Kehidupan baru mulai dijalani oleh Shelo yang pindah ke apartmen Arvi setelah acara pernikahan selesai. Apartmen mewah milik Arvi yang jarang disinggahi tampak begitu indah dengan penataan serba putih dan grey pada dinding dilengkapi perabotan lengkap dan tentu saja mahal.
Ada 2 kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur lengkap dengan peralatannya, ruang pakaian Arvi beserta semua sepatu dan aksesoris lainnya yang memiliki ruangan tidak kalah besar dari kamar tidur.
Satu kata yang Shelo rasakan adalah Asing, semua tampak asing dan tidak nyaman baginya terutama dengan status baru sebagai seorang istri yang tidak pernah terbayangkan akan tiba secepat ini di usianya yang masih 21 tahun. Shelo menikmati pemandangan malam dari balkon apartmen Arvi sambil merenungkan hal-hal apa yang akan terjadi setelah ini, akankah dia mampu bertahan.
Terlihat Resa yang dengan leluasa keluar masuk apartmen Arvi, membawakan beberapa barang-barang pindahan Shelo. Melihat Shelo yang saat ini mau tidak mau ikut menjadi bos nya, Resa pun menghampiri Shelo dengan sopan.
“ Ada lagi yang bisa saya bantu bu ? Pak Arvi akan segera tiba, beliau masih berada di rumah orangtua nya untuk mengambil beberapa barang. “
“ Sudah. Sepertinya semua sudah. Ehm.. kamu sudah lama kan kerja ikut Arvi. “ Tanya Shelo penasaran dan menyebut nama suami nya tanpa rasa hormat.
“ Lumayan bu, sudah sekitar 7 tahun saya menemani pak Arvi. “
“ Aku sangat merasa asing, tidak tau apa yang harus aku lakukan setelah ini. Menjadi istri seorang putra sulung Osmond bahkan tidak pernah aku mimpikan. “ Jawab Shelo dengan senyum kecil yang baginya hal ini masih terasa konyol.
“ Anda tenang saja. Mungkin saya tidak bisa menjamin 100% kehidupan rumah tangga dengan pak Arvi akan bagaimana. Tapi 1 hal yang saya yakin bahwa beliau adalah pribadi yang penuh tanggung jawab dan tidak akan menyakiti wanita. “ Mendengar perkataan Resa, Shelo hanya tersenyum setengah tidak percaya apalagi melihat karakter Arvi yang arogan dan suka seenaknya saat mengambil keputusan.
“ Besok anda akan bangun pagi untuk ikut ke kantor. Sebaiknya anda cepat istirahat.” Sambung Resa.
“ Buat apa?” Tanya Shelo tidak mengerti.
“ Besok pagi akan ada artikel terkait pernikahan anda di berbagai media. Saya berharap anda bersiap dan ikuti saja apa yang pak Arvi katakan. Anda sekarang memiliki tanggung jawab besar sebagai pendamping pak Arvi, tentu saja seluruh staf kantor harus melihat anda. Karna mendampingi pak Arvi dalam acara-acara pertemuan akan menjadi sebagian kesibukan anda mulai saat ini.” Resa dengan tersenyum menjelaskan keadaan yang akan dilalui Shelo setelah menjadi istri seorang Arvinas Javier Osmond.
Resa terlihat senang karna pada akhirnya, Arvi memiliki pendamping yang bisa diajak ke berbagai acara dan ia tidak perlu repot menyingkirkan wanita-wanita yang mengejar Arvi.
Beberapa menit kemudian setelah percakapan mereka selesai, Resa meninggalkan Shelo dan menyambut Arvi yang baru datang sambil membawa tas yang berisi beberapa barang penting miliknya. Sekiranya apa yang dikerjakan Resa sudah selesai, ia pun pergi meninggalkan mereka berdua. Shelo tampak gugup dan salah tingkah melihat Arvi yang mulai menata beberapa barang yang ia bawa.
“ Kenapa masih berdiri disitu? Ga mau bantu?” Kata Arvi terlihat lebih santai berbicara pada Shelo. Perlahan Shelo yang sudah memakai piyama mendekat dan membantu mengeluarkan beberapa barang Arvi dari tasnya seperti buku, laptop dan beberapa pakaian.
“ Masalah kamar, aku boleh tidur di kamar yang itu ?” Tiba-tiba Shelo memulai pembicaraan sambil menunjuk salah satu kamar, yang jelas bukan kamar utama.
“ Kenapa ? kamu khawatir aku apa-apain ?” Tanya Arvi to the point seperti biasa.
“ Aku masih merasa gak nyaman aja. Pernikahan ini kan cuma formalitas sperti katamu.”
“ Terserah aja, kalau mau pakai kamar itu juga silahkan. Ke kamar ku juga silahkan, yaahh.. siapa tau aku bisa bantu menghilangkan trauma mu. “ Jawab Arvi menawarkan diri setengah menggoda Shelo yang terlihat gelisah.
