Keadaan di ruangan Arvi menjadi lebih kondusif setelah Shelo dengan berat hati meredam emosi dan kemarahannya serta mencoba mendengarkan apa yang ingin dikatakan oleh Arvi. Begitu pula dengan Evan yang masih dalam kecemasan, di sisi lain ia juga merasa takut jika ayahnya sampai tahu tentang masalah ini yang bisa mencemarkan nama baik Osmond Group yang tampak sempurna di mata masyarakat.
“ Menikah adalah solusi nya. “ Kata Arvi mengejutkan Shelo dan Evan yang berada disana.
“ APAAA?? “ Seru Evan yang tampak tidak bisa menerima keputusan itu.
“ Kaakk.. Ga mungkin aku nikah di umur segini, masih jauh banget kak. Aku ga mau.” Tolak Evan tanpa pikir panjang.
“ Sorry, gue juga ga sudi nikah sama cowo kurang ajar sperti lo.” Sahut Shelo tidak mau kalah.
“ Bukan menikah dengan Evan, tapi menikah dengan ku. Semua tanggung jawab akan aku ambil alih termasuk keluarga mu dengan satu syarat, jangan pernah menceritakan masalah ini kepada siapa pun jika tetap ingin kehidupan keluarga mu aman.” Jawab Arvi semakin mengejutkan Shelo.
“ Waaahh.. pasti bahagia sekali ya punya seorang kakak seperti anda yang bahkan rela menanggung kesalahan fatal adiknya. Saya ga perlu belas kasihan anda, dan saya bisa membocorkan kelakuan menjijikan pewaris Osmond kapan saja. “ Ancam Shelo yang semakin penuh kebencian, ketika ia hendak menyudahi percakapan tidak masuk akal itu..
Arvi menahan nya dan menarik tangan Shelo serta berkata “ Bukan hanya kamu saja yang akan dalam bahaya, tetapi keluarga mu. Ini bukan ancaman, tapi ini adalah sesuatu yang harus kamu ketahui. Sedikit saja nama Osmond tercemar, orangtua ku tidak akan melepaskan mu begitu saja. “
Kalimat Arvi pun membuat Shelo terpaku diam dan berdebar membayangkan apa yang benar-benar akan terjadi pada keluarga yang sangat ia cintai.
“ Apa yang kamu alami tidak akan bisa saya tukar dengan uang sebanyak apapun, tapi ijinkan saya untuk bertanggung jawab atas hidup dan keluarga mu. “
Sosok Arvi yang dingin dan terkesan jahat sesungguhnya memiliki tujuan yang baik yaitu menghindarkan Shelo dari kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Shelo pun tidak memberi jawaban kepada Arvi dan pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua.
“ Kakak uda gila ya? Kenapa harus nikahin dia sih ? “ Tanya Evan heran dengan solusi tidak masuk akal dari kakak nya. Lalu Arvi menunjukkan sebuah sebuah foto wanita cantik nan elegan dari ipad yang ibu nya kirim untuk nya kepada Evan yang masih tidak mengerti maksud Arvi.
“ Mama pengen aku segera menikah, bahkan uda set up untuk jodohin aku sama cewe ini.Kara. Dengan adanya kebodohan yang kamu lakukan, sekalian aja manfaatin wanita itu untuk menggagalkan perjodohan konyol ini." Kata Arvi sambil memukul kepala Evan.
“ Terserah deh mau kakak apain dia, pliiss.. selamatin aku kak gimanapun caranya. Kalo papa tau pasti habis riwayatku. “ Sahut Evan memelas dan memegang tangan Arvi.
Pada saat yang berbeda ketika dalam perjalanan pulang, Shelo terus memikirkan perkataan Arvi dengan penuh kebencian tetapi juga merasakan suatu ketakutan karna yang dia hadapi adalah keluarga yang mampu membeli apapun termasuk berbuat apapun. Shelo mencemaskan ibu dan adiknya jika karna sikap gegabah nya mempermalukan keluarga Osmond, namun juga tak bisa dipungkiri betapa sakit hati Shelo atas penghinaan yang dia alami. Sambil terus membaca berita tentang Osmond Group, ada panggilan masuk ke hp Shelo yang ternyata dari Sesil.
“ Halo kak.. mama kak.. “ Kata Sesil yang suaranya terdengar sambil menangis.
“ Sesil.. mama kenapa ? “ Mendengar itu Shelo pun ikut cemas.
“ Mama pingsan, sekarang lagi di Rumah sakit Medika jaya kak.. cepetan kesini, aku takut mama kenapa-napa.” Jawab Sesil semakin membuat Shelo resah.
“ Ok.. ok, kamu tenang dulu.. kakak akan segera kesana. “ Jawab Shelo dan dengan segera ia memerintahkan sopir taksi untuk mengganti arah ke RS Medika Jaya. Sesampainya disana Shelo berlari ke pusat informasi dan menemui Sesil yang menunggu di depan ruang UGD.
“ Sesil… “ Kata Shelo sambil memeluk Sesila yang masih menangis khawatir. CObaan seakan bertubi-tubi mendatangi kehidupan Shelo hingga air matanya terasa kering untuk bisa menyampaikan rasa sedih di hatinya.
Setelah beberapa saat dokter yang memeriksa ibunya pun kelur dan mengajak Shelo serta Sesil untuk membicarakan tentang ibunya.
“ Ibu Maudy memiliki tumor di kepala dan termasuk jenis yang ganas. Untungnya tumor bu Maudy masih pada fase stadium awal. Semakin cepat ditangani kemungkinan untuk sembuh semakin besar. “ Kata dokter Hans yang menangani ibunya.
“ Tumor ?? Jadi selama ini mama saya sering sakit kepala, mudah lelah dan mual karena tumor ? “ Sahut Shelo yang selama ini tidak menyangka bahwa penyakit ibunya akan separah ini. Ia hanya mempercayai ibunya bahwa semua gejala dan rasa sakit yang diderita hanyalah penyakit biasa, namun sekarang semua terungkap.
“ Berapa biaya yang harus saya siapkan untuk ibu saya dok ?? apapun akan saya lakukan asal ibu saya selamat. “ Sahut Shelo tanpa ragu demi keselamatan ibunya.
“ Saya masih belum bisa mengestimasi biaya keseluruhan karna butuh pemeriksaan dan terapi lebih lanjut pada ibu anda. Untuk sementara waktu, bu Maudy harus dirawat dan diterapi untuk mengurangi rasa sakitnya. “
…………………………………………………….
Keesokan pagi nya, Sesil dan Shelo terlihat terus menjaga ibunya di rumah sakit dan mengesampingkan hal lain termasuk sekolah mereka. Ibu mereka pun tampak sedikit demi sedikit membuka mata dan melihat kedua putrinya yang sudah berada disamping nya dengan tangis haru.
“ Shelo.. Sesil… “ Panggil ibunya.
“ Mama.. akhirnya mama sadar, Shelo takut banget mama kenapa-kenapa. “ Kata Shelo sambil menggenggam erat tangan ibunya.
“ Mama udah ga merasakan sakit kok. Kita pulang aja ya. “
“ Ga boleh ma.. mama harus mengikuti pengobatan dulu sampe sembuh. “ Sahut Sesil yang juga berada disebelah ibunya.
“ Nak.. kita ga bisa terus berada disini, biaya nya akan semakin mahal. Mama cukup minum obat sperti biasanya. “ Mendengar itu, betapa hancurnya hati Shelo yang dengan keadaan ekonomi pas-pasan tidak bisa memberikan pengobatan untuk ibunya. Akan tetapi Shelo adalah gadis yang optimis dan berusaha mencari jalan keuar untuk menyelamatkan ibunya.
“ Mama jangan mikir biaya ya, yang penting mama fokus sembuh dulu. Shelo akan cari cara untuk mengatasi masalah ini. “
“ Shel, mama ga mau kamu repot cari uang kesana sini. Mama yang seharusnya mencukupi kamu dan Sesil, memberi pendidikan yang baik.. melihat kalian menikah dan bahagia. “ Kata ibu yang menjadi haru ketika melihat kedua putrinya harus ikut kesusahan selama ini.
“ Mama jangan ngomong gitu, Sesil sama kak Shelo bahagia kok. Asal sama mama, kita bahagia. “ Jawab Sesil menangis di pelukan ibunya. Melihat hal tersebut Shelo tidak bisa tinggal diam, ia pun memikirkan jalan pintas yang sebelumnya tidak pernah terbesit dalam pikirannya. Shelo mengambil hp nya dan berjalan keluar dari kamar, dengan segera ia mencari nomor terakhir yang menghubunginya yaitu sekretaris Arvi.
“ Saya ingin bertemu dengan pak Arvi. “ Kata Shelo singkat dan penuh keyakinan.
Beberapa jam kemudian, Shelo sudah berada di ruangan Arvi. Ia sempat mengganti pakaian nya dan bergegas menemui Arvi yang masih sibuk meeting saat ini. Antara ya dan tidak, ekspresi itu lah yang terlihat dari raut wajah Shelo saai ini.
Dia merasa gelisah, entah apa yang dia lakukan saat ini benar atau tidak. Terlihat Arvi yang dengan sikapnya yang cool seperti biasa memasuki ruangan kerjanya bahka tanpa memperhatikan Shelo yang sudah sedari tadi menunggunya. Arvi melepas jas merah tua dan menaruhnya di kursi kerja sambil duduk. Shelo memberanikan diri untuk mendekat ke meja kerja Arvi.
“ Ada yang perlu saya bicarakan. “ Kata Shelo sambil menatap Arvi penuh kebencian.
“ Kamu sudah punya jawaban ? “ Jawab Arvi sambil membaca beberapa dokumen di mejanya.
“ Anda bilang akan bertanggung jawab. Apa anda bisa menjamin keselamatan keluarga saya ? “ Tanya Shelo memastikan.
“ Saya bukan tipe lelaki yang suka menarik apa yang sudah saya katakan. Asal kamu juga bisa menjaga nama baik Osmond Group, sebenarnya untuk kebaikan mu sendiri. “ Jawab Arvi terlihat santai dan mulai memperhatikan Shelo yang berdiri di hadapannya..
“ Apa harus dengan sebuah pernikahan ? Karna saya masih belum siap, dan saya tidak bisa menikah dengan orang sembarangan. “ Kata Shelo mempertegas tawaran Arvi.
“ Kamu pikir, kamu layak untuk saya ? “ Jawab Arvi sambil tersenyum pahit. Ia beranjak dari tempat duduk nya dan berjalan mendekati Shelo yang semakin melangkah mundur karena takut.
“ Dengan pernikahan, saya bisa bertanggung jawab penuh atas kerugian yang kamu alami karna adik saya. Selain itu, lebih mudah bagi saya untuk mengawasi dan memastikan kamu tidak sembarangan bicara tentang keluarga saya. “
Pernyataan Arvi seakan menjadi sebuah peringatan bagi Shelo yang saat ini berada dalam kondisi tersudutkan antara butuh tapi benci.
“ Selamatkan ibu saya. “ Kata Shelo dengan mata yang mulai berkaca-kaca karna itu begitu melukai harga dirinya yang seharusnya tidak diperlakukan seperti ini.
“ Jadi ? Kita sepakat ? “ Tanya Arvi sambil mengulurkan tangan tetapi Shelo goyah lagi.
“ Kenapa ? kamu ragu ? tenang saja, pernikahan ini hanya formalitas supaya saya bisa bertanggung jawab penuh atas kamu dan keluargamu. Mengingat kesalahan Evan yang sangat fatal dan demi nama baik keluarga saya. Saya juga tidak punya waktu untuk sembarangan menyentuh kamu. Cukup nikmati fasilitas menjadi istri saya, dan jika urusan kita sudah selesai. Kita bisa berpisah. Semua tergantung sampai kapan kamu mendendam dan membutuhkan saya. “ Lanjut Arvi panjang lebar seakan merendahkan Shelo.
