Enam bulan berlalu...
Suatu pagi Bagas terbangun di kejutkan dengan Mira yang terdengar muntah- muntah di kamar mandi.
Bagas langsung melihat keadaan Mira yang lemas dan pucat.
Disodorkannya teh manis hangat setelah Mira berbaring di ranjang. Dipejamkan matanya dan dihirupnya teh panas itu.
Rianti langsung datang ketika tadi Bagas menelponnya. Di hampirinya Mira yang tergolek lemah, wajah Rianti langsung tersenyum senang.
" Bagas... bentar lagi mama punya cucu" kata Rianti seraya memegang tangan menantunya ini.
" Benarkah ma ? "
Dia melihat istrinya dengan tatapan mesra. Bagas ingin membawa Mira ke dokter karena belum yakin akan omongan mamanya.
Di rumah sakit.. dihadapan dokter
Diagnosa dokter bahwa Mira hamil membuat Bagas serasa pria paling bahagia. Yang di nanti- nantikan akhirnya datang juga.. anak.
Semua anggota keluarga turut senang mendengar dan mereka semua mendadak memberi perhatian lebih pada Mira.
Mira yang merasa hanya bisa tersenyum bahagia, dirinya sempat terbersit rasa kuatir karena sampai bulan - bulan kemarin tak kunjung ada tanda dia hamil.
Tapi di bulan ini.. Tuhan mendengar doanya. Tuhan memberi seorang anak yang akan membuat suasana rumah nya terasa ramai nantinya.
Bagas menunjukkan perhatian yang terlalu berlebihan pada Mira, di saat Mira merasa dapat mengerjakan sendiri semuanya selalu saja di cegah dan di suruh istirahat.
Kadang Mira bandel, tak mendengar nasehat dan perhatian dari Bagas, itu yang membuat akhirnya ada pertengkaran kecil dan diakhiri dengan Mira merajuk sehingga Bagas mengalah .
Usia kandungan Mira memasuki 7 bulan sekarang. Hari ini mereka ada di ruang praktek dokter kandungan. Hasil USG menunjukkan bayi mereka sehat, sehingga Bagas dan Mira senang.
Saat - saat malam Bagas kadang mengelus dan mengajak bayinya untuk bicara, kadang di nyanyikan sebuah lagi, kadang juga terdengar doa- doa yang dipanjatkan untuk selamat, sehat , dan lancar sampai melahirkan.
" Dok. kira- kira anak saya laki- laki atau wanita ya ?" Bagas selalu tak sabar untuk mengetahui jenis kelamin anaknya itu.
Dokter hanya tersenyum, " kan hasil USG sudah membuktikannya, sabar saja ya pak "
Bagas merasakan kehidupannya bahagia dan sempurna.
Dengan ada yang berubah di kehidupan mereka membuat Bagas tambah sayang pada Mira.
Dan Bagas bertekad untuk terus membahagiakan keluarganya.
Malam itu Mira tak kunjung dapat tidur, di elusnya perut yang kian membuncit.
Dari kemarin Mira sudah merasakan waktu untuk melahirkan sudah dekat.
Digenggamnya tangan Bagas erat- erat, dan di bangunkannya Bagas untuk menemani Mira.
Bagas yang menggantuk terpaksa membuka matanya dan mengelus perut Mira. Di sapanya anak dalam perut istri tercintanya seraya dicuiminya dengan penuh kasih sayang.
Tiba- tiba Mira merasa ingin buang air kecil. Setelah balik dari kamar mandi, Mira meringis menahan sakit. Bagas yang melihat langsung mengelus lagi perut Mira.
" Mas.. perutku sakit.. " Bagas terlihat panik dan bergegas membopong istrinya untuk pergi ke rumah sakit.
" Ma.. Bagas dan Mira ke rumah sakit, sepertinya Mira mau melahirkan, " seru Bagas pada Ranti di telpon nya.
Mobil di lajukan dengan kecepatan tinggi membelah keheningan malam. Mira terlihat mengerang kesakitan..
Tak lama mereka sampai di rumah sakit, di bawanya oleh petugas Mira ke ruang persalinan.
" Mas... jangan tinggalin aku ya.. berdoa untuk anak kita mas, " kata Mira sebelum masuk ruang persalinan itu.
Bagas terlihat cemas, sampai akhirnya Rianti dan Yanto datang. Mereka semua mendoakan Mira dan anaknya.
Akhirnya.. terdengar suara bayi menangis. Bagas terlihat bersyukur dengan anugerah terindah yang Tuhan beri.
Bagas di peluk oleh orangtuanya. Rianti mencium kening anaknya dan berkata, " Sekarang kamu sudah punya anak.. janganlah sekali - kali kamu menyia- nyiakan istri dan cucuku itu ya, " kata Rianti seraya mengusap air mata bahagia yang turun dari pipinya.
¥¥¥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments