"Dinda, tak boleh macam itu. Pelan-pelan ngomongnya, bek lah kuat-kuat kali. Tak enak didengar orang-orang." ucap Adi mencoba menenangkan istrinya.
"Abang kata kalau pelan-pelan namanya bisik-bisik, bukan marah. Macam mana sih orang tuh!" sahut Adinda dengan melepaskan rangkulan tangan suaminya.
Adi menahan tawanya, tetap saja Adindanya selalu bisa memberi kesan tersendiri saat konflik telah dimulai.
"Maksudnya duduk sini, diselesaikan baik-baik." jelas Adi kemudian.
"Tak usah, Pah. Aku mau antar dia balik. Balik yang tak akan pernah balik lagi, kau paham itu?!" ujar Givan dengan menarik pergelangan tangan Fira.
"Tinggalin Fira, Van, Far!" tegas Adinda yang mendapat anggukan dari kedua anaknya.
Laki-laki yang selalu bersikap lembut, baik dalam ucapan maupun tindakan kini sudah tak terlihat lagi. Givan berubah seketika, saat amarahnya menyerang karena baru mengetahui bahwa dirinya sejauh ini dipermainkan.
Lima tahun ia menjalin hubungan dengan Fira. Ia hanya fokus untuk masa depannya, saat mendapat nasehat dari ayah kandungnya.
"Kasian papah Adi kau, mau jadi apa kau khamar tiap malam kau teguk terus? Nambah jumlah ladang bukan hal mudah, panen di segala musim punya resiko gagalnya. Ditambah biaya hidup anak-anaknya yang semakin meningkat, dikira ini khamar pakek uang kau sendiri kah? Ini pakek uang papah sambung kau! Mati-matian dia hidupin anak-anaknya, bukan hal kecil hidupin delapan anak dengan gaya hidup ibunya anak-anak yang selangit itu. Mau jadi apa kau nanti? Keturunan orang baik-baik, didikan orang baik-baik, tapi hobi main di club! Tiap malam ganti-ganti teman tidur! Sadar kau jadikan beban! Emang enak kepala muter tiap malam macam itu? Lepas mamah kau tau, udah lepas kepala kau dari leher kau itu. Kalau mau mabok, mau jajan perempuan, pakek uang sendiri! Sukses lah cepat, gantiin kau yang nunjang kebutuhan orang tua kau! Mau perempuan, mau mabok, udah terserah kau, kalau kau sukses nanti masih pengen macam itu! Nikmatin masa muda bukan begini caranya, Kawan! Ayo ikut Papah, begini caranya biar kau sukses, nyenengin mamah sama papah Adi kau."
Nasehat dari Mahendra yang membuat Givan sadar, bahwa dirinya sudah bermain terlalu jauh.
"Sakit, Bang. Jangan tarik-tarik aku, sakit betul ini." rintihan Fira yang semakin menjauh.
Ghifar, Adi dan Adinda saling melihat satu sama lain. Tentu mereka bingung ingin melakukan apa. Di satu sisi mereka tersakiti atas perlakuan Fira, tapi di sisi lainnya mereka kasihan melihat Fira yang ditarik seperti binatang tersebut.
"Lepas ini kau pindah ke kota C, merantau sana kau ke sana." ujar Adi dengan membawa istrinya duduk kembali di sofa.
Ghifar masih mematung dengan pikiran yang berkelana, ia masih tak percaya semua ini terjadi dengan begitu cepat.
"Sekalian tengok puyuh, sama ziarah ke makam kakek nenek kau." timpal Adinda, saat anaknya duduk dengan bersandar di bahunya.
Adinda merasakan ada air yang membasahi bagian bahu bajunya, isakan kecil pun terdengar samar di telinganya.
Adinda menoleh ke arah suaminya, kemudian ia menggenggam tangan Adi. Dengan Adi reflek menoleh langsung ke arah istrinya.
"Pue, Dek?" tanya Adi yang tak mengetahui Ghifar yang tengah terisak.
"Benih Abang lagi kena hantaman gelombang perasaannya, mewek dia keknya." ujar Adinda kemudian.
"Jangan nangis, Far! Perempuan tak cuma dia satu. Asal kau sukses, perempuan pasti antri sendiri."
"Nih, contohnya Mak kau aja. Tau Papah punya 14 hektar dulu, dia baperin Papah setengah nikmat. Kalau dipaksa nangis, didiemin malah bikin risih. Nemplok terus di lengen Papah, peluk cium seenak jidatnya."
Ungkap Adi mencoba mengembalikan akal sehat anaknya, meski ucapannya terdengar seperti mengumbar aib istrinya. Lalu Ghifar sedikit mendongak untuk melihat wajah ibunya, yang bahunya tengah ia sandari.