“ Anda pasti berpikir untuk mengasihani saya saat ini atas perbuatan memalukan Evan. Tapi asal anda tahu, bukan berarti semua ini bisa diselesaikan dengan uang begitu saja. Ini semata-mata untuk melindungi keluarga saya dari kekuasaan kalian yang bisa membeli apapun dengan uang. “ Shelo membalas ucapan Arvi dan dengan berani menatap mata Arvi yang tetap saja terlihat santai. Arvi hanya tersenyum kecil dan kembali mengulurkan tangan kepada Shelo. Kesepakatan pun terbentuk dengan sebuah keterpaksaan Shelo yang menerima jabat tangan Arvi.
……………………………………………..
Tiga hari kemudian, terlihat Shelo berdiri di loby rumah sakit dengan dres merah muda soft yang simple namun membuat Shelo tampak anggun. Tampak mobil mercy berhenti di depan loby dan sekretaris Arvi yang bernama Resa membuka pintu belakang mobil mempersilahkan Arvi yang dengan rapi menggunakan pakaian kerja nya seperti biasa menyempatkan diri mampir ke rumah sakit sambil membawa bunga lily.
Matanya pun tertuju pada Shelo dan menghampirinya, tak lupa Resa lelaki lebih muda dan manis yang sudah 7 tahun menjadi sekretaris Arvi mengikuti tiap langkah Arvi.
“ Aku ga punya banyak waktu disini, jadi usahakan jangan terlalu banyak basa-basi. “ Arvi pun memulai percakapan dengan kalimat ketus yang tidak enak untuk didengar namun sudah menjadi hal biasa bagi Shelo.
“ Sama. Aku juga ga berharap, mama terlalu lama ketemu dengan anda. “ Balas Shelo yang mulai terbiasa dan terlihat lebih santai menghadapi Arvi.
Mereka bertiga pun menghampiri kamar ibu Shelo yang memang sudah menantikan kedatangan Arvi, pria yang secara mendadak Shelo ceritakan sebagai kekasih yang beberapa bulan ini mengisi hari-harinya tanpa diketahui oleh ibu dan adiknya. Termasuk biaya perawatan dan operasi yang akan segera dilakukan ibunya bisa berlangsung karena Arvi yang menanggung penuh. Meskipun dengan berat hati Shelo harus mengarang cerita untuk meyakinkan ibunya bahwa Arvi adalah pria baik hati pilihan Shelo.
“ Selamat pagi, saya Arvi. Maaf baru bisa menjenguk tante, karna saya banyak urusan. “ Sapa Arvi dengan sikap tidak berubah walau berhadapan dengan orang yang lebih tua. Namun ibu Shelo yang memang dasarnya baik hati dan begitu percaya dengan pilihan putrinya, tetap menyambut Arvi dengan senyuman hangat.
“ Nak Arvi, terimakasih banyak ya atas bantuan dan perhatian nya. Maaf, karna Shelo baru memperkenalkan tante pada Nak Arvi sekarang.. ketika kondisi tante seperti ini. “ Jawab ibu Shelo dengan lembut
“ Ga masalah tante, ini memang sudah tanggung jawab saya sebagai calon suami Shelo.” Perkataan tak terduga Arvi sontak mengejutkan seisi kamar termasuk Resa dan Shelo yang tidak menyangka Arvi akan to the point pada hari itu juga. Shelo pun menarik Arvi, namun Arvi menahan tubuhnya dan tetap berdiri tegak tidak terpengaruhi.
“ Kenapa harus dibahas sekarang sih ? “ Protes Shelo pelan supaya tidak menimbulkan kegaduhan.
“ Maksud nak Arvi apa ? tante ga menyangka akan se mendadak ini. Shelo masih 21 tahun dan kuliahnya belum selesai. “ Ibu Shelo mencoba memberi pengertian.
“ Saya tidak bisa menunggu lama. Usia saya sudah matang untuk menikah dan saya memacari Shelo juga untuk saya nikahi. Dan kurang dari 3 bulan mendatang, saya ingin Shelo sudah sah menjadi istri saya. “ Kata Arvi semakin to the point membuat Shelo pusing kelabakan.
“ Ma, nanti aku bisa jelasin ke mama. Sebenernya…. “ Belum selesai Shelo bicara, Arvi menarik pinggang Shelo agar lebih dekat dengan Arvi.