“ Ga usah repot-repot. Kalau begitu, aku tidur dulu. Barang-barang mu sudah selesai aku keluarkan dari tas." Kata Shelo acuh dan mengambil tas yang dibawakan oleh Resa yang berisi barang-barang nya.
“ Resa sudah bilang kan, kalau besok kamu harus ikut ke kantor. Jangan sampai terlambat. “ Sela Arvi sambil melihat Shelo berlalu pergi masuk ke kamar tidur.
Tepat seperti yang dikatakan Arvi, waktu menunjukkan pukul 8 pagi namun belum ada tanda-tanda dari Shelo yang keluar dari kamar. Berbeda dengan Arvi yang sudah rapi dengan setelan kemeja dan sepatu pantovel sambil mengikat dasi serta memperhatikan kamar Shelo yang masih terlihat tenang.
Ketenangan itu tidak bertahan lama, ia mendengar suara berisik dari kamar Shelo dan benar saja perempuan itu keluar dengan tergesa-gesa dari kamar karna menyadari bahwa dirinya sudah terlambat bangun.
Dengan muka natural bangun tidur dan piyama yang sama, ia melihat Arvi yang sudah berdiri tampan dihadapan nya.
“ Maaf, kemarin ga bisa tidur. “ Kata pertama Shelo di pagi hari ini.
“ Its oke, aku ga perlu repot-repot masuk paksa untuk bangunin kamu. “ Kata Arvi yang duduk di meja makan sambil mengambil koran paginya.
Shelo pun kelabakan melihat isi kulkas yang tidak sesuai ekspektasinya, hanya ada air mineral, beberapa kaleng soda dan bir.
“ Cuma ini ?” Gerutu Shelo kebingungan karna dia berniat membuat sarapan untuk Arvi.
“ Resa belum sempat belanja. Apartmen ini jarang aku kunjungi kecuali saat butuh tempat sendirian. Kamu bisa hubungi Resa, minta apa yang kamu mau. “ Kata Arvi sambil terus membaca korannya.
Shelo pun melihat beberapa kopi saset di meja dapur dan membuat seadanya untuk Arvi. “ Hari ini aku belum bisa buat sarapan, jadi ini dulu. Untuk isi kulkas biar aku yang belanja sendiri “ Kata Shelo sambil menyuguhkan kopi.
Arvi meneguk kopi buatan Shelo dan seketika ekspresi gagal tersirat di wajah Arvi.
“ Sebelum bikin sarapan, mending belajar bikin kopi dulu. Terlalu manis. “ Sahut Arvi membuat Shelo tersenyum keji.
“ Ya emang, biar diabetes sana. “ Gerutu Shelo sambil berlalu pergi masuk ke kamar dan bersiap ikut Arvi ke kantor.
Tiga puluh menit setelah selesai bersiap, Shelo dan Arvi pun pergi ke kantor bersama Resa yang sudah menjemput mereka di apartmen. Sepanjang perjalanan terlihat Shelo yang gugup dan tanpa ekspresi, Arvi yang duduk di sebelahnya pun mulai memperhatikan Shelo yang terlihat kurang rapi dengan kemeja maroon dipadukan celana jeans hitam dan tentunya sepatu kets kesukaan Shelo.
“ Ga usah takut, ga akan ada yang berani sentuh kamu di kantor. Semua pasti udah baca berita pagi ini. “
“ Aku cuma merasa ga nyaman aja ketemu banyak orang asing, apalagi di sekitaran lingkup Osmond.”
Jawab Shelo jujur dengan ketidaknyamanan ini.
“ Ya, kamu harus membiasakan diri mulai sekarang.”
Setibanya di kantor, beberapa staf menyambut Shelo dengan tatapan heran seakan mengatakan bahwa wanita yang mendampingi bos mereka sungguh jauh dari ekspektasi. Mulai dari pakaian non formal Shelo yang sederhana serta wajah Shelo yang masih terlihat muda seperti anak kuliahan terpaut usia yang lumayan jauh dengan Arvi.
Namun opini itu sama sekali tidak mengganggu Arvi, dengan sekejap dia menggandeng tangan kanan Shelo dengan senyuman hangat dihadapan para staf nya.
“ Jangan gugup. Mulai hari ini mereka semua adalah karyawan mu, Nyonya Arvinas.” Kata Arvi berbisik mendekat ke wajah Shelo dengan sedikit menggoda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Fitria_194
smoga aj arvi baik bneran.
2021-12-25
2
Aurora
lanjut baca
2021-11-09
1
bunda azgha
enak banget jadi Evan ya. dia yang berbuat kakak nya yang bertanggungjawab. malah semakin menikmati hidup nya
2021-11-05
1