencari anda” jelas pria yang bertamu di rumah Ken. Ya, dia Philip. Karena merasakan firasat yang tak enak, Philip langsung segera menemui Rachelle. Semenjak Rachelle mencari tahu latar belakang Nicholas Poole, Philip langsung mengendarai mobilnya dan melaju dengan ekspres menuju tempat Rachelle.

“Benarkah? Sudah coba ketuk pintunya?” tanya Ken mencoba tak panik. “Sudah! Dia tidak menjawab. Sepertinya, dia tidak ada di rumah. Sebelum tidak membalas pesan, Rachelle bilang akan mengantarkan muridnya yang bernama...” “Anne! Tidak!” potong Ken setelah teringat kejadian tadi siang. Ken segera berlari ke arah rumah Anne secepat mungkin. Kekhawatiran Ken memuncak drastis.

Melihat Ken berlari, Philip segera menyusulnya dengan mobil. “Pelatih Ken, naik!” seru Philip lewat kaca pintu mobil yang terbuka. Ken segera menaiki mobil yang dikendarai Philip. Mereka melaju menuju rumah Anne yang lumayan jauh dari tempat Ken berada. Sepanjang perjalanan, Ken terus berdoa agar Rachelle selamat.

“Anda sepertinya sangat panik sekali. Memangnya, ada apa dengan rumah Anne?” tanya Philip penasaran. Ken terdengar menunduk sembari menghela nafas panjang. “Apa kakakku... berada dalam bahaya?” tebak Philip to the point.

Nicholas bersiap berada di depan pintu toilet. Ketika pintu terbuka, Nicholas segera menyerang Rachelle dengan sebuah suntikan. Sayangnya, Rachelle langsung menangkis dengan tangan kiri. Dia menyerang balik Nicholas dengan menggunakan tangan kanan yang telah dihiasi sebuah jam tangan khusus. Lewat jam tangan itu, Rachelle meluncurkan sebuah jarum berisi cairan obat.

Kala jarum menusuk tepat di leher Nicholas, seketika itu tubuhnya ambruk. Keinginan untuk membuat Rachelle tak sadarkan diri sebelum melecehkannya pun, gagal. Sebenarnya tak akan gagal, bila dia mengetahui pekerjaan Rachelle yang sebenarnya.

Nicholas hanya salah sasaran. Dia cuman peduli pada nafsu, namun tidak berhati-hati. Atau mungkin, dia tidak peduli meski dia kembali dipenjara? Toh meski dipenjara pun, dia masih melakukan hal keji itu pada napi lainnya.

Saat ini, Rachelle menyandarkannya ke dinding kamar. Nicholas sungguh sudah tak lagi berdaya. Akan tetapi, obat yang mengenai dirinya tak membuat tubuhnya kehilangan kesadaran secara penuh. Dia dalam keadaan setengah sadar, seperti orang mabuk.

“Yaahh... Nicholas Poole. Are you okay? Calm down, ini cuman sedikit gertakan untukmu. Kenapa? Kaget ya?” ucap Rachelle menyapa dengan logat seorang agent. “Kau... polisi? Mau... memenjarankanku... ya? Silahkan saja. Aku... malah... sang...at senang” balas Nicholas agak terbata. “Penjara? Kau terlalu berharap. Ngapain juga aku harus mengirimmu ke penjara sekali lagi? Keenakan nanti malah. Aku nih... cuman mau... itu” kata Rachelle sembari menunjuk ke arah bagian bawah Nicholas. “Ini?” jawab Nicholas diikuti tawa nakalnya.

“Apa katamu?! Ayah Anne mantan napi yang cabul? Auh, Rachelle... semoga kau baik-baik saja. Sudah tahu cabul, kenapa warga malah diam dan tidak bertindak apapun?!” amuk Philip usai mendengarkan penjelasan Ken. “Karena itulah, kita harus cepat! Kali ini, akan ku pastikan dia jera. Kakakmu pasti akan ku selamatkan!” kata Ken dengan nyali penuh. “Kita tidak bisa pergi berdua saja. Kita harus menghubungi para warga” ujar Philip. Ken mengangguk dan segera menelpon beberapa orang.

Tak hanya warga, Ken juga menghubungi pihak kepolisian setempat. Kebetulan, salah seorang anggota polisi di sana adalah teman dekat Ken. “Luke, cepatlah ke tempat keluarga Poole. Seorang pelatih klub Youth dalam bahaya!” pinta Ken panik. Luke, si polisi teman Ken tersebut langsung bergegas dan mematikan sambungan telepon.