“ Saya harap bisa mendapat restu dari tante. Saya akan bertanggung jawab penuh atas hidup tante, Shelo dan Sesil. “ Tegas Arvi semakin membingungkan ibunya.
Setelah kejadian tak terduga itu, Shelo pun semakin bingung harus berbuat apa di hadapan ibunya yang terdiam dan terlihat menjadi kepikiran. Shelo masuk ke kamar ibunya sambil membawa air minum sedangkan Sesil duduk sambil mengerjakan tugas dari sekolah. Shelo mau tidak mau mengambil cuti kuliah untuk merawat ibunya, meskipun sangat disayangkan bahwa kurang sedikit lagi untuk lulus.
“ Ma… maafin Shelo ya, hari ini bikin mama shock. “ Kata Shelo mendekati ibunya dan duduk sambil menggenggam tangan ibunya.
“ Shel.. mama mau tanya serius sama kamu. Apa kamu yakin dengan pilihan mu ? “ pertanyaan tiba-tiba dari ibunya membuat Shelo tergagap untuk menjawab.
Dalam hati kecilnya tentu Arvi bukan yang dia inginkan, yang ada hanya kebencian pada Arvi terutama Evan adiknya yang saat ini entah bersembunyi dimana tanpa kabar. Namun mengingat kesepakatan yang sudah mereka buat, terlebih Arvi juga sudah menanggung full biaya rumah sakit ibunya bahkan sampai uang sekolah Sesil.. tidak mungkin bagi Shelo untuk mengelak, karna pasti akan berakibat fatal.
“ Apa semua ini kamu lakukan karna mama ? “ Sambung ibu Shelo merasa bersalah
“ Bukan, tentu aja bukan ma.. Arvi memang inisiatif sendiri kok, dia juga merasa kalau keluarga kita sudah menjadi tanggung jawabnya. “ Shelo merasa tertekan dan berat harus mengatakan hal yang bertolak belakang dengan kejadian sesungguhnya. Namun senyuman ikhlas ibunya menyentuh hati Shelo.
“ Kamu sudah dewasa.. apapun pilihan kamu, mama selalu percaya. Dari remaja tidak ada sosok lelaki yang melindungi kamu. Mungkin ini sudah saatnya bagi kamu untuk mendapatkan sosok lelaki seperti Arvi. “ Kalimat yang begitu menyentuh dari ibunya membuat Shelo tidak kuasa menahan air matanya. Sesil yang ikut mendengar percakapan itu mulai memahami alur kisah kakak nya walau dia belum sempat melihat Arvi. Sesil pun menghampiri ibu dan kakaknya seraya memeluk mereka. Isak tangis haru pun mewarnai malam itu.
“ Aku juga berharap, kakak bahagia dengan pilihan kakak. “ kata Sesil semakin menghanyutkan suasana.
………………………………………..
Seminggu setelah operasi ibu Shelo, keadaan semakin membaik dan tiba saatnya Shelo bertemu dengan keluarga Osmond di suatu makan malam di rumah orang tua Arvi yang mewah.
Arvi membawa stylis andalan nya untuk merias Shelo, tak lupa beberapa gaun yang akan dicoba oleh Shelo. Arvi pun secara langsung memastikan penampilan Shelo yang saat ini berada di apartmen Arvi yang jarang disinggahi sambil menyusun apa saja yang harus Shelo katakan nanti saat menghadapi orang tuanya.
Riasan tipis nan elegan mempercantik Shelo, dengan rambut yang terurai rapi dan gaun Sabrina hitam melengkapi keanggunan Shelo. Arvi menunjuk salah satu sepatu heels branded yang berjejer dihadapan nya dan pilihan jatuh kepada heels 7 cm berwarna hitam menyerasikan dengan gaun Shelo. Walau tidak terbiasa, namun tidak ada yang bisa Shelo lakukan selain menuruti Arvi yang lebih mengenal berbagai aksesoris branded ini.
Selesai berias, Shelo pun dihadapkan pada sebuah cermin yang memantulkan penampilannya saat ini dari ujung kepala sampai kaki. Arvi mendekat dan berdiri di belakang Shelo yang setinggi telinga Arvi karena sepatu heels yang dipakainya.
