"Apa, aku kembali jatuh cinta?" Tanya Raka pada dirinya sendiri.
Sambil berbaring dan menatap atap kamarnya, Raka senyam-senyum sendiri sungguh dia terbayang-bayang wajah cantik Ainaya Putri.
"Bagaimana ya, caranya aku mengenal dia lebih dekat lagi?" Tanya Raka pada dirinya sendiri.
Raka memikirkan cara agar bisa mengenal Naya lebih dekat lagi. Tenang saja status Raka sudah duda jadi mau dia deketin gadis manapun itu adalah suatu hal yang wajar.
Elina Aprilia adalah mantan istri Raka Kumara, Elina sudah membangun rumah tangga barunya dengan sahabatnya Raka yaitu Rio Rhaindro, entahlah kehidupan Elina bersama keluarga barunya seperti apa? Raka juga tidak tahu, karena semenjak berpisah dengan Elina, Raka sudah tidak saling berkomunikasi lagi. Hanya saja Elina kadang-kadang masih menemui Raka tiba-tiba jika dia butuh uang.
Raka pernah mengalami sakit hati yang begitu dalam, saat ini harapannya hanya ingin mendapatkan wanita yang tulus mencintai dirinya apa adanya. Terutama mau menerima dia yang sering sibuk dan sering menginap di luar kota.
Naya sedang berbaring di tempat tidur, dia baru selesai mandi.
"Laki-laki tadi, sepertinya tidak asing." Kata Naya, sepertinya Naya pernah melihat laki-laki itu tapi dimana?
Naya segera menepis pikirannya, mungkin Naya pernah melihat Raka di jalan. Tapi ya sudahlah itu juga tidak penting buat Naya.
Naya memejamkan matanya, tapi malam ini tidurnya tidak nyenyak dan akhirnya Naya membuka matanya.
"Kenapa, aku tidak bisa tidur?" Tanya Naya pada dirinya sendiri.
Padahal matanya sangat mengantuk, tapi Naya tetap tidak bisa tidur.
Naya beranjak dari tempat tidurnya, dia memakai switternya lalu dia keluar dari kamarnya.
"Lebih baik, aku jalan-jalan saja mencari angin, mumpung tidak ada mama." Kata Naya sambil melangkahkan kakinya keluar dari dalam rumahnya.
Jam masih menunjukkan pukul 7 malam jadi tidak masalah kalau Naya pergi mencari angin, sekalian berjalan-jalan sambil melihat indahnya pemandangan malam hari.
Dengan langkah gontai dan tidak tahu mau kemana? Naya terus berjalan menelusuri jalanan yang begitu rame malam ini. Wajar saja jalanan begitu rame apalagi malam ini adalah malam minggu banyak dua sejoli berjalan-jalan dengan pasangan mereka.
Melihat banyak muda-mudi bergandengan tangan dengan pasangannya dengan begitu mesra, seketika membuat hati Naya merasa iri.
"Kapan, aku bisa merasakan punya pacar seperti mereka? Sungguh mereka adalah muda-mudi yang sangat beruntung, karena hidup mereka bahagia, mereka bisa menjalanin hidup mereka dengan penuh warna. Apalah aku ini boro-boro bisa seperti mereka, tidak di marahin mama sehari saja hatiku sudah bahagia." Batin Naya dalam hatinya.
Naya melihat ada tukang aneka sosis bakar, Naya tersenyum dan langsung menghampiri tukang jualan itu.
"Sendirian saja, dek?" Tanya tukang sosis yang melihat Naya hanya sendirian.
Tukang sosis bertanya seperti itu pada Naya, karena rata-rata muda-mudi di situ pergi bersama pacar-pacar mereka.
"Iya pak," Jawab Naya dengan nada pelan.
Raka yang ternyata sudah berdiri tidak jauh dari tempat Naya membeli sosis, dia berjalan menghampiri Naya dengan senyum bahagianya.
"Bukankah itu Naya, mungkin kita memang jodoh." Batin Raka dalam hatinya.
Malam ini Raka juga tidak bisa tidur jadi Raka putuskan untuk berjalan-jalan, tapi siapa sangka dirinya malah bertemu dengan Naya. Sungguh ini adalah sebuah keberuntungan untuk dirinya.
"Tidak takut sendirian, jangan keluar malam-malam dek." Kata tukang sosis, yang membuat Naya tersenyum simpul.
"Mamaku saja tidak pernah memperhatikanku pak. Tapi bapak begitu perhatian denganku." Gumam Naya dalam hatinya.
"Dia tidak sendirian pak, dia datang bersamaku. Maaf ya aku terlambat," tiba-tiba Raka sudah menggenggam tangannya.
Naya terkejut dia melihat Raka dengan tatapan penuh tanda tanya? Raka tahu Naya pasti bingung tapi dia hanya tersenyum.
"Sudah selesai membeli sosisnya?" Tanya Raka sok akrab pada Naya.
"Sudah nak, ini pesanan adik ini." Jawab Tukang sosis dan memberikan pesanan sosis Naya pada Naya.
Naya tersenyum, dia hendak membayar sosis pesannya tapi sudah keduluan sama Raka.
"Ini pak uangnya." Raka memberikan uang 100 ribu pada tukang sosis itu, tukang sosis itu menerima uang itu, lalu memberikan kembaliannya pada Raka "Ini nak, kembaliannya!" Kata tukang sosis, tapi Raka menolaknya dengan sopan "Ambil saja pak kembaliannya!" Raka langsung mengandeng tangan Naya dan Naya yang masih merasa bingung, dia hanya mengikuti langkah kaki Raka.
"Kamu sejak kapan ada di sini? Terus tiba-tiba muncul di hadapanku." Naya masih merasa bingung.
"Aku sudah dari tadi, terus tadi tidak sengaja melihat kamu membeli sosis jadi aku menghampiri kamu." Jawab Raka tanpa melihat wajah cantik Naya.
Raka terus melangkahkan kakinya, Naya semakin bingung tapi dia tetap berjalan di belakang Raka.
"Kita mau kemana?" Tanya Naya penasaran.
"Aku hanya ingin duduk berdua denganmu, tidak apa-apakan?" Tanya Raka sambil melihat wajah cantik Naya.
Naya berpikir sejenak, lalu menganggukkan kepalanya. Lagian tidak ada salahnya kalau hanya duduk berdua, Raka juga terlihat orang baik-baik jadi Naya tidak merasa kawatir.
Sekarang mereka duduk di kursi taman sambil menikmati sosis yang Naya beli tadi, tiba-tiba Raka beranjak dari tempat duduknya "Mau kemana?" Tanya Naya dengan nada lembut.
"Mau membelikan air mineral buat kamu, tunggulah!" Raka berlalu pergi dari hadapan Naya.
"Apa dia itu b*doh sekali, dia membeli banyak makanan tapi tidak membeli air mineral, lalu kalau dia sampai tersedak bagaimana?" Batin Raka dalam hatinya.
Naya menatap punggung Raka dengan tatapan begitu lekat lalu tersenyum "Dia Sangat tampan." Puji Naya sambil tertawa kecil.
Setelah beberapa lama, Raka kembali dengan membawa dua botol air mineral. "Minumlah, makan pelan-pelan!" Raka menyodorkan air mineral itu pada Naya. Naya tersenyum simpul. "Terimakasih, duduklah! Coba ini sosisnya enak," Naya memberikan satu sosis pada Raka dan Raka juga sudah duduk di sebelah Naya.
Raka tampak diam, dia melihat sosis yang diberikan oleh Naya. "Aku tidak biasa makan-makanan seperti ini," tolak Raka sambil menggelengkan kepalanya.
"Ini enak, biarpun ini hanya makanan pinggir jalan tapi...." Kata-kata Naya terpotong, karena Raka sudah mengambil sosis yang ada di tangan Naya. "Akan aku coba!" Raka mengigit sosis itu, "Apakah, enak?" Tanya Naya dengan nada lembut.
Raka menganggukkan kepalanya, Naya kembali menikmati makanannya kini mereka makan berdua dan tidak terasa ternyata Raka sudah menghabiskan beberapa tusuk.
Setelah selesai makan keduanya sama-sama saling menatap lalu tertawa satu sama lain.
"Kenapa, kamu hanya sendirian saja?" Tanya Raka yang melihat Naya datang hanya sendirian saja.
"Iya, aku memang suka sendirian." Jawab Naya sambil meminum air putih yang ada di botol.
Raka tampak canggung, apalagi yang mau dia tanyakan pada Naya?
Naya kembali diam, sehingga di antara keduanya hanya terjadi keheningan tanpa suara. Hanya ada suara orang-orang di sekitar mereka saja yang sedang berbincang.
"Naya...." Panggil Raka dengan suara khasnya.
Naya menoleh ke sumber suara."Iya, kenapa?" Naya tampak bingung.
"Sudah malam, kamu tidak pulang?" Tanya Raka yang lagi-lagi kehabisan kata-kata saat di hadapan Naya.