Asumsi Philip sementara, baik warga maupun pihak polisi selama ini sedang dalam kebingungan. Untuk bisa membuat Nicholas jera, tidak semudah yang mereka pikirkan. Belum lagi fakta, Nicholas tak takut dipenjara. Karena di sana, dia bakal membuat para napi ketakutan dengan kebrutalannya melecehkan siapa saja. Di sisi lain, Anne sedang dalam bahaya dan mereka nggak tahu harus berbuat apa.

Seperti yang Ken bilang, beberapa orang yang mencoba untuk melawan Nicholas, akan menerima akibatnya segera. Entah anak perempuan mereka dilecehkan olehnya atau dengan ancaman lain yang lebih buruk. Salah satu ancaman yang paling mengerikan adalah saat seorang menolak untuk dilecehkan, Nicholas nggak segan untuk menunjukkan senjata rahasianya. Ya, Nicholas punya gudang khusus senjata yang dia beli secara ilegal untuk menganiaya korbannya.

Beberapa waktu ini, Nicholas jarang menunjukkan senjatanya. Mungkin terlalu banyak memakan biaya. Jadi, Nicholas memilih korban anak kecil agar lebih mudah untuk dianiaya. Anne awalnya merupakan putri dari pemilik rumah yang Nicholas tempati itu. Namun, entah kenapa tiba-tiba ayah dan ibu Anne pergi dan tak pernah kembali. Saat itulah, Anne “diasuh” oleh Nicholas.

Rachelle membuka pintu kamar Nicholas. Anne yang mendengar pintu terbuka, buru-buru berlari ke arahnya. Dia agak takut, setelah tadi sempat mendengar suara gaduh dalam kamar. Ketika melihat Rachelle baik-baik saja dan Nicholas dalam keadaan lemas, Anne menangis sejadi-jadinya sembari memeluk erat Rachelle.

“Kau adalah teman pertamaku. Aku tidak ingin kau terluka, karena itulah... jangan melakukan hal yang seburuk ini. Aku takut, dia akan melukaimu seperti dia melukaiku. Pelatih Elle... aku... sangat menyayangimu...” ucap Anne sambil tersedu. Rachelle mengacak rambut Anne dengan lembut. “Aku bukan seperti yang kau pikirkan, Anne. Sekarang, buka pintu depan. Karena sebentar lagi, seseorang pasti akan menyelamatkan kita” kata Rachelle menenangkan. Anne hanya mengangguk dan menuruti perintah Rachelle.

“Syukurlah, dia tidak menyukai Nicholas dan menjadi anteknya. Jika begitu, semuanya akan agak sulit. Sekarang...kembali ke b*jing*an satu itu” batin Rachelle. Kini, saatnya Rachelle bersungguh-sungguh memberi Nicholas pelajaran. Dia kembali berjongkok dan memberi Nicholas beberapa pilihan.

“Aku ingin itu. Berikan padaku” tegas Rachelle. “Wah, tidak kukira ternyata... pelatih Elle juga menyukai hal-hal yang seperti ini ya?” tanggap Nicholas yang mulai kehilangan efek obat Rachelle. “Oh, tentu. Banyak sekali orang yang sudah kucabut itu-nya. Kebetulan, aku maniak mencabut itu” ungkap Rachelle terus terang.

Nicholas makin menyukai kepribadian Rachelle yang tidak normal. Dengan suka rela, dia melepaskan celananya. Semua hingga hanya tersisa baju bagian atas. “Aku siap!” serunya girang.

“Oke, tenang ya? Lihat ini. Saat aku bilang, tidur kau harus tidur dalam hitungan tiga. Satu dan tiga, wush! Abracadabra!” kata Rachelle sembari menunjukkan sebuah trik hipnotis yang membuat Nicholas mendadak tak sadarkan diri. Trik yang Rachelle gunakan untuk beberapa target dengan kasus residivis pelecehan seksual.

“Kau mendengarku?” bisik Rachelle. “Ya” jawab Nicholas. “Namamu?” tanya Rachelle. “Nicholas Poole” ucap Nicholas masih dalam keadaan tidur. “Kau sangat menyukai hal-hal yang berbau kotor ya?” ujar Rachelle. Dia tampak mengasah sebuah pisau bersarung hitam.

“Itu dia rumahnya!” seru Ken sembari menunjuk ke sebuah rumah. Mobil Philip berhenti, tepat di depan pagar rumah Anne. Saat Ken keluar dari mobil dan berada di depan pagar, Anne berlari keluar sambil membukakan pintu pagar.

“Pelatih Ken!!!” teriak Anne histeris. “Anne! Kau baik-baik saja?!” teriak Ken tak kalah keras.