“ Setidaknya, itik buruk rupa pun bisa jadi angsa yang menawan dalam hitungan jam.” Kata kasar Arvi merendahkan Shelo, namun kedua tangan Arvi melingkarkan sebuah kalung berlian yang terdesain mungil dengan simbol A pada liontin nya.
“ Apa perlu sampe se berlebihan ini. “ Sindir Shelo tampak muak.
“ Kamu tidak bisa terlihat biasa di depan orang tua ku. Setidaknya mereka melihat kalau memang kamu yang aku pilih. Awalnya akan sulit dan mereka pasti menentang, karena tidak ada yang bagus dari background keluarga mu. Jadi malam ini, berjuanglah.” Kata Arvi sambil tersenyum sinis pada Shelo.
Ingin sekali rasanya tamparan mendarat ke wajah Arvi, tapi itu hanya akan menambah masalah baru.
Mereka berdua pun dengan serasi memulai sandiwara ini, sesuai dugaan ketika memasuki rumah Arvi yang megah, mata Shelo terperanjat kagum sambil menggandeng Arvi berjalan menemui orang tuanya. Shelo tidak begitu disambut oleh orang tua Arvi, tatapan tajam dan sinis sudah diterima Shelo bahkan sebelum ia memperkenalkan diri.
“ Selamat malam om.. tante.. saya Shelomita Deane Putri. “ Kata Shelo tergagap gugup.
“ Silahkan duduk. Kamu pasti sudah tau kan siapa saya.“ Jawab ayah Arvi ketus.
“ Ma.. pa… jangan terlalu membuat dia tertekan, gimana pun juga dia pilihan ku. “ Kata Arvi tanpa ragu.
“ Arvi… kenapa kamu ga bicara dulu sama mama. Kenalan mama semua kecewa dengan keputusan kamu ini. “ Sahut ibu Arvi tanpa mempedulikan Shelo yang ada tepat di depan nya.
“ Ma.. masalah pernikahan, biar aku yang pilih sendiri. Cukup urusan bisnis saja yang kalian atur semua. “ Jawab Arvi to the point lagi.
“ Apa kamu yakin Arvi ? Papa memang tidak pernah membahas soal ini dengan kamu tapi bukan berarti kamu bisa asal pilih. Usia kalian terpaut 10 tahun, keluarganya juga sama sekali jauh dari ekspektasi keluarga kita. “ Tambah Papa Arvi semakin menghina Shelo yang tampak sudah sangat geram namun hanya bisa menundukkan wajahnya yang merah padam.
“ Aku yakin pa dengan pilihan ku. Lagipula, Osmond Group ga butuh penyokong darimana pun. Papa kan sudah berhasil membuat Arvi menjadi seperti yang papa mau. Jadi untuk masalah pernikahan, biar aku yang tentukan sendiri. “ Jawab Arvi tanpa rasa takut dan langsung pada intinya.
Shelo harus menahan suasana yang tidak menyenangkan itu untuk beberapa jam hingga makan malam selesai. Penghinaan yang diterimanya hari ini, membuatnya semakin benci kepada Arvi dan keluarganya terlebih lagi saat mengetahui bahwa Evan sudah dengan begitu bebasnya melanjutkan kuliah di Amerika, meninggalkan bekas yang hanya ditanggung oleh Shelo sendiri. Namun semua sudah terlanjur berjalan sesuai dengan yang Arvi inginkan, sampai hari dimana perawatan ibu Shelo selesai dan berjalan lancar membuat kondisi nya makin membaik dan melegakan hati Shelo, sementara itu kehidupan baru dimana hari pernikahannya tiba mengubah perjalanan hidup nya dengan status baru yaitu Nyonya Arvinas Javier Osmond, istri putra sulung dari keluarga Osmond.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Eni Purwanti
bersabar lah shelo. demi ibu dan adikmu. nanti juga arvi bakalan bucin😄😄😄😄😄
2022-04-11
2
Fitria_194
buset orang kaya sombong bgt,
2021-12-25
2
cookiez......
mmmmmmmm..
2021-11-11
1