"Nanti saja, aku masih mau menghirup udara segar sambil melihat indahnya pemandangan malam ini." Jawab Naya matanya melihat ke atas,. melihat langit yang begitu indah di penuhi dengan banyak bintang dan bulan yang sangat terang.
Raka kembali terdiam, sebagai laki-laki yang sudah berstatus duda sungguh rasanya canggung kalau harus mendekati gadis belasan tahun seperti Ainaya Putri.
"Raka, gunakan ketampananmu untuk menaklukkan hati gadis kecil itu!" Hati Raka berbicara.
"Kita baru kenal, tapi kita sudah terlihat akrab." Cetus Raka, sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Kamu yang sok akrab denganku," Naya membenarkan posisi duduknya.
Raka ternganga bisa-bisanya Naya bilang kalau dirinya itu sok akrab pada Naya. Tapi semua itu memang benar sih dari Naya membeli sosis Raka sudah tiba-tiba datang dan sok kenal dengan Naya.
"Tidak juga, aku hanya ingin bisa mengobrol denganmu saja." Jawab Raka dengan gugup, aish pikiran Raka semakin kacau balau.
Naya melihat Raka tampak gugup tapi dia pura-pura tidak melihatnya.
"Laki-laki ini sangat aneh." Batin Naya dalam hatinya.
Naya menganggukkan kepalanya pertanda mengerti.
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, tidak terasa ternyata mereka mengobrol terlalu lama.
"Sudah jam 9, aku harus pulang." Batin Naya dalam hatinya.
Raka tampak diam tapi dari tadi matanya terus memperhatikan wajah cantik Naya.
"Bisakah, aku menjadikan gadis cantik ini sebagai istriku?" Tanya Raka dalam hatinya.
Lagi-lagi dia mengingat status dirinya yang sudah duda dan tentunya usianya terpaut jauh dari Ainaya Putri. Raka juga berpikir pasti Naya tidak akan mau menikah dengan laki-laki yang berstatus sebagai duda.
"Sudah malam, saya pulang dulu ya." Pamit Naya dia beranjak dari tempat duduknya, belum sempat melangkahkan kakinya tiba-tiba Raka menarik tangan Naya, membuat Naya kaget.
"Ada apa?" Naya berusaha melepaskan tangannya dari tangan Raka, Raka juga langsung melepaskan tangan Naya dengan cepat. "Maaf," Raka tersenyum penuh arti.
"Raka, jangan terlalu agresif bermainlah secara lembut atau kamu akan membuat Naya takut." Hati Raka berbicara.
"Mau pulang, biar aku antar ya." Raka tersenyum pada Naya.
"Tidak usah, saya pulang sendiri saja." Tolak Naya dengan sopan.
"Tidak baik seorang gadis pulang malam-malam sendirian, kalau ada orang jahat bagaimana?" Raka sengaja menakuti-nakuti Naya, agar bisa mengantarkannya pulang.
"Tapi, apa tidak merepotkan?" Tanya Naya memastikan.
Raka menggelengang kepalanya, tentunya saja tidak merepotkan orang Raka lagi cari-cari kesempatan buat dekatin kamu Ainaya Putri.
"Tidak, lagian kalau pulang sendiri aku juga kawatir." Jawab Raka, membuat Naya tersenyum.
"Mamaku saja tidak pernah menghawatirkanku." Gumam Naya dalam hatinya.
Kini mereka berjalan berdampingan, malam yang dingin menemani perjalanan mereka.
Mereka berjalan tanpa saling bicara, Raka juga bingung apa lagi yang harus dia bicarakan dengan Naya?
Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh, akhirnya sampai di depan rumah Naya.
"Terimakasih, sudah mengantarku pak," Naya membungkukkan kepalanya.
"Sama-sama, masuklah!" Jawab Raka sambil tersenyum.
Naya hendak berjalan masuk ke dalam rumahnya, tapi lagi-lagi Raka memanggilnya.
"Naya...!" Panggil Raka dengan gugup.
"Iya?" Naya menoleh, kini matanya melihat ke arah Raka.
"Boleh, aku tahu apa kamu sudah punya kekasih?" Tanya Raka malu-malu.
"Aku....."
BERSAMBUNG 😊
Terimkasih para pembaca setia 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Ros
pak Duda to the point 😂
2023-03-08
0
Jeng Anna
Kami Thor bukan kita, karena tidak ada orang ketiga di kalimat itu
2022-08-26
0
ReD
Ya dudanya malu malu mauu
2022-04-22
0