"Mak yang ngejar Bang Adi duluan? Kok Mak mau sih? Cantik-cantik, nyarinya yang macam gitu. Kan anaknya jadi jelek semua, memperburuk keturunan aja! " ucap Ghifar yang membuat rahang Adinda terjatuh dengan tatapan bodohnya.
Tarikan ringan mendarat di telinga Ghifar, "Nyatanya pilihan orang yang kau panggil Mak ini tak salah! Alhamdulillah, biceps tahan lama. Masa otot terawat, meski udah mau kepala lima. Ngajarin ngaji anak istrinya, dibekali ilmu agama dasar juga. Adi's bird tak usah diragukan lagi meski pas awal nikah punya cerita tersendiri, tokcer bisa bikin Mak kau hamil tujuh kali. Tabungan pendidikan aman untuk delapan anaknya, bisa sampek lulus sarjana. Semua anak punya bagian ladang, meski Bang Adi kau itu masih sehat wal afiat. Yang paling penting, Bang Adi kau itu bisa menjaga keharmonisan rumah tangga sampek sekarang. Jadi, nikmat mana yang kau dustakan?" jelas Adinda yang mendapat tepuk tangan Adi, juga tatapan polos dari Ghifar.
"Jadi jelek tak apa? Yang penting materi ada?" tanya Ghifar, yang menarik kesimpulan sendiri.
"Ya... Tak juga. Ilmu agama juga punya, tata krama dan cara memperlakukan wanita juga." timpal Adinda yang langsung Adi gelengi.
"Intinya materi sama kej*nt*nan. Masalahnya, perempuan kalau kekurangan salah satu diantara itu pasti mereka udah susah diatur. Selebihnya, adem hidup loe kalau materi mampu dan kej*nt*nan juga mumpuni." jawab Adi yang menurutnya paling tepat.
"Jadi???" suara Ghifar yang menggantung.
"Tak jadi-jadi. Udah lepas aja Fira, cari perempuan yang lain kalau memang hubungan kalian belum jauh. Yang paham sifat abang kau, bang Givan mana mau ngalah apa lagi sama kau." ujar Adi dengan menekan tombol on pada remote TV, dengan dirinya yang mulai memasukkan keripik kentang ke dalam mulutnya.
"Mak... " panggil Ghifar, ia masih menunggu pendapat dari ibunya.
"Mamah ngerasanya Givan itu beda, sejak dia beranjak dewasa. Pas dia kata, bahwa dia udah tak bisa tengok penunggu yang ada di pohon belimbing wuluh itu dan antek-anteknya. Dia pendiam, tapi diamnya dia ini penuh misteri. Entah karena iri sama kau atau yang lain, atau suatu kejadian yang bikin sifatnya berubah. Ditambah ada kejadian ini, kan? Lima tahun dia setia, tapi ternyata pacarnya pacaran lagi sama adiknya. Yang dia pahami, kau ini perusak hubungan dia sama betinanya. Dari ucapannya tadi, Givan ini nuduh kau yang bikin Fira berpaling dari dia. Udah sifatnya misterius, ditambah masalah kek gitu. Mamah udah tak bisa bayangin lagi, apa yang terjadi diantara Fira sama Givan sekarang. Apa lagi ucapannya, yang ngomong balik yang tak akan pernah balik lagi. Semoga aja bukan pembunuhan, lebih baik pem*rk*saan aja." ungkap Adinda, tentang yang ada di pikirannya.
"Abang pun sama, Dek. Pikiran Abang pem*rk*saan, semoga aja tak ada pembunuhan." timpal Adi yang terganggu dari aktivitas menonton televisinya.
"Terus? Bisanya kalian santai-santai aja?! Dicari apa macam mana? Tau anaknya mau berbuat buruk." sahut Ghifar dengan reaksi paniknya.
"Yang penting, yang dip*rk*sa bukan anak kita ya Bang?" balas Adinda yang merengkuh tubuh suaminya, untuk menjadi sandaranya.
Adi dengan reflek mengalungkan tangannya, melewati tengkuk leher istrinya. Saat Adinda terlihat nyaman, bersandar pada dada lebarnya.
"Bang Adi... " seru Ghifar yang tak puas mendengar jawaban ibunya. Ia seperti orang bodoh, melihat ayah dan ibunya tengah bersantai dengan sangat mesra.
......................
* Bek : Jangan
* Pue : Apa
yang baca dikit betul 😭 apa belum tau kah, bahwa Adi Riyana telah kembali 🙄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
karissa 🧘🧘😑ditama
gokil parah nih kluarga adi😂😂
2024-01-10
1
Niken Ayu
lanjut thor nagih nich tak sabar pun nunggu akuh nya🤗🤗🤗
2021-06-16
1
Mamahna Kamila
lanjut..... belum pada tau kali Thor 😁.. semangat terus Thor di tunggu up up selanjutnya 😘💪
2021-06-16
1