Pagar berhasil Anne buka dengan lebar. Dia segera berlari memeluk Ken yang juga memeluknya dengan erat. “Pelatih Elle... masih ada di dalam! Pelatih Ken, tolong selamatkan dia!!" pinta Anne diikuti tangisnya yang mendadak pecah.

Philip hendak berlari masuk ke dalam rumah, namun polisi lebih dulu datang. Luke, teman Ken telah tiba dengan beberapa senjata. “Di mana tepatnya, wanita yang sedang di sekap di dalam?” tanya Luke. “Dia ada di kamar nomor dua dari ruang tengah” jawab Anne yang sedang digendong Ken. “Aku akan masuk!” seru Luke bersiap. “Aku ikut!” teriak Ken.

Tak lama juga, para warga telah berkumpul di depan pagar rumah Anne. Mereka berbondong-bondong ingin masuk ke dalam rumah Anne untuk menyelamatkan Rachelle. Ken menitipkan Anne pada Philip. “Tolong, kau jaga Anne dulu. Aku, Luke dan para warga akan masuk ke dalam. Kau tidak perlu khawatir, aku akan menyelamatkan kakakmu. Aku janji, dia akan keluar dengan selamat” ucap Ken bersungguh-sungguh.

Philip mengangguk mengerti. Dia juga terlihat menggendong Anne, menggantikan Ken. Ketika Ken, Luke dan para warga berada di ambang pintu masuk, mereka dikejutkan oleh sesuatu.

-Arrgggggghhhh!!!!!!-

Terpopuler

Comments

idawati

idawati

bagus aku suka cerita beginiaann

2021-11-06

1

Maryani

Maryani

Ooooo penjahat kelamin

2021-11-05

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Dunia Baru
2 Chapter 2: Beradaptasi
3 Chapter 3: Anne dan Rahasianya
4 Chapter 4: Maniak
5 Chapter 5: Misi Kecil
6 Chapter 6: Tipe Priaku?
7 Chapter 7: Si Anak Tunggal
8 Chapter 8: Menghilang
9 Chapter 9: Rencana Rachelle
10 Chapter 10: Kesempatan Luke
11 Chapter 11: Kebenaran yang Salah
12 Chapter 12: Dokter di Klinik Kecil
13 Chapter 13: Rival
14 Chapter 14: Aura Seorang Pembunuh
15 Chapter 15: Langkah Rachelle
16 Chapter 16: Misi untuk Meyakinkan
17 Chapter 17: Perasaan Paman Ron
18 Chapter 18: Perasaan yang Nyata
19 Chapter 19: Teman Lama
20 Chapter 20: Orphen
21 Chapter 21: Memancing Si Pemimpin
22 Chapter 22: Sahabat Luke
23 Chapter 23: Dua Sisi dalam Ken
24 Chapter 24: Masalah Ray
25 Chapter 25: Menyelesaikan Geng Sampah
26 Chapter 26: Satu Serangan
27 Chapter 27: Drama Perebutan Orphen
28 Chapter 28: Dal Slater dan Rancangan Serangannya
29 Chapter 29: Mereka adalah Keluarga. Tapi...
30 Chapter 30: Pria dalam Ring Pertarungan Bawah Tanah
31 Chapter 31: Nyali Si Anak Jagoan, Ray
32 Chapter 32: Hugo Si Penggoda
33 Chapter 33: Kekacauan yang Sengaja Dibuat
34 Chapter 34: Pria yang Berbeda
35 Chapter 35: Menyerang dalam Bayangan
36 Chapter 36: Kemungkinan Dari Sebuah Hubungan
37 Chapter 37: Catatan Raphael Young
38 Chapter 38: Nona Young dan Tuan Robert
39 Chapter 39: Tato Mawar
40 Chapter 40: Kebaikan yang Dimanfaatkan
41 Chapter 41: Perasaan yang Mengganggu
42 Chapter 42: Suara dari Masa Lalu
43 Chapter 43: Sebuah Keraguan
44 Chapter 44: Aku Bukan Lagi Keponakanmu
45 Chapter 45: Situasi Sulit
46 Chapter 46: Kunci dari Sebuah Aset
47 Chapter 47: Dua Liontin
48 Chapter 48: Kisah Romantis yang Tertunda
49 Chapter 49: Kejutan Bukan Main
50 Chapter 50: Syarat dari Kai
51 Chapter 51: Lengah
52 Chapter 52: Sebuah Umpan dari Ron Young
53 Chapter 53: Daya Tarik Magnet
54 Chapter 54: Intuisi dari Si Pembual
55 Chapter 55: Tuan Muda Robert
56 Chapter 56: Kejujuran yang Terdalam
57 Chapter 57: Sisi Lain Sahabatku
58 Chapter 58: Sebuah Persoalan yang Mudah
59 Chapter 59: Percaya Padaku
60 Chapter 60: Percakapan Serius di Tengah Hujan
61 Chapter 61: Arti Sebuah Keluarga
62 Chapter 62: Perjanjian Ayah Rachelle
63 Chapter 63: Bukan Anak Ayah
64 Chapter 64: Kualifikasi Circle of Diable
65 Chapter 65: Berdiri Sendiri
66 Chapter 66: Wajah yang Penuh Kepedihan
67 Chapter 67: Menjadi Orang Normal
68 Chapter 68: Pengkhianatan Besar
69 Chapter 69: Perdebatan yang Menyebalkan
70 Chapter 70: Menjadi Umpan
71 Chapter 71: Kejutan yang Menegangkan
72 Chapter 72: Mereka, Selangkah Lebih Cepat
73 Chapter 73: Reuni
74 Chapter 74: Reuni_ Hal yang Sering Kuanggap Tak Adil
75 Chapter 75: Reuni_ Pertemuan yang Berakhir Kacau
76 Chapter 76: Kejutan yang Membuat Hilang Akal
77 Chapter 77: Dua Wanita Tangguh
78 Chapter 78: Sekelumit Harapan Kyra
79 Chapter 79: Tetaplah di Sampingku
80 Chapter 80: Cinta Lokasi
81 Chapter 81: Apa Kabar?
82 Chapter 82: Tempat yang Seharusnya
83 Chapter 83: Pengangguran
84 Chapter 84: Wajah yang Berbeda
85 Chapter 85: Tato Baru
86 Chapter 86: Petunjuk Darinya
87 Chapter 87: Permohonan untuk Tuhan
88 Chapter 88: Warisan
89 Chapter 89: Tolong, Berhenti Ikut Campur
90 Chapter 90: Melemahkan Diri
91 Chapter 91: Keluarga Gray
92 Chapter 92: Fabien dan Eleanor
93 Chapter 93: Target yang Sebenarnya
94 Chapter 94: Kita adalah Kita
95 Chapter 95: Pertemuan Pertama Mereka
96 Chapter 96: Kenangan Buruk
97 Chapter 97: Circle X Lironvein
98 Chapter 98: Foto Lama
99 Chapter 99: Misi untuk Mengalihkan
100 Chapter 100: Circle dan Tiga Wanita Penting
101 Chapter 101: Kapten Gavin
102 Chapter 102: Perubahan Sistem
103 Chapter 103: Rencana Rachelle Part 2
104 Chapter 104: Sosok yang Tak Terduga
105 Chapter 105: Nasib Circle
106 Chapter 106: Akhir Dari Sebastian
107 Chapter 107: Penghalang Baru
108 Chapter 108: Sebelum Maut Menjemput
109 Chapter 109: Dua Pilihan
110 Chapter 110: Hari Eksekusi
111 Chapter 111: Epilog
112 Chapter 112: Next
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Chapter 1: Dunia Baru
2
Chapter 2: Beradaptasi
3
Chapter 3: Anne dan Rahasianya
4
Chapter 4: Maniak
5
Chapter 5: Misi Kecil
6
Chapter 6: Tipe Priaku?
7
Chapter 7: Si Anak Tunggal
8
Chapter 8: Menghilang
9
Chapter 9: Rencana Rachelle
10
Chapter 10: Kesempatan Luke
11
Chapter 11: Kebenaran yang Salah
12
Chapter 12: Dokter di Klinik Kecil
13
Chapter 13: Rival
14
Chapter 14: Aura Seorang Pembunuh
15
Chapter 15: Langkah Rachelle
16
Chapter 16: Misi untuk Meyakinkan
17
Chapter 17: Perasaan Paman Ron
18
Chapter 18: Perasaan yang Nyata
19
Chapter 19: Teman Lama
20
Chapter 20: Orphen
21
Chapter 21: Memancing Si Pemimpin
22
Chapter 22: Sahabat Luke
23
Chapter 23: Dua Sisi dalam Ken
24
Chapter 24: Masalah Ray
25
Chapter 25: Menyelesaikan Geng Sampah
26
Chapter 26: Satu Serangan
27
Chapter 27: Drama Perebutan Orphen
28
Chapter 28: Dal Slater dan Rancangan Serangannya
29
Chapter 29: Mereka adalah Keluarga. Tapi...
30
Chapter 30: Pria dalam Ring Pertarungan Bawah Tanah
31
Chapter 31: Nyali Si Anak Jagoan, Ray
32
Chapter 32: Hugo Si Penggoda
33
Chapter 33: Kekacauan yang Sengaja Dibuat
34
Chapter 34: Pria yang Berbeda
35
Chapter 35: Menyerang dalam Bayangan
36
Chapter 36: Kemungkinan Dari Sebuah Hubungan
37
Chapter 37: Catatan Raphael Young
38
Chapter 38: Nona Young dan Tuan Robert
39
Chapter 39: Tato Mawar
40
Chapter 40: Kebaikan yang Dimanfaatkan
41
Chapter 41: Perasaan yang Mengganggu
42
Chapter 42: Suara dari Masa Lalu
43
Chapter 43: Sebuah Keraguan
44
Chapter 44: Aku Bukan Lagi Keponakanmu
45
Chapter 45: Situasi Sulit
46
Chapter 46: Kunci dari Sebuah Aset
47
Chapter 47: Dua Liontin
48
Chapter 48: Kisah Romantis yang Tertunda
49
Chapter 49: Kejutan Bukan Main
50
Chapter 50: Syarat dari Kai
51
Chapter 51: Lengah
52
Chapter 52: Sebuah Umpan dari Ron Young
53
Chapter 53: Daya Tarik Magnet
54
Chapter 54: Intuisi dari Si Pembual
55
Chapter 55: Tuan Muda Robert
56
Chapter 56: Kejujuran yang Terdalam
57
Chapter 57: Sisi Lain Sahabatku
58
Chapter 58: Sebuah Persoalan yang Mudah
59
Chapter 59: Percaya Padaku
60
Chapter 60: Percakapan Serius di Tengah Hujan
61
Chapter 61: Arti Sebuah Keluarga
62
Chapter 62: Perjanjian Ayah Rachelle
63
Chapter 63: Bukan Anak Ayah
64
Chapter 64: Kualifikasi Circle of Diable
65
Chapter 65: Berdiri Sendiri
66
Chapter 66: Wajah yang Penuh Kepedihan
67
Chapter 67: Menjadi Orang Normal
68
Chapter 68: Pengkhianatan Besar
69
Chapter 69: Perdebatan yang Menyebalkan
70
Chapter 70: Menjadi Umpan
71
Chapter 71: Kejutan yang Menegangkan
72
Chapter 72: Mereka, Selangkah Lebih Cepat
73
Chapter 73: Reuni
74
Chapter 74: Reuni_ Hal yang Sering Kuanggap Tak Adil
75
Chapter 75: Reuni_ Pertemuan yang Berakhir Kacau
76
Chapter 76: Kejutan yang Membuat Hilang Akal
77
Chapter 77: Dua Wanita Tangguh
78
Chapter 78: Sekelumit Harapan Kyra
79
Chapter 79: Tetaplah di Sampingku
80
Chapter 80: Cinta Lokasi
81
Chapter 81: Apa Kabar?
82
Chapter 82: Tempat yang Seharusnya
83
Chapter 83: Pengangguran
84
Chapter 84: Wajah yang Berbeda
85
Chapter 85: Tato Baru
86
Chapter 86: Petunjuk Darinya
87
Chapter 87: Permohonan untuk Tuhan
88
Chapter 88: Warisan
89
Chapter 89: Tolong, Berhenti Ikut Campur
90
Chapter 90: Melemahkan Diri
91
Chapter 91: Keluarga Gray
92
Chapter 92: Fabien dan Eleanor
93
Chapter 93: Target yang Sebenarnya
94
Chapter 94: Kita adalah Kita
95
Chapter 95: Pertemuan Pertama Mereka
96
Chapter 96: Kenangan Buruk
97
Chapter 97: Circle X Lironvein
98
Chapter 98: Foto Lama
99
Chapter 99: Misi untuk Mengalihkan
100
Chapter 100: Circle dan Tiga Wanita Penting
101
Chapter 101: Kapten Gavin
102
Chapter 102: Perubahan Sistem
103
Chapter 103: Rencana Rachelle Part 2
104
Chapter 104: Sosok yang Tak Terduga
105
Chapter 105: Nasib Circle
106
Chapter 106: Akhir Dari Sebastian
107
Chapter 107: Penghalang Baru
108
Chapter 108: Sebelum Maut Menjemput
109
Chapter 109: Dua Pilihan
110
Chapter 110: Hari Eksekusi
111
Chapter 111: Epilog
112
Chapter 112: Next